Hari ini mentari datang dengan cahaya hangatnya seolah-olah tersenyum dan menyapa seluruh penduduk di bawah jumantara. Mahesa perlahan mengerjapkan matanya, menelisik cahaya yang perlahan menyorot dua iris hitamnya. Sesegera mungkin dia bangkit dari ranjang dan membersihkan diri. Hari ini hari Minggu, waktu yang tepat untuk melepas lelah setelah seminggu bekerja. Bagi para pekerja keras seperti Mahesa, hari Minggu adalah sebuah hari yang paling ditunggu-tunggu, karena kebahagiaan mereka hanya akan mereka dapatkan di hari Minggu.
Dan hari gajian tentu saja.
Laki-laki itu mulai menggosokkan handuk di kepalanya yang masih basah setelah keramas, memperhatikan lamat-lamat sesuatu yang bergerak-gerak di atas pohon mangganya. Tunggu, apa itu? Laki-laki itu menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas, namun akhirnya suara seseorang memecah fokusnya.
"Yen! Turun elah! Lo jangan buat onar pagi-pagi." Suara itu terdengar familiar. Mahesa berjalan kearah pintu, memutar kuncinya dan akhirnya pintu terbuka memperlihatkan Juan yang kini berdiri di bawah pohon mangganya.
"Juan? Ngapain?"
"Aduh, Bang. Gue ribut, ya? Maaf deh. Tapi ini Si Oyen nyari masalah dari tadi. Gue bangun pagi-pagi gara-gara dia yang ribut minta makan, terus waktu gue masih goreng ikan dianya ngilang. Gue cari-cari ga ada, lah waktu gue ketemu dan mau nangkep dia, dia malah lari keatas pohon. Beban banget, kan?" Remaja yang masih memakai kaos oblong tanpa lengan itu sudah mengoceh pagi-pagi di depan rumahnya. Mahesa mengalihkan pandangannya kepada sosok kucing yang diberi nama Oyen, berdiri di salah satu dahan pohon mangganya dengan wajah tak bersalah.
"Udahlah, Ju. Lagian kucing juga. Lo ngoceh panjang lebar pun dia nggak bakalan ngerti." Mendengar itu Juan hanya bisa menghela napas panjang. Ya, mau gimana lagi? Si Oyen memang beban, tapi kalo dibuang juga sayang, kan dia sudah seperti teman bagi Juan.
"Iya juga, Bang. Tau lah! Capek gue. Sekarang lo bisa turun, ga?" Juan bertanya kepada kucing yang kini berdiri di salah satu dahan pohon itu, kucing yang hanya menatapnya dengan tatapan takut-takut. Huh, Juan tahu kucing ini memang selalu menjadi masalah. Dia mengangkat kedua tangannya dari bawah dengan tatapan fokus kepada Oyen.
"Sini, turun. Gue tangkep." Oyen awalnya merasa agak ragu, namun melihat wajah Juan yang meyakinkan dapat membuat Oyen menaruh kepercayaan tinggi kepada majikannya untuk segera melompat. Namun kini Juan yang merasa agak ragu, apakah kucing yang diberinya nama Oyen dan lahir tanpa sesuatu bernama akhlak itu bisa mendarat dengan baik?
"Yen, hati-hati, ya? Ancang-ancang dulu baru lom--" Ungkapan Juan terpotong kala tubuh kucing jantan itu sudah mendarat tepat di wajahnya, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan. Kucing itu langsung melompat, dan menatap Juan dari bawah tanpa rasa bersalah.
"Oyen! Kan gue udah bilang ancang-ancang dulu, malah mendarat di muka gue! Awas aja lo, nanti gue ga kasih makan ikan lagi."
"Yahaha, kasian. Ga jadi makan ikan lo sekarang!" Oyen mengalihkan pandangannya kala mendengar suara. Dia menengok kearah jalan dan menemukan Joko, seekor kucing jantan berdarah campuran yang menjadi musuh terbesarnya dalam memperebutkan hati Melly, kucing betina milik tetangga Juan yang memiliki paras aduhai bak bidadari yang turun dari kahyangan. Versi kucing tentu saja.
"Diem lo, babik!" Jawab Oyen tak terima.
"Gue kucing btw."
"Sama aja!" Ungkap Oyen tak terima, dia menatap nyalang Joko yang kini berdiri di atas tembok dengan wajah meledek. Tentu saja dia tak terima dikatai tak akan mendapatkan ikan. Oyen kini menatap Juan dengan tampang yang bisa dibilang paling lucu selucu-lucunya. Dengan matanya yang besar itu, dia bisa dengan mudah membuat tatapan mata yang berbinar, mengedipkan beberapa kali untuk meluluhkan hati Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Semesta dan Lukanya [TERBIT]
Teen Fiction[SUDAH DIBUKUKAN] "Ini hanya kisah tentang kami, tujuh luka yang beharap bisa berakhir bahagia." Hari itu, saat tujuh luka dengan masalah berbeda berhasil dipertemukan oleh semesta. Mengukir sendiri kisah mereka yang penuh luka, di atas lembar aksar...