10. Kebingungan
🌌🌌🌌
"Sedingin itu 'kah?"
— Renatta —
🌌🌌🌌
Mereka — Renatta dan Winata — memutuskan untuk menunggu hujan lebih reda di cafe dekat supermarket. Gadis itu duduk seraya menyeruput secangkir matcha latte yang baru saja jadi, cocok sekali diminum saat irama rintik hujan itu saling beradu.
Sore itu suasananya cukup gelap. Sudah sekitar 20 menit mereka mengobrolkan banyak hal, dan Renatta baru menyadari bahwa Winata tak begitu dingin meski pria itu susahnya minta ampun buat ngeluarin lima kata saja, tidak beda terlalu jauh seperti ekspektasinya selama ini.
Beberapa menit mereka berdua terdiam, pria yang ada dihadapannya itu sedang sibuk mengamati ponsel. Agak memalukan, tapi tadi malam ia bermimpi indah tentang pria yang ada di depannya itu. Mimpi yang terasa sangat nyata, sampai-sampai Renatta sendiri masih merasakan jantungnya berdebar saat bangun dari mimpi, jangankan saat bangun tidur, saat ini pun Renatta merasa salah tingkah. Ah sial! Lihat saja, pipinya akan semerah tomat sebentar lagi.
Dinginnya tatapan Winata rasanya tidak pernah melebihi dinginnya udara sore itu. Renatta masih sulit untuk percaya bahwa mereka berdua berada pada titik ini, maksudnya titik dimana mereka berdua membicarakan semuanya, tentang kebiasaan kecil yang dilakukan tiap harinya.
Diamnya bukan berarti tak bermakna. Renatta sampai terbawa suasana hingga lupa akan segalanya. Katakanlah bahwa dirinya bucin, memang benar adanya, gadis itu terus menerus menatap Winata tanpa jenuh, ia tak peduli Winata risih atau tidak. Renatta sendiri merasa ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya, saat pria itu menatapnya kembali dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Duduk berdua dekat jendela hingga lupa akan derita masing-masing. Berpagut pada senja sore itu, Renatta sangat bahagia sampai waktu rasanya tak berputar, saat ia diam ditatapnya. Hingga logikanya bergumam dengan keras tanpa ada yang mendasari, tertuju pada satu wajah dengan segala pesona yang dimiliki.
Kembali pada kenyataan, Renatta lupa dengan handphonenya yang mati karena kehabisan daya. Tak lama, ia mengeluarkan ponselnya yang ia simpan dalam tas sekolah. Kemudian menancapkan kepala charge dengan kabelnya pada stop kontak yang tersedia di setiap meja.
Saat ponselnya ia nyalakan, beberapa deringan dari notifikasi ponsel Renatta mengalihkan atensinya termasuk Winata sekalipun. Bukan hanya sekali saja berbunyi, namun secara beruntun. Renatta jadi teringat hari menjelang sore, mampus saja lah dia saat pulang nanti. Gadis itu buru-buru membuka aplikasi chatting-nya, ada beberapa panggilan tak terjawab serta runtutan pesan dari mamanya, Jaevan dan Tania. Karena Renatta merasa takut bukan main, ia memutuskan untuk membuka pesan yang Tania kirim terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...