08. Sebuah Rencana?
🌌🌌🌌
"Bukan tentang seberapa banyak luka. Namun tentang seberapa kuat untuk bertahan."
— Jaevandra —
🌌🌌🌌
"Sagema, tolong jaketnya dilepas, ya." Perintah bu Ani, beliau adalah salah satu guru mata pelajaran biologi yang mendapat amanah untuk mengurus murid-murid kelas 11 IPA 6, alias menjadi wali kelas mereka.
Merasa namanya disebut, Jaevan segera berdiri secara perlahan dari duduknya. Kemudian dia sedikit membungkukkan badannya seraya mengucapkan, "Maaf bu, saya sakit."
Sebenarnya Jaevan bukan tidak ingin mematuhi perintah bu Ani. Karena keadaan kedua lengannya sangat memprihatinkan, luka yang hanya terbalut kain tipis dengan selotip sebagai perekat, dengan darah yang mungkin masih mengalir dikit, tidak mungkin juga ia melepaskan hoodienya. Bisa-bisa ia dituduh ikut andil dalam kegiatan tawuran di SMA terdekat.
Mendengar alasan muridnya yang satu itu, rasanya bu Ani tak langsung percaya begitu saja. "Lalu mengapa masih masuk? Kalau memang benar kamu sakit, tidak perlu masuk sekolah, yang penting ada surat izin bertanda tangan wali murid," elak bu Ani.
Mendengar hal tersebut, Jaevan terdiam. Bukan berniat untuk tidak menjawab, melainkan dirinya hanya tidak ingin teman-temannya tahu ia sakit karena apa.
Melihat keterdiaman Sagema — ah maksudnya Jaevan, bu Ani menghela nafas. Sebenarnya bu Ani bingung sekali dengannya, jika terdapat undangan untuk wali murid, orang tua atau yang menjadi wali bagi Jaevan tidak pernah ada yang datang, hal tersebut membuat beberapa guru tidak menyukai Jaevan yang samar asal-usulnya, untung saja muridnya itu memiliki prestasi akademik maupun non-akademik, sehingga tak dikit juga guru yang membanggakannya. Lalu bagaimana Jaevan mengisi identitas orang tuanya? Jika hal itu, Jaevan selalu mengisinya, lengkap dengan pekerjaan orang tua atau walinya itu. Administrasi sekolah Jaevan sendiri yang membayar, untungnya Jaevan tidak pernah menunggak, sehingga bu Ani masih terdapat beberapa alasan untuk mempertahankan Jaevan. Jika ditanya kemana papanya, maka Jaevan akan menjawab bahwa papanya itu selalu sibuk dan Jaevan tidak berani untuk merepotkan papanya, lalu bagaimana dengan ibunya? Jaevan akan menjawab bahwa ibunya telah meninggal, maksud Jaevan adalah bundanya Gibran. Selalu itu yang Jaevan ucapkan, sekalipun pengambilan rapot semesteran, Jaevan akan mengambilnya sendiri.
Memikirkan hal itu, membuat kepala bu Ani pusing sendiri. Kemudian Bu Ani segera menyuruh Jaevan. "Ya sudah, kamu langsung pergi ke UKS saja, beristirahat disana. Jangan kemana-mana. Supaya tidak merepotkan yang lain."
"Baik, terimakasih, bu."
***
Kriingg!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...