02. Perjalananmu, Baru Dimulai

9.4K 1.4K 61
                                    

Waktu berlalu begitu saja, semesta membiarkan hari berlalu silih berganti. Ricky, seorang anak yang kini sudah tak menggunakan pakaian SMP lagi menjadi bukti, bahwa waktu berlalu begitu cepat. Menatap pantulan dirinya di cermin, merapikan sedikit dasinya kemudian menghembuskan nafas panjang. Perlahan kurva lengkung mulai tercipta pada bibir tipisnya.

"Gue masih engga nyangka, ternyata gue bisa hidup sendiri. Ayo Ricky! Buat kesan yang hebat untuk hari pertama SMA." Cowok itu berjalan untuk mengambil tasnya di atas meja, berjalan melalui cermin untuk melihat sekali lagi.

"Setidaknya biar nanti ada yang gue ceritain ke anak gue, seberapa perjuangan gue buat sekolah. Melewati lembah, gunung, sungai, sampek Hutan Amazon, terus ketemu beruang kutub." Entah apa yang ada di kepala cowok itu, seketika dia menggeleng pelan dan mulai melangkah keluar sembari terkekeh kecil. "Apaan coba yang ada di kepala gue, yakali beruang kutub di Amazon. Ricky, Ricky."

Tok! Tok! Tok!

Ricky tau jika itu adalah Juan. Mengetok pintunya dengan sedikit brutal adalah ciri khas darinya. Setelah itu Ricky tebak, cowok itu akan mengomel sepanjang jalan karena dirinya yang sering mengulur waktu. Cowok yang kini menyampirkan tas di bahu kiri itu perlahan membuka pintu, dan Juan adalah orang pertama yang ia lihat setelah membuka pintu.

"Ayo jalan--"

"Udah gue bilang jangan lama-lama! Nanti kalo telat gimana? Ini kan hari pertama masuk SMA, masa udah ngasih kesan yang buruk aja? Pasti lo ngelamun dulu kan di depan kaca? Aduh, Ricky, Ricky. Sampek kapan lo bakalan ngelakuin kebiasaan yang bisa bikin kita telat. Masa setiap pagi gue harus ngedor pintu biar lo keluar, sekali-kali lo yang nunggu gue napa?" Baru saja hendak berucap, Juan sudah lebih dahulu mengomel kepada Ricky, cukup untuk membuat kepala Ricky terasa ingin pecah, namun itu semua tak pernah bisa membuat cowok yang lebih tinggi dari Juan itu merasa jera sama sekali.

"Iya-iya, lo jangan ngomel. Kalo lo ngomel kita juga bisa telat. Ayo!" Ricky langsung menarik tangan Juan dan berjalan meninggalkan kos yang sudah terkunci itu. Tak sampai di situ, Juan kembali menggerutu sepanjang jalan karena Ricky menariknya dengan terlalu kuat, membuat cowok bermata cantik itu harus mengikuti langkah Ricky yang sedikit lebih lebar darinya.

"Rik, pelan-pelan jalannya!"

"Ga, nanti telat."

"Ya kalo kaki gue copot nanti ga bisa jalan juga, Rik!"

"Ga bakalan copot. Kalo copot yaudah pasang lagi, gitu doang." Sungguh, jika Juan bisa teleportasi, dia akan memilih untuk pergi lebih dulu dan meninggalkan Ricky di sini.

"Udah sarapan, lo?" Tanya Ricky yang kini mulai memelankan langkahnya.

"Belom, nanti gue mau kulineran di kantin SMA ada apa aja. Makanya gue sengaja ngga sarapan."

"Sama dong, gue juga ga sarapan."

"Kenapa?"

"Males masak. Gue mau cari istri aja yang bisa masakin gue tiap hari." Terdengar kekehan kecil dari Juan, laki-laki itu menatap remeh Ricky di sebelahnya.

"Gegayaan mau punya istri. Siapa yang mau jadi istri lo?"

"Tuh, Senja ada. Gue juga lumayan deket sama dia."

"Yakali! Mau di slepet bapaknya lo! Tau kan? Pak Yanto orangnya gimana." Ungkapan itu membuat Ricky berpikir sejenak, menatap ujung sepatunya yang bergesekan dengan aspal jalan.

1. Semesta dan Lukanya [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang