06. Ada apa dengan malam?
🌌🌌🌌
"Malam tidak pernah gagal membunuh jiwa yang sepi."
— Renatta —"Malam selalu sunyi, namun dapat menghadirkan mu dalam hening dan diamnya."
— Jaevandra —🌌🌌🌌
Suasana meja makan malam itu kaku, tanpa ada hangat obrolan yang mengisi keheningan. Seolah canda tersingkir dengan sengaja, tak seperti biasanya. Berganti menjadi tegang yang entah bermula sejak kapan.
Renatta takut, tentu dia juga tidak berani untuk memulai obrolan. Terlebih mama dan papanya yang mungkin akan memarahinya sebentar lagi. Sebenarnya sejak tadi Renatta menghindari kejadian ini. Dia berusaha untuk tetap tenang, sedari tadi ia hanya menikmati makan malamnya dalam diam dan tidak nyaman. Sesekali ia juga melirik kearah Dean, yang wajahnya terlihat sangat tenang baginya.
Tentu saja tebakan Renatta salah besar. Deanno juga merasa ketegangan itu menyiksanya. Entahlah, Dean sangat benci situasi seperti ini, itu artinya mama atau papa, atau bahkan keduanya akan memarahi Renatta lagi. Sudah sering terjadi, dan Dean sangat membenci itu.
Sampai akhirnya perhatian kakak adik itu teralihkan saat mendengar dentingan sendok makan itu berhenti. Renatta dapat melihat dari ujung mata, bahwa mamanya menatapnya dengan dingin dan tajam, seolah-olah belati itu menghunusnya lebih dalam.
"Renatta Dhenaya Andira. Mau jadi apa kamu nanti?!"
Tanpa kata, Renatta terus melanjutkan makan malamnya, tanpa berniat menjawab pertanyaan sang mama. Ia hanya akan mendengarkan tanpa bersuara, sampai ia ingin menjawab nanti.
"Lagi-lagi nilai matematika mu. Mengapa bisa di bawah rata-rata?!" Renatta hanya mendengarkan, tanpa berniat membalas cibiran Mama soal nilai matematikanya yang bisa dibilang jelek.
Wanita itu hanya bisa menghela nafas, melihat putri bungsunya itu yang hanya memilih diam tanpa menatap dirinya. Pandangannya kini terjatuh pada Deanno yang terduduk di depannya.
"Lihat kakak kamu. Dia bisa mendapatkan nilai A di setiap mata pelajaran yang ada. Contoh dia Renatta!"
Lantas Renatta bangkit saat makanan yang ada di piringnya itu telah tandas, sebelumnya Deanno sempat menatap Renatta, berusaha membaca sesuatu yang adiknya itu pendam. Dean tahu jika Renatta terluka, dan jika boleh, Dean ingin sekali Renatta membagi semua dengannya.
"Renatta!" Ada jeda singkat yang memeluk, sebelum Renatta melanjutkan langkahnya menuju kamar. "Dengar Renatta! Kamu nggak boleh keluar besok. Masuk ke dalam kamar, kemudian belajar!"
Renatta berdecih sangat kecil, ia tau bila yang ia lakukan itu terkesan tidak sopan dan seperti meremehkan perkataan sang mama, tapi biarkan Renatta melakukan hal itu sekali saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...