Savage : 4. They Can Buy The Law

9.7K 1.4K 489
                                    

Hampir seluruh murid di ruang kelas itu memperhatikan sang guru yang sedang menerangkan materi. Namun suasana yang seharusnya tenang, kini tengah dirusak oleh Jennie.

Dengan santainya, gadis berpipi mandu itu menonton sebuah drama dari ponsel mahalnya. Suara dari putaran drama itu cukup keras, namun tak ada yang berani menegurnya.

Merasa bosan karena drama yang ia tonton sudah habis, Jennie mulai meraih satu bungkus kacang goreng yang ada di atas mejanya. Dia ambil beberapa, lalu melemparkannya pada seorang gadis berkacamata. Jennie dengar gadis itu paling genius di kelasnya.

Tak mendapatkan respon, Jennie mendesis kesal dengan terus melempar kacang-kacangnya itu bahkan sempat mengenai beberapa orang di sekitar gadis berkacamata itu.

"Bisakah jangan menggangguku, Jennie-ssi?" Tak tahan, Jang Yerin berujar cukup pelan pada Jennie.

Gadis Jung itu bertepuk tangan heboh.
"Wah! Ternyata kau punya suara. Aku kira bisu."

Ketika tubuh dengan balutan seragam yang sedikit berbeda dari murid lain itu bangkit, semua yang melihat menahan napas masing-masing. Karena pasti akan ada petaka yang sebentar lagi menghampiri Yerin.

"Aigoo! Kau rajin sekali." Jennie meraih buku tugas yang ada di meja Yerin. Dilihatnya, hampir semua soal yang diberikan sang guru hampir selesai.

Dengan entengnya, dia robek buku itu menjadi beberapa bagian. Yerin yang melihatnya pun merasa marah, tapi ia tahu tak akan bisa melampiaskan amarah itu. Karena yang bermain dengannya adalah Jennie.

"Oho! Sepertinya kau harus mengerjakannya kembali." Gadis berpipi mandu itu menghamburkan robekan buku milik Yerin. Dan ketika matanya melihat kedua tangan Yerin yang mengepal, Jennie tak bisa menahan kekehannya.

"Kenapa tanganmu seperti itu? Kau ingin memukulku? Silahkah jika berani."

Jennie tersenyum miring ketika Yerin tak menanggapinya, justru bangkit dari duduknya dan memunguti bukunya yang berantakan.

"Manusia rendahan." Merasa sudah tak ingin bermain lagi, Jennie membuka satu kotak susu kemasannya. Menumpahkan cairan kental itu ke atas kepala Yerin, lalu berjalan keluar dari kelas.

"Kelasmu membosankan, Kakek tua." Jennie berucap sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu.

..........

"Mwo?"

Jisoo dan Rosé dibuat heran setelah mereka tiba di mansion. Ketika melihat ada dua buah mobil polisi dan salah satu dari mereka berniat membawa Jisoo dan Rosé ke kantor polisi atas tuduhan kekerasan.

Kemarin setelah salah satu maid menumpahkan kuah panas pada tubuh Lisa, keduanya langsung menyeret maid tersebut dan menyiksanya. Namun setelahnya mereka melepaskan maid itu. Tak mengira jika ia melaporkan perbuatan Jisoo serta Rosé ke polisi.

"Kalian bisa bicara ketika berada di---"

"Ya! Jangan berani menyentuhku!" Rosé memekik ketika salah seorang anggota polisi hendak meraih lengannya.

Pekikan itu membuat beberapa bodyguard yang berjaga langsung menghampiri. Mereka bahkan berdiri di depan tubuh kedua Nona muda mereka untuk melindungi.

"Maaf, kami harus membawa Nona Jisoo dan Nona Rosé ke kantor polisi." Salah seorang anggota polisi hendak menerobos jajaran pria berbadan besar dengan setelah kaos hitam dan celana hitam itu.

"Tapi kau tidak bisa membawa Nona kami sesukanya." Suara berat itu membuat beberapa polisi disana mendengua kesal.

"Kau tak takut pada polisi?"

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang