• G O N E •

540 63 44
                                    

Taehyung total berselimut kesal sebab Seokjin sulit sekali di hubungi. Ia melempar ponselnya ke atas meja sebelum melirik jam dinding kantor.

Jam makan siang hampir tiba. Itu artinya, si kecil Seoktae harus segera di jemput.

Ia memijit dahinya yang terasa berdenyut. Menarik nafas dalam-dalam dalam beberapa detik.

Tubuhnya mudah sekali lelah akhir-akhir ini. Belum lagi pusing yang sering di rasakan membuat ia tak mampu bergerak cepat. Jika tidak, tubuhnya akan terhuyung dengan mudah. Serasa akan jatuh saja.

"Taehyung!" seru Hoseok tetiba yang muncul dari belakang punggung.

Duda manis itu menoleh.

"Hhhmm?"

"Aku titip ini pada divisi keuangan, nee.
Kau akan makan siang bukan? Aku sedikit sibuk, jadi bantu aku"

Hoseok menyerahkan map bening yang berisikan proposal anggaran wardrobe.

"Kenapa harus aku?"

"Hei, aku hanya meminta tolong. Jika kau tak mau, yasudah"

Pria bermarga Jung kembali merebut berkas di tangan Taehyung yang sedang mematung.

Divisi Keuangan.

Taehyung ingat.

Oh Sangmin.

Samuel.

Pria yang telah memperkosanya semasa kuliah.

Pria yang telah memperlakukannya tak jauh dari seorang budak.

Jika ia melangkahkan kakinya kesana, itu artinya sama saja menyerahkan diri dalam lubang buaya.

Tidak.

Taehyung tak ingin.

Sudah cukup pesakitannya di masa lalu. Ia tak ingin lagi membawanya ke masa sekarang.

Cukup.

Sekujur tubuh Taehyung tetiba mendingin. Kepalanya pun berputar. Jemari besarnya berusaha meraih tepi meja untuk sekedar menopang. Tetapi apa daya, raihnya tak sampai. Raga besar itu terjatuh di atas lantai yang dingin tepat ketika Hoseok telah menjauh.

Taehyung kehilangan kesadarannya.

"Tuan Kim! Tuan Kim!"

-

-

Jam belajar mengajar telah usai.

Guru sekolah Seoktae, Youngsun-saem berulang kali menghubungi kedua orang tuanya namun baik Seokjin maupun Taehyung tak merespon.

"May i help you, saem?"

Hae Ri memasuki ruang belajsr mengajar sebab akan membawa sang keponakan,  Richard untuk segera pulang. Bocah menggemaskan itu tak sabar ingin menghabiskan makan siangnya dengan 'Daddy from Auckland'. Menggantikan si papa yang sedang sibuk.

"Hurry up! Daddy is waiting now. I'm so excited"

"wait a minute, okay" ucap sang bibi pada keponakan sambil menepuk puncak kepalanya. Lalu ia membawa dirinya mendekat pada Youngsun.

"Kedua orang tua Seoktae tidak bisa di hubungi. Bisakah saya meminta bantuan pada anda, Miss Hae Ri?"

"Tentu saja. Richard dan Seoktae berteman akrab. Anda tak perlu khawatir, saem. Saya akan mengantarkannya pulang."

"Terima kasih banyak."

Keduanya berbincang sejenak selagi dua bocah sebaya sedang bercakap ria.

• f O r e V E R - JINV •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang