Pertama kali dalam hidup Ricky, dia menerima kenyataan bahwa seseorang yang pernah dia sayangi pergi. Siapa lagi yang dia cintai selain Suho, ikan cupang yang dia jaga sepenuh hati. Dia tahu Suho bukanlah ikan-ikan mahal yang biasanya berharga jutaan, bukan ikan cupang langka yang punya sirip luar biasa cantiknya. Namun dia hanya seekor ikan jantan sederhana, yang mampu membuat Ricky menyayanginya.
Jujur ini terlalu berlebihan, mungkin, untuk seekor ikan cupang. Namun mengingat bagaimana Ricky begitu merasakan kehilangannya, sepertinya ikan cupang yang satu ini sudah berhasil membuat Ricky benar-benar bergantung padanya.
Bahkan kini sudah dihitung dua hari kematiannya, namun rasa sedihnya untuk Ricky masih terasa sama sejak terakhir kali ikan cupang itu memilih pergi ke pelukan semesta. Mencari sebuah akuarium raksasa di atas angkasa, dan merasa bahagia di sana. Ricky mengingat-ingat apakah dia pernah membuat kesalahan pada Suho sehingga dia lebih memilih pergi?
"Udahlah, Rik. Lo nangisin ikan cupang sejak dua hari terakhir. Ini baru cupang, Rik. Gimana nanti di masa depan lo kehilangan seseorang." Juan hanya bisa terus membujuk Ricky yang sering melamun akhir-akhir ini. Mungkin dia masih belum bisa melupakan Suho begitu saja. Bahkan kini laki-laki itu rela datang ke kos Ricky untuk membujuk anak itu yang akhir-akhir ini tak pernah keluar. Dia datang bersama Sean yang kini rebahan santuy dengan salah satu kaki dinaikkan keatas tentu dengan kedua earphone yang menyumbat telinganya. Tak berminat samasekali mendengarkan ocehan mereka berdua.
"Gue ga bisa, Ju. Lo ga tau rasanya kehilangan."
"Iya, gue tau lo sedih. Tapi Rik, ikan cupang.."
"Lo mah gitu! Ga tau rasanya kehilangan temen. Coba sekarang Oyen gue gorok, terus meninggoy. Lo bakal marah?" Juan yang mendengar itu membelalakkan matanya, begitupun Oyen yang tengah menyantap seekor ikan goreng di samping Sean hampir saja tersedak. Mendengar namanya disebut Ricky dengan ungkapan bahwa dia akan digorok. Tidak. Oyen tidak mau mati muda. Perjuangannya belum selesai untuk merebut hati Melly sang cinta.
"Enak aja, lo kali yang gue gorok duluan!"
"Kan, gue bilang juga apa. Kalo udah sayang, ga bisa lupa gitu doang." Kali ini Juan ikut bungkam. Dia tak mau memancing emosi Ricky mana tau nanti dia benar-benar akan menggorok Oyen jika emosi.
"Rik, kematian Suho yang tiba-tiba ini patut dicurigai ga sih?" Sean yang sedang terlentang di atas lantai yang hanya beralaskan karpet itu kemudian mendudukkan dirinya, menatap Ricky dengan tatapan yang cukup mencurigakan. Diam-diam Juan juga membenarkan ungkapan Sean, memang kasus ini patut dicurigai.
"Iya juga, Rik. Apa lo ga curiga kenapa Suho mati? Padahal kemarin waktu gue jemput lo pagi-pagi, tu makhluk berinsang masih sehat sejahtera, selamat dan sentosa." Tambah Juan yang memang kenyataannya melihat sosok Suho yang memang dalam keadaan sehat, beberapa hari lalu sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Jika sudah begini, jiwa-jiwa detektif Sean tiba-tiba terbangun begitu saja. Dia duduk tegap dengan kedua mata yang menatap Ricky menelisik, dari atas hingga bawah dan kembali lagi keatas. Dia mengambil sebuah pulpen yang isinya sudah habis, itu mainan milik Oyen, tapi kini diambil laki-laki itu dan mengetuk-ngetuk benda itu pada dagunya.
"Gimana kesan terakhir lo bareng Suho? Apa ada hal yang janggal? Atau.. Ada tersangka yang lo curiga?" Oyen yang menyaksikan itu hanya bisa geleng-geleng pelan, masih mengunyah ikan yang diberikan Ricky secara sukarela, sisa sarapan tadi pagi katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. Semesta dan Lukanya [TERBIT]
Dla nastolatków[SUDAH DIBUKUKAN] "Ini hanya kisah tentang kami, tujuh luka yang beharap bisa berakhir bahagia." Hari itu, saat tujuh luka dengan masalah berbeda berhasil dipertemukan oleh semesta. Mengukir sendiri kisah mereka yang penuh luka, di atas lembar aksar...