04. Terciptanya Rasa Sakit
💮💮💮
"Ada dia yang bisa menyamarkan sejenak beban hidup yang mendesak untuk kuat, kemudian memaksa untuk bertahan."
— Jaevandra —💮💮💮
BRAK!
"BANGUN, REN!"
Suara bariton itu terdengar menggema di dalam kamar Renatta. Menyambut dengan tidak sopan kesadaran Renatta yang dengan cepat terkumpul. Tidur cantiknya jadi terbongkar hanya karena suara dobrakan pintu yang dibuka secara paksa. Sinar matahari pun masih redup dan malu-malu untuk masuk melalui jendela kamar.
"DI BAWAH ADA PACAR LO!"
Dalam keadaan setengah sadar, Renatta mengerjapkan kedua matanya yang masih terasa lengket akibat begadang tadi malam. Gadis itu berusaha untuk menyesuaikan cahaya lampu yang masuk kedalam lensanya. Renatta mengucek kedua matanya, guna menyempurnakan pandangan yang sedikit memburam akibat matanya yang membengkak. Salahkan drama Korea yang tadi malam ia tonton! Matanya jadi membengkak karena tiga episode terakhir.
Namun, saat melihat siapa yang berteriak, Renatta kembali membaringkan tubuhnya, tak lupa ia memeluk guling kesayangan. Gadis itu memasang wajah tak suka, akibat tidur nyenyaknya terganggu.
"Apaan sih bang ... lo tuh kalau julid nggak usah kebangetan, deh! Gue tau kalau gue jomblo, tapi gue nggak segitunya sampe ngehaluin Winata ada di depan rumah." Renatta berucap tanpa sadar, yang membuat dirinya refleks terduduk, walaupun rasanya badan ingin remuk saja.
"Winata? Pacar lo?"
Renatta berdecak, kemudian berucap dengan suara khas bangun tidur, "Otw."
"Yahh, kasian. Jomblo kok ngenes." Entah itu sebuah ejekan atau sindiran dari Dean yang ditujukan untuknya, tapi perkataan itu adalah fakta.
"Ngaca bang."
"Udah, kenapa? Gue emang cakep."
"Ck!"
"Heh! Bangun! Lo nggak sekolah?" Mata Renatta yang bengkak itu menatap Deanno yang tengah menyibak tirai jendela kamarnya. Setelah itu, mendudukkan dirinya di tepi kasur milik Renatta dengan tidak sopannya. Lantas Renatta berdecak kesal saat Deanno menarik dengan kasar selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Renatta sebenarnya heran dengan teman-temannya yang mengatakan bahwa memiliki kakak laki-laki itu sangat menyenangkan, dirinya malah menentang hal itu. Tiap hari ada saja kelakuan random sang kakak apabila gabut dan bingung harus melakukan apa, lantas, Renatta yang selalu menjadi target sasaran Dean saat pria itu gabut.
Hal selanjutnya, Renatta malah menutup tubuhnya dengan selimut, kemudian berucap, "Lima menit lagi, bang."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...