13. Gengsi tapi Peduli
🌜🌜🌜
"Maaf jika aku berlebihan. Maaf jika aku membuatmu bingung. Maaf jika aku terlalu labil. Maaf, karena aku hanya pria biasa."
- Jaevandra -
🌜🌜🌜
"Jepan?" Gadis itu terkekeh. "Kok lo keliatan canggung banget pas interaksi sama gue?" Jehan terkikik saat melihat ekspresi terkejut Jaevan melalui ekor matanya.
Bagaimana tidak canggung? Gadis itu - Jehan - merupakan salah satu gadis yang pernah menyatakan perasaan pada Jaevan. Sebenarnya yang membuat canggung adalah kebaikan dari gadis itu, Jaevan jelas merasa tidak enak padanya. Ia jadi merasa bahwa dirinya sejahat itu pada Jehan, meskipun Jaevan menolak gadis itu secara baik-baik. Pasalnya Jehan telah mengetahui sebelumnya bahwa Jaevan hanya menyukai seorang Renatta, dan setelah mengetahui hal tersebut pun sifat Jehan sama sekali tidak berubah. Jaevan sendiri sempat mengira, bahwa Jehan akan berbuat yang tidak-tidak pada Renatta, nyatanya sampai sekarang Jehan selalu bersikap baik pada Renatta, pun selama ini Renatta mengadu padanya jika ada yang menggangu.
Namun bagaimana pasti perasaan Jehan yang sebenarnya, Jaevan tidak tau, tapi jika dilihat-lihat Jehan ... baik-baik saja, tidak berulah sejauh ini.
"Gue panggilin Renatta buat jagain lo, ya?" Tawar Jehan seraya mendudukkan dirinya di kursi sebelah ranjangnya Jaevan. Lihatlah, bahkan Jehan mengerti keinginannya.
Jaevan sempat heran, apakah gadis itu tidak merasakan cemburu? Ah, bukannya Jaevan merasa kepedean atau bagaimana, tapi biasanya seseorang akan merasa cemburu bila orang yang ia sukai dekat dengan orang lain.
Tentu hal tadi membuat Jaevan menghentikan seruputan segarnya dari teh hangat itu dan refleks menolak tawaran Jehan dengan gelengan kencang. Entahlah, Jaevan hanya sedang tidak ingin bertemu dengan Renatta. Jaevan pasti merasa aneh sendiri jika nanti dirinya berduaan dengan Renatta dalam satu ruangan. Kecanggungan tentu akan meliputi keduanya, apalagi tadi pagi Jaevan sempat menampakkan ekspresi ketidaksukaannya pada Renatta, dan jelas gadis itupun menyadari salah satu kebodohannya di hari itu.
"Ehh! Jangaaan." Begitu katanya.
Jehan sedikit tercengang karena merasa heran.
Seolah tau kebingungan sedang melanda gadis yang ada dihadapannya itu, Jaevan kembali bersuara. "Gue lagi nggak pengen ketemu sama dia."
Jehan tentu semakin heran. Lantas dirinya menaikkan sebelah alisnya dan bertanya, "Lah? Tumben? Biasanya juga lo nyariin dia kalau lagi masuk UKS."
Mendengar tuturan fakta keluar dari mulut Jehan, Jaevan hanya mampu menampakkan deretan giginya alisan nyengir, bingung harus merespon bagaimana. Untung saja ketampanan Jaevan diatas rata-rata, kalau tidak, muka tengil itu sudah bisa dipastikan mirip dengan monyet.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here [On Going]
Teen FictionSetiap manusia yang ada di dunia pasti memiliki kisahnya masing-masing. Sama seperti malam yang bingung harus memilih antara indahnya Bulan atau terangnya Bintang. Seperti Hujan yang setia dengan gemuruh Petir, sekalipun terlihat menakutkan. Atau se...