12. Antara Perjuangan dan Rasa Cinta
🌻🌻🌻
"Memang benar jika cinta tidak selamanya harus memiliki. Tapi jika rasanya pun sesakit ini ... kuat 'kah aku untuk bertahan?"
- Jaevandra -
🌻🌻🌻
Kala itu langit masih diselimuti petang. Terdapat hawa dingin yang sangat menusuk batin. Kalian tau? Sebelum adzan Subuh tadi, Renatta sudah bangun, sejak itu pula semua lampu rumah telah ia nyalakan, terkecuali lampu kamar Dean. Jangan ditanya sedang apa pria itu, jelas masih molor di bawah selimut bergambar kartun Pororo pemberian Renatta lima tahun yang lalu.
Kembali pada gadis yang sedang sibuk dengan peralatan sekolahnya itu. Asal kalian tahu, bahwa Renatta sudah mandi setelah lima menit matanya terbuka, bahkan sebelum mentari menampakkan sinarnya, sangat pagi buta sekali bukan? Sebenarnya bukan tanpa alasan Renatta bangun sepagi itu, karena agendanya pagi ini adalah mencoba membuat makanan, yang mudah pastinya, untuk ia jadikan bekal kemudian ia berikan pada Winata.
Entahlah, itu adalah sebuah ide gila yang tiba-tiba terlintas di pikiran Renatta semalam, sebelum ia tertidur. Jangan heran, karena setiap Renatta merebahkan dirinya pada malam hari, gadis itu akan membuat skenario di hari esok, alias mengkhayal. Dan berakhir dengan dirinya yang memimpikan Winata, lagi. Ah, Renatta jadi malu sendiri, mampu mendebarkan dadanya yang semula berderap dengan tenang, bahkan gadis itu tertawa seperti orang gila saat menuruni anak tangganya untuk menuju dapur. Untung saja Dean belum bangun, bisa-bisa Renatta diledek habis-habisan.
Namun mendadak, suasana di rumah itu menghening, entah hanya perasaan Renatta saja atau memang benar. Tapi rasanya berbeda saat mengingat kejadian saat di lorong waktu itu, walaupun bukan masalah besar, namun Renatta yakin seyakin-yakinnya bahwa tatapan Winata kali itu sangat berbeda dari biasanya. Apa yang terjadi pada pria itu ya?
Renatta hanya mampu menghela nafas dan berusaha untuk menenangkan pikirannya, ya meskipun sedikit mengganggu. Namun dia tetap berharap bahwa Winata akan menerima pemberiannya nanti, semoga ....
Kemudian ia melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda tadi.
***
Masih di pagi yang sama, namun waktu yang berbeda. Sang mentari menyapa pagi kali itu dengan senyuman yang sangat mengagumkan hati Dean. Lantas pria itu menyahut handuknya yang tergantung di belakang pintu.
Belum sadar saja jika empat puluh menit lagi Dean ada kelas di kampusnya. Begitu pria itu keluar kamar, dan matanya menatap jam dinding di atas sana, mata yang semula masih terasa berat itu langsung mendelik. Rasa kantuknya hilang begitu saja.
Di saat yang sama, Renatta mendapati kakak laki-lakinya itu sedang berlari menuju kamar mandi, yang tentu saja membuat niat Renatta untuk membangunkan Dean terurung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...