Satu Minggu telah berlalu, hari ini merupakan hari kedua Pluem dan Chimon sah menjadi suami-suami. Pernikahan itu diadakan hanya untuk kerabat dan sahabat terdekat seperti Arm beserta keluarganya, Singto beserta keluarganya, dan keluarga mempelai pria masing-masing.
"P' Pluem, aku mau makan mie instan, pokoknya mau mie instan," rengek Chimon yang sudah mulai pura-pura ngambek.
Pluem menoel lengan Chimon pelan lalu berkata dengan lembut, "Tapi itu tidak baik buat kesehatan kamu, apalagi kamu lagi hamil, mie instan tuh banyak micin."
"Jangan-jangan Phi lebih sayang sama stok mie instan Phi ya? Atau Phi gak mau masakin Chimon mie instan?" tanya pemuda itu yang membuat Pluem mau tidak mau pasrah kepadanya. Ia tidak ingin kejadian ngambek-mengambek kemarin terulang lagi.
"Jadi P' Pluem gak mau beliin aku ayam potong yang ditumis dengan cabai kemudian ditaruh sedikit air agar ada kuahnya? Phi jahat, kalau P' Pluem gak beliin, Chimon bakalan ngambek sama Phi!" ujar Chimon yang langsung masuk ke dalam kamarnya membuat Pluem terdiam seribu kata.
"Phi pilih sekarang! Chimon atau uang Phi yang sayang dipakai untuk membeli makanan itu!"
Hiks... memang benar kata Papa New, kalau orang hamil itu lebih sensitif. Batin Pluem lalu berkata, "Iya sayang, Phi beliin. Kamu tunggu sebentar."
"Baiklah, Tuan Chimon. Dengan segera mie instan akan diantarkan ke kamar ini, mohon ditunggu sebentar dan jangan mengambek ya." Pluem berkata seraya mencium kepala suaminya.
Saat ia sampai di dapur, terlihat New yang sedang membuat beberapa jus. Pluem langsung menyapa sang papa kemudian mulai memasak makanan yang diidamkan oleh suaminya.
"Chimon ngidam mie instan?" Pluem hanya berdehem, ia bingung apa yang harus ia lakukan nanti jika dia semakin mengidam makanan instan seperti ini. Tidak mungkin kan ia harus mengalah terus dan membiarkan suaminya yang sedang hamil itu terus memakan makanan yang kurang sehat.
"Daddy tau apa yang kamu pikirkan," ujar Tay yang tiba-tiba saja muncul entah darimana. Pria itu menepuk pundak anak sulungnya, "Sesekali saja tidak apa-apa, kamu belum tau aja, pas Hin hamil adik kamu si Nanon, ngidamnya lebih enggak-enggak, kalau gak yang bersantan pasti yang instan instan."
Pluem yang mendengarnya hanya mengangguk-angguk sambil menuang bumbu ke piring. Mungkin aku harus mengalah sesekali agar ia selalu bahagia, pikirnya sambil tersenyum.
Selesai memasak, ia langsung menghampiri Chimon dan membiarkan pria itu menikmati makanan tersebut. Sebagai ucapan terimakasih, Chimon memeluk Pluem hingga tertidur dan sampai mereka bangun di keesokan harinya.
🐻💙🐳
"Untung aja seragam sekolah P' Pluem belum dibuang," ucap Chimon yang baru saja selesai berkaca. Walaupun perutnya belum membesar, tapi ia sudah mulai memakai seragam milik suaminya dulu agar nanti saat perutnya sudah membesar, tidak akan ada yang terlalu memperhatikannya.
"Hari ini kamu berangkat dan pulangnya sama Frank dan Nanon, Phi ada janji kerja kelompok soalnya." Chimon mengangguk patuh dan mengambil tas sekolahnya, memakai kaus kakinya dan berjalan ke bawah untuk sarapan.
"Selamat pagi, Papa, Daddy," sapa pria itu dengan ceria seperti biasanya. Hari ini keluarga itu juga adem ayem saja, sejak New dan Chimon hamil, keluarga itu lebih damai dan jarang terjadi pertengkaran, atau mungkin itu hanya berlaku untuk sementara.
"Ih, kak Frank. Itu kan disiapin sama Papa untuk Nanon, masa kakak main ambil aja, balikin gak."
"Maaf, udah terlanjur termakan, makan aja apa yang tersisa." Frank membalas ucapan Nanon seraya mengejeknya dengan roti selai yang tergigit setengah di tangan kanannya.
Kini Nanon bangkit dari duduknya dan keduanya sedang kejar kejaran untuk merebut roti selai yang padahal hanya diolesi selai strawberry.
New menghela nafasnya melihat kelakukan kedua anaknya itu, amit-amit jika mereka mendapatkan anak cowok lagi dan kelakuannya seperti mereka.
"P' Pluem!!! Jangan ambil bagian Chimon dong," rengek Chimon yang merasa porsinya kurang akibat direbut oleh suaminya, orang yang ditegur hanya senyum polos dan memeluknya lalu meninggalkan orang rumah itu setelah berpamitan.
Tay yang melihat menantunya emosi langsung menenangkan pria itu, membagi sedikit roti miliknya dan menenangkannya. Di sisi lain, ada seorang aki-aki yang masih belum terima harus tinggal berpisah dengan putra kesayangannya.
"Biasanya pagi-pagi gini Chimon akan menuruni tangga dengan cerianya, menyapa kita terus---" Gun menghentikan ucapan suaminya itu dan langsung berkata, "Chimon masih hidup Papii, dia cuman tinggal di seberang rumah, kenapa belakangan ini Papii selalu berperilaku seperti ditinggal oleh orang tercinta Papii? Emangnya kalau Chimon pindah ke rumah P' New, Papii udah gak punya siapa-siapa lagi? Terus apa guna Gun di sini?"
Off langsung terdiam dan menatap Gun yang matanya mulai berkaca-kaca, membuat pria itu panik dan berkata, "Bebii, jangan nangis. Kamu itu segalanya buat aku, tadi aku hanya berdrama sedikit, semalam kebanyakan nonton drama DOTS, sedih banget adegan Yoo Si Jin yang gugur di medan perang dan Kang Mo Yeon harus kuat menghadapinya."
Off pun pergi membawa susu hamil yang biasa dikonsumsi oleh suaminya dan membiarkan pria itu meminumnya sekaligus menenangkan diri.
"Hari ini, Gun ada photoshoot tas bermerek bareng P' New jadinya Gun berangkat sama P' New saja. Papii berangkat sendiri," ujarnya lalu Off mengangguk patuh.
Bebii seharusnya tidak ngambek kan? Dia memintaku untuk tidak perlu mengantarnya, haruskah aku setuju atau berkata akan mengantarnya sekarang sebelum terlambat? Batin Off seraya menatap Gun, pria itu bimbang sekarang.
Gun meletakkan gelasnya di bak cuci piring kemudian berkata, "Aow, kenapa Papii masih di situ? Mau telat ke kantor?"
Off menghentikan lamunannya dan langsung menganggukkan kepalanya, menjawab iya dan berpamitan dengan suaminya lalu berjalan ke arah garasi untuk mengeluarkan mobilnya dan berangkat.
"Huaaa ... Papii lebih sayang Chimon," ucap Gun seraya menghapus air matanya. Ia berjalan menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan bersiap untuk berangkat. Saat itu juga ia memaksa dirinya untuk berhenti menangis.
Tapi ... "Hikks, P' New, Papii lebih sayang Chimon," adu Gun yang membuat pria itu bingung, bagaimana bisa dirinya cemburu dengan anak sendiri.
"Papii, gak sayang sama Gun lagi, huaa." Lagi-lagi Gun menangis seraya memeluk New, pria itu hanya bisa menepuk-nepuk pelan punggung Gun.
"Erm, Gun. Kalau kamu masih menangis, kita bisa telat ke tempat pemotretan, jadi bisakah kita berangkat sekarang dan berhentilah menangis," ujarnya lembut dan Gun mencoba untuk berhenti menangis. Pria itu masih sesenggukan tapi ia sudah masuk ke dalam mobil.
"Oh my God, Nong Gun ku, siapa yang membuat dirimu menangis?" Gun yang tadi masih belum menetralkan pandangannya langsung mengucek matanya berkali-kali dan melihat siapa pemilik suara itu.
"P' Arm? Apa yang Phi lakukan di sini?"
"Dia sedang bebas jadi dia adalah driver kita hari ini."
"Jalan saja dulu Phi, nanti akan New ceritakan," ucap New dan Arm langsung melaksanakan tugasnya hari ini.
•
•
•🐻💙🐳
Hai guys, maaf ya karena aku enggak up beberapa hari ini, karena aku gak ada waktu luang dan bingung mau lanjutin kayak gimana. Aku harap kalian gak kecewa kecewa banget ya sama cerita part kali ini.
Kalau ada komen, kritik, atau saran, boleh langsung diketikkan saja ya, akan saya baca kok :) mana tau itu akan membantu nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BIG FAMILY
FanfictionMenceritakan keluarga besar Vihokratana dan Adulkittiporn, dan keluarga kecil to be ❤️ Message: Bagi yang sudah mengikuti dari awal dan yang baru membaca mohon memaklumi ya kalau judul atau penulisan chapter-nya berevolusi terus menerus. Karena aut...