00. Berawalnya Sebuah Kisah
🍭🍭🍭
Seorang gadis kecil turun dari mobil, seraya membawa boneka beruang berwarna pink di tangan kirinya. Sedikit kesusahan untuk turun dari mobil karena badannya yang mungil.
"Bang Dean! Tulunin Lenatta dong," pintanya pada sang kakak dengan logat cadel, seraya merentangkan kedua tangannya dengan gemas. Jika dihitung umurnya sudah 7 tahun, tapi gadis itu masih belum fasih untuk mengucapkan huruf 'R' dan beberapa kata lain, yang menurutnya susah.
Dengan tertawa kecil karena gemas melihat adiknya, Deanno mengangkat lalu menurunkan tubuh mungil Renatta dari gendongannya.
"Mama, papa, Lenatta mau ke taman dekat lumah ya, jam dua belas nanti Lenatta macuk ke lumah," Izinnya dengan senyum manis. Mendengar itu papa dan mamanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum menatap putri bungsu mereka.
Belum lima langkah Renatta berjalan, suara Dean menginstruksikan dirinya untuk berhenti sebentar. "Ren! Jangan jauh-jauh, lo belum bisa ngomong roller coaster." Deanno tekekeh kecil menatap Renatta yang membalikkan badan dengan muka marah yang dibuat-buat.
"Dih, bang Dean yang paling ganteng ... hazek, ganteng nggak tuh. Lenatta udah bisa ngomong ituu tauuu," bantah Renatta seraya melipat kedua tangan kecilnya di depan dada.
"Sombong amat lu cil. Coba lo ngomong, kalau nggak bisa lo bukan adek gue."
"Idihh, siapa juga yang mau jadi adeknya bang Dean?"
"Lo?"
"Lah .... Iya ya. Ya udah ya udah, ni ya Lenatta bakal coba."
Tanpa dosa, Dean berlari menyusul kedua orangtuanya yang sudah memasuki rumah, meninggalkan Renatta yang sedang melatih lidahnya. "Llllrrrrr- ih?! Bang Dean kok jahat sih?!"
"Wahh, nanti kalau Lenatta beli pelmen yupi, bang Dean nggak bakal Lenatta kacih." Gadis itu bergumam kecil, seraya menaruh dua jarinya di dagu.
"Kayanya bang Dean bukan abangnya Lenatta, deh .... Bang Dean 'kan nakal, sedangkan Lenatta nggak nakal."
***
Begitu sampai di taman, pandangan Renatta kecil langsung tertuju pada seorang anak laki-laki yang tampak sedikit murung, dengan beberapa lebam di wajahnya. Diiringi dengan senyum diwajahnya, Renatta kecil menghampiri anak laki-laki itu dengan semangat.
Duk!
Tak sengaja Renatta tersandung kakinya sendiri karena terlalu bersemangat. Saat itu juga anak laki-laki yang menjadi perhatian Renatta tersenyum kecil. Meski perih dan sakit terasa di kedua lututnya, seketika Renatta kecil menahan tangisnya yang akan pecah saat melihat senyum tipis itu terbit.
Renatta bangkit lalu kembali berjalan, walaupun tertatih-tatih kemudian ia duduk di sebelah anak laki-laki itu.
"Wah, kamu cenyum." Kata Renatta kecil sebelum dia ikut tersenyum. Tapi kini, pandangannya teralihkan pada sudut bibir anak laki-laki itu yang terlihat sobek dan berdarah, dengan polosnya Renatta kecil menyentuh luka itu. Membuat anak laki-laki itu meringis tertahan.
"Sshh ...." Ia meringis seraya menjauhkan tangan mungil milik Renatta dari sudut bibirnya.
"Ihh pasti pelih," ujar Renatta dengan mata yang sedikit berair. Mendengar kalimat itu keluar, anak laki-laki yang duduk di sebelah Renatta tersenyum kecil, tak membalas atau menanggapi ucapan Renatta. Tentu saja Renatta ikut tersenyum melihat laki-laki kecil dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...