Hello guys! I'm back...
Apakah masih ada orang di sini? Mungkin sudah tidak ada :(
But it's okay deh, mana tau seiring berjalannya waktu, kalian akan kembali ke sini...
Entah kenapa aku tiba-tiba ingin membuka kembali akun ini dan ingin melanjutkan cerita ini :)
Semoga jika kalian kembali dan membaca cerita ini, dapat menghibur kalian walaupun sedikit hehehe, kalau begitu sekian dan terimakasih ya.
Happy reading 💙•
•
•Off memarkirkan mobilnya lalu membantu Gun untuk membawa Jane masuk, kedua papa dan anak itu berjalan masuk ke dalam rumah sambil menatap rujak mereka.
"Aku berangkat dulu ya, kalian kalau mau keluar hati-hati, kalau Jane sedang tidur ... tidak perlu keluar dulu, mengerti?" pesan Off yang hanya diangguki oleh suaminya itu. Ia memberikan kecupan di puncak kepala Gun lalu benar-benar keluar dari rumah itu.
"Sayang, apa kamu bahagia belakangan ini?" Orang yang ditanyai dengan semangat menganggukkan kepalanya, ia meletakkan alat makannya dan mulai bercerita kalau calon suaminya semakin memanjakannya. Gun yang mendengar cerita itu hanya bisa tersenyum bahagia.
"Walaupun aku tidak bisa berangkat ke sekolah, tapi aku tetap bahagia karena ada dirinya dan juga P' Pluem," ucap Chimon seraya mengelus perut ratanya.
Gun mengelus pelan rambut anaknya lalu berkata, "Jagalah baik-baik calon bayi kalian, dia adalah malaikat kecil yang dititipkan kepada kalian, jangan hanya karena usia kalian masih muda jadi kalian merasa---."
"Eii ... Pa, tenang saja, kami akan menjaganya dengan baik, bahkan kami sudah memikirkan namanya. Menurut P' Pluem, bayinya berjenis kelamin laki-laki."
"Kuat sekali ya instingnya, kalau begitu Papa juga akan tanyakan kepada Papii juga apa jenis kelamin adik kembar kamu."
Jane yang baru saja bangun langsung berjalan kearah dua pria itu, ia menyentuh perut Gun lalu beralih ke perut Chimon. "Baby," ujarnya sambil tersenyum.
Ting ... Tong ...
Bel rumah Adulkittiporn berbunyi yang membuat Gun dengan cepat berjalan ke arah pintu, "Kalian sudah datang," sapa Gun yang mendapat senyuman dari Alice dan Arm.
"Papa, Mama," panggil Jane lalu berlari berhamburan ke pelukan Arm. Alice hanya bisa tersenyum sambil mengelus pelan kepala putrinya itu.
"Papa, Mama, ada baby juga di perut Phi Chimon." Tentu saja keduanya bingung mendengar informasi dari putri mereka itu, namun mereka tidak sepenuhnya percaya dan berkata dengan lembut, "Gak boleh sembarangan bicara sayang."
"Jane tidak bicara sembarangan, kemarin aja Phi Chimon uek-uek terus." Arm dan Alice pun menatap Gun yang tersenyum kecil.
"Beneran?" tanya Alice masih kurang percaya.
"Siapa ayah dari bayi itu? Biar aku hajar, bisa-bisanya dia merebut anak perawan paling kecil milik Off Jumpol." Arm mengomel sambil menurunkan putrinya dari gendongannya.
Chimon yang merasa pamannya tidak bercanda pun berkata, "Jangan hajar P' Pluem, Chimon gak mau menjanda di usia muda." Tanpa ia sadari air matanya tiba-tiba mengalir.
Arm yang memang menyayangi setiap keponakannya itu langsung menghampiri Chimon dan berkata, "Baiklah, paman tidak akan melakukannya, jangan menangis lagi."
🐻💙🐳
"Chimmy, Phi sudah pulang," ucap Pluem dan Chimon langsung berlari memeluknya. Baru berpisah beberapa jam, tapi dirinya sudah kangen saja.
"Kamu sudah makan? Apa hari ini masih mual-mual parah? Ada yang kamu inginkan?" tanya Pluem bertubi-tubi yang hanya mendapat gelengan dan juga anggukan.
"Ekhem ... kelas kamu sudah selesai Pluem? Gimana kalau kamu taruh barang-barang kamu lalu kita bersiap untuk makan malam diluar bersama," ucap Gun yang membuat Pluem mengangguk seraya tersenyum.
Kini semuanya mulai bersiap untuk makan malam dan jalan-jalan bersama, refreshing sebentar setelah mendapat berita-berita mengejutkan belakangan ini.
Off, Gun, Arm, Alice, dan Jane satu mobil, kemudian Tay, New, Pluem, Chimon, Frank, dan Nanon berada di mobil milik Pluem. Kedua mobil itu melaju menuju sebuah mall besar yang ada di Thailand dan memakan makanan yang para pamil dan bumil sedang inginkan.
"Rasanya aneh tapi menyenangkan ketika hamil bersama sahabat dan juga keponakan sendiri," ucap Alice yang baru saja selesai menyantap makanannya.
"Saat bayi kita lahir, semuanya pasti akan sangat repot. Aku membayangkan jika nanti kalian benar-benar memutuskan untuk pindah di sebelah rumah kita agar lebih berdekatan, maka situasinya benar-benar akan repot. Ketika bayiku selesai menangis, maka itu akan menjadi giliran bayimu, begitu juga dengan bayi New dan Chimon," ucap Gun yang sudah menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya.
"Kau membayangkannya terlalu jauh, usia kandungan kita bahkan belum sampai usia dimana mereka bisa bergerak," ucap New.
"Waktu akan cepat berlalu," ucap Gun yang kemudian melihat sedikit kekhawatiran di raut wajah putra bungsunya.
"Ada apa? Apakah kamu takut?" Chimon mengangguk. Off yang sedari tadi diam pun bersuara, sepertinya kemarahannya dengan anaknya itu mulai mereda, "Tidak perlu takut, ada suamimu yang selalu di sisimu, saat kamu akan melahirkan memang akan sakit tapi rasa sakit itu akan hilang saat kamu melihat anakmu."
Chimon menatap Papii-nya lalu menganggukkan kepalanya mengerti, ia pun menolehkan kepalanya dan terlihat wajah Pluem dengan senyuman yang terukir di sana.
"Oh astaga, aku tidak tahan dengan kemanisan ini. Sepertinya semua semut akan segera berkumpul di sini, lebih baik aku dan Nanon membawa Jane berjalan-jalan," ucap Frank yang langsung disetujui oleh adiknya. Kini Jane juga sudah menggandeng tangan kedua bersaudara itu dan berjalan keluar dari tempat makan itu.
"Pa, kita mau ke toko laptop dulu ya," ijin Pluem yang mendapat pertanyaan dari keempat orang tuanya.
"Chimon kan tidak bisa ke sekolah, jadi dia harus bersekolah dari rumah, tapi laptop miliknya sudah tidak bekerja dengan baik jadi aku berencana membelikannya yang baru."
"Tunggu, sebenarnya aku mempunyai sebuah ide baru." Chimon berujar seraya menaruh jusnya.
"Karena usia kandunganku masih 2 Minggu, bolehkah aku pergi ke sekolah, nanti saat kandunganku sudah tidak bisa ditutupi lagi dengan hoodie, maka aku akan sekolah dari rumah. Setelah dipikir-pikir memang aku merasa senang bisa berada di rumah bersama dengan papa dan juga papa New, tapi aku juga ingin ke sekolah dan bertemu teman-teman." Chimon menumpahkan pendapatnya dan keenam orang dihadapannya tersenyum. Walaupun Pluem agak khawatir dengan keadaan Chimon, tapi dia juga tidak boleh mengekang istrinya itu agar tetap berada di rumah.
"Aku setuju dengan pendapat Chimon, jika dia hanya di rumah, dia bisa kesepian dan menyebabkan stres, itu tidak akan baik untuk dirinya dan juga calon bayinya," ujar Alice yang juga disetujui Arm.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan, sayang. Asalkan kamu jangan terlalu kecapekan, tidak boleh berlarian dan bermain bola sepuasnya."
"Papa ikut saja keinginan mu, asalkan kamu mengingat dirimu yang sudah berbadan dua ini, mengerti?" Chimon mengangguk patuh.
"Jangan melihatku, kalian saja yang tentukan," ucap Off yang mencoba untuk cuek lagi.
Arm mengambil barangnya lalu bertanya, "Kalian tidak jadi pergi ke toko laptop?"
"Jadi-jadi." Keduanya berdiri dari tempat mereka dan disusul oleh yang lainnya.
•
•
•🐻💙🐳
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BIG FAMILY
FanfictionMenceritakan keluarga besar Vihokratana dan Adulkittiporn, dan keluarga kecil to be ❤️ Message: Bagi yang sudah mengikuti dari awal dan yang baru membaca mohon memaklumi ya kalau judul atau penulisan chapter-nya berevolusi terus menerus. Karena aut...