Bagian 14 - IMH

29 14 3
                                    

14. Renatta Belajar Sabar

❄❄❄

"Hebat banget lo, Ren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hebat banget lo, Ren. Seharusnya lo nggak pantes bikin gue cemburu, karna lo bukan siapa-siapa. "
— Jaevandra —

❄❄❄

"Ohh. Mau bales dendam gitu? Oke oke," gumamnya pada diri sendiri.

Kok nggak dibales-bales sih?! Seleb banget lo, Jep.

Renatta jelas menghela nafas. Gadis itu baru saja membuka room chat-nya dengan pria yang akhir-akhir ini membuat kepalanya terasa berat. Renatta tidak sebodoh itu untuk sekedar menyadari perubahan pada sikap Jaevan. Ia pun melemparkan handphonenya di atas meja kecil dekat ranjang. Entah jenis umpatan apalagi yang keluar dari bibir gadis itu seraya melangkah menuju cermin.

Renatta duduk di kursi riasnya, menghadap pada cermin yang menampilkan pantulan dari dirinya yang telah terbalut seragam abu-abu putih. Gadis itu pun melepaskan jedai yang menjepit rambutnya sedari tadi. Sedikit merapikannya sebelum ia sisir dan dibiarkan terurai begitu saja.

Setelah selesai merapikan surai bergelombangnya, gadis itu menambahkan jepit rambut berbentuk love sebagai pemanis sekaligus sentuhan terakhir. Dan sekarang Renatta bingung akan berangkat sekolah dengan siapa. Papanya tidak bisa mengantarkan dirinya, karena sejak shubuh tadi pria berkepala empat itu sudah berada di bandara, untuk pergi ke luar negeri. Katanya sih urusan kerja, Renatta sendiri tidak paham. Gadis itu pun langsung menjatuhkan kepalanya di atas meja rias dengan lesu.

Tidak mungkin juga ia berangkat sekolah bersama Dean. Ayo bertaruh, Renatta yakin sekali abangnya itu masih molor dengan guling serta bantal yang berada di lantai, jika saja Renatta salah mengira, gadis itu janji akan berdamai dengan Candra. Renatta jelas malas untuk membangunkan kebo girang yang satu itu, yang ada gerbang sekolahnya tutup duluan sebelum si abang bangun dari bunga tidurnya. Lagipula jika Dean sudah bangun pun, Renatta tidak yakin abangnya itu mau berbaik hati untuk mengantarkan dirinya ke sekolah, karena hari ini Dean hanya ada kelas siang dan Dean tidak akan mau jika jam kuliahnya tidak sama dengan jam masuk Renatta.

Bagaimana dengan Mamanya? Renatta tentu tidak mau membuat sang mama merasa kelelahan hanya untuk mengantarkan dirinya ke sekolah. Biarkan saja mama di rumah, agar bisa membangunkan Dean dengan bunyi dari pertemuan antara wajan penggorengan dengan spatula yang sangat nyaring itu.

Gadis itu mendengus dengan kasar. Itu artinya, mau tidak mau Renatta harus menghubungi Jaevan. Berharap saja Jaevan belum sampai di sekolah agar pria itu bisa memberikan tebengan pada Renatta. Padahal Renatta masih kesal setengah mati pada pria itu. Pesan darinya tidak dibalas sejak kemarin, dibaca pun tidak. Padahal Renatta melihat dengan jelas bahwa pria itu online semalam.

"Jepaaan. Lo tuh suka banget bikin gue bingung." Rengeknya entah pada siapa, dan dengan begitu saja dirinya bangkit. Walaupun dengan ogah-ogahan, Renatta tetap saja mengambil handphonenya dan mengetikkan beberapa kata kemudian mengirimnya.

I'm Here [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang