Mobil itu terparkir di area sekolah sudah satu menit lalu. Tapi pemiliknya masih enggan untuk keluar dari sana.
Mata itu memejam, merasa tubuhnya tak nyaman sejak pagi tadi. Walau begitu, Lisa berusaha meredamnya karena ia pikir ini adalah efek terlalu banyak nemikirkan masalah akhir-akhir ini.
Ketika mendengar suara mobil yang tak asing, Lisa mulai membuka matanya. Dengan senyum lebar ia keluar dari mobilnya.
"Dimana kehebatan mobil yang hanya tersedia sembilan unit di dunia ini? Kenapa bisa kalah dengan mobil pasaran?" Lisa berusaha menghadang Jennie yang hendak memasuki gedung sekolah.
"Unnie, aku yang menang. Itu artinya kau harus memaafkanku."
Jennie masih mengabaikannya, begitu pun juga dengan Rosé yang berjalan di samping Jennie. Mereka seakan tak melihat keberadaan Lisa.
"Unnie..." Gadis berponi itu hendak meraih lengan kakaknya, tapi ia urungkan ketika dadanya kembali berdenyut.
Lisa menghela napas. Memandang punggung dua kakaknya yang mulai menjauh. Ternyata, begini rasanya di abaikan. Kenapa sungguh sesak?
Bruk!
Mendengus kesal, Lisa melirik tubuh yang tak sengaja menabraknya itu sedang gemeter ketakutan sembari terduduk di lantai. Ia tak berani menatap tajamnya mata Lisa. Kemarin Tzuyu, sekarang Yeri. Kenapa dua sahabat itu sering sekali berurusan dengan Lisa?
"M-Maaf, Lisa. Tadi kau---"
"Kenapa? Kau ingin bilang akulah yang menabrakmu?" Lisa dengan cepat memotong ucapan Yeri.
Padahal memang kenyataannya seperti itu. Yeri memilih diam walau kejadian ini bukan salahnya. Lebih baik disalahkan dari pada ia dipermalukan oleh Lisa di depan umum seperti hari-hari lalu bersama sahabatnya.
Namun yang ia tunggu nyatanya tak kunjung terjadi. Bukan hal menakutkan yang Yeri dapat, tapi justru uluran tangan membuat gadis itu mengerjab tak percaya.
Tidak segera menerima uluran tangan itu, kepala Yeri mendadak terisi oleh adegan-adegan mengerikan yang bisa saja Lisa lakukan. Saat menerima uluran tangan itu, apakah adegan selanjuta Yeri akan di dorong dan jatuh dengan posisi memalukan? Atau---
"Kau tidak mau menerima bantaunku?" Suara Lisa terdengar cukup menyeramkan di telinganya, padahal Lisa sendiri merasa biasa saja.
Tak memiliki pilihan lain, Yeri menerima uluran tangan itu. Ia tak mau membuat marah Lisa. Itu lebih buruk dibandingkan ia yang dipermalukan di depan umum oleh bungsu Jung itu.
Namun keajaiban lagi-lagi membuat Yeri terheran. Lisa tak melakukan apa yang semula Yeri pikirkan. Gadis berponi itu hanya membantunya berdiri.
"Lain kali jangan menabrakku lagi. Aku lelah membeli almamater hampir setiap hari." Lisa berujar dengan santai sembari melepas almamaternya, membuang benda itu ke tong sampah seakan disana sudah ternodai banyak kotoran.
Yeri tidak merasa sakit hati dengan sikap Lisa itu, sungguh. Ia bahkan terkejut Lisa melepaskannya begitu saja. Anak itu... Sehat kan?
..........
Rosé sangat suka makan. Bahkan disaat dia dirawat di rumah sakit, ia akan tetap menghabiskan makanan rumah sakit yang kata orang lain itu tidak enak.
Tapi beberapa hari ini, untuk pertama kalinya ia kehilangan nafsu makannya karena permasalahan dengan Lisa. Ah, adik kembarnya itu benar-benar membuat Rosé serba salah.
Ingin memaafkan dengan mudah seperti yang Jisoo lakukan, tapi Rosé memiliki titisan egois yang berasal dari Jennie. Walaupun ada sekian banyak alasan yang bisa membuat Rosé memaafkan Lisa, tapi ia tak melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage ✔
FanfictionAku sempurna, siapa yang berani? - Jisoo Jung Aku berlian, dan kau sampah. - Jennie Jung Semut pun tak akan berani mendekatiku - Rosé Jung Jangan menatap mataku, jika kau masih ingin bahagia - Lisa Jung Mereka sempurna. Tak ada celah sama sekali, ke...