Bagian 2 - IMH

110 42 122
                                    

02. Curahan seorang Jaevan

💮💮💮

"Susahnya jadi pelawak itu apa-apa dianggep becanda, sampe perasaan gue pun lo anggep candaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Susahnya jadi pelawak itu apa-apa dianggep becanda, sampe perasaan gue pun lo anggep candaan."
Jaevandra —

💮💮💮

Jaevan sedang berjalan di lorong sekolah untuk menuju kantin, kali ini dia tidak sendirian karena saat ini dia di temani Juan dan Leo, adik kelasnya yang tidak sengaja bertemu tadi, selepas dia keluar dari toilet pria. Tak hanya berjalan, sesekali Jaevan menyapa warga sekolah dan menjawab sapaan mereka, bukannya ingin tebar pesona, hanya saja Jaevan hanya ingin terlihat ramah pada siapapun.

Jika diperhatikan, kali ini jaevan tidak bersama teman-teman seangkatannya karena kawan-kawannya itu tidak mau menunggu Jaevan saat di toilet tadi, alasannya karena tidak mau kehabisan soto mang Ujang yang tiada tara, ck! Kadang Jaevan berfikir bahwa dirinya ini tidak cocok berteman dan berkumpul dengan ... teman-temannya yang sekarang, seperti Leo, Arjuna, Juan, Mark dan yang lain, termasuk Renatta sekalipun. Jangan kalian berprasangka bahwa hidup Jaevan itu datar-datar saja, tak ada masalah ataupun semacamnya, hal itu termasuk kesalahan besar.

Ketika sedang berjalan dan berbincang dengan Leo dan Juan – adik kelas sekaligus teman yang biasanya jadi target kegemesan Jaevan – tak sengaja pria itu melihat ada seorang anak perempuan seumuran Juan mungkin, yang sepertinya sengaja menjatuhkan buku tulis di depan Jaevan. Karena Jaevan juga ingin tebar pesona, sedikit sih .... Akhirnya dengan kelembutan hati, dia mengambil buku tulis itu dan memberikannya kepada sang pemilik.

"Bukunya jatuh, nih," Kata cowok itu sambil mengulurkan buku yang baru saja dia pungut. Gadis yang diketahui bernama Cia itu tiba-tiba menjadi salah tingkah, memang niat awalnya hanyalah cari perhatian pada kakak kelasnya, a.k.a Jaevan. Tapi tak disangka bahwa kakak kelasnya itu malah merespon dengan baik.

"Makasih kak Jev ...." Jawab Cia dengan semburat merah di pipinya karena mendapat senyuman tipis dari Jaevan. Entah mengapa teman-teman Cia malah berteriak histeris. Membuat Juan dan Leo menyindir teman seangkatannya itu dengan cibiran mereka.

"Yoi."

"Leo, Juan, lo pada nggak insecure deket kak Jaevan?" Tanya salah satu dari mereka pada Leo dan Juan.

"Kak Jaevan cakep bat gila!" Tukas seseorang secara tiba-tiba. Tentu saja Jaevan merasa bahwa dirinya terbang saat dipuji seperti itu, padahal tiap harinya juga ia telah memuji dirinya tampan di depan cermin.

Satu hal yang menjadi pertanyaan bagi Jaevan, Renatta ... Apakah gadis itu merasa gengsi saat mengakui dirinya tampan? Makanya sampai sekarang, Renatta belum mengakuinya tampan, mungkin kah? Atau memang dirinya tidak cukup tampan bagi Renatta? Argh ... memikirkan hal itu membuat Jaevan pusing sendiri.

I'm Here [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang