Jika diingat lagi, di antara keempat Jung hanya si bungsu yang sering sekali membolos. Lisa tidak pernah izin sakit. Kegiatan membolosnya selalu diisi dengan kesenangannya bersama teman-temannya.
Tapi walaupun Lisa yang paling banyak memiliki absen, tapi nilai Lisa yang paling stabil di antara keempatnya. Gadis itu selalu masuk tiga besar.
Jika dulu Lisa sering membolos karena bersenang-senang, tapi kali ini berbeda. Sudah beberapa hari gadis itu izin karena sakit.
Luda sebagai teman Lisa sedari kecil, bohong jika ia tidak khawatir. Terakhir kali melihat Lisa ketika ia meminta jarak di antara mereka.
"Luda-ssi." Bukan Lisa yang akhir-akhir ini menemuinya, tapi saudara kembar gadis itu.
Kali ini, Rosé hadir saat Luda sedang menikmati sebatang rokoknya di atap sekolah. Tempat itu sangat Lisa sukai dulu. Dimana dia selalu berbagi cerita bersama Luda ditemani oleh rokok mereka.
"Kau tidak ingin menemui adikku?" pertanyaan itu membuat Luda menoleh.
Dia bisa melihat jika Rosé tak nyaman ada di dekatnya. Tentu saja karena asap rokok yang dia punya. Ia memilih mematikan rokok itu.
"Aku bukan teman yang baik untuknya." Ungkapan Luda membuat Rosé menggigit bibir bawahnya.
Apakah jika saat itu dia tidak menyuruh Luda menjauhi Lisa, semuanya akan baik-baik saja? Mungkin Lisa tidak akan merasa sangat sakit seperti sekarang.
"Selain kami kakak-kakaknya, kalian juga sangat berarti untuk Lisa." Rosé memang tidak tahu apa hal besar yang telah teman-teman adiknya lakukan untuk Lisa.
Tapi melihat amarah Lisa beberapa hari lalu, dia tahu mereka sudah melakukan hal besar untuk membantu Lisa.
"Aku tidak bisa memastikan apakah Lisa masih bisa pergi ke sekolah lagi. Jika kau ingin mengunjunginya, kau bisa pergi ke Kyora Grand Hospital." Itu ucapan terakhir Rosé sebelum meninggalkan atap sekolah.
Rosé merengek ingin pergi ke sekolah bukan karena ia rindu. Tapi inilah tujuannya. Saat ini, keluarganya benar-benar bingung harus bagaimana lagi untuk membuat Lisa memiliki semangat. Siapa yang tahu kalau saja Luda mau menemui Lisa, gadis berponi itu akan lebih percaya diri untuk memilih hidup.
Adiknya itu selalu putus asa dan tak jarang menyalahkan dirinya sendiri karena telah merepotkan mereka.
..........
Setelah mendengar obrolan di ruangan milik bibinya tadi, Jisoo memutuskan untuk tidak langsung mengunjungi Lisa.
Gadis itu terlebih dahulu menangis sampai dia merasa puas. Karena jika Lisa mendengarnya menangis lagi, mungkin adiknya itu semakin di landa keputus asaan.
Mulai merasa tenang dan kedua matanya tidak lagi sembab, Jisoo baru memutuskan untuk menemui Lisa. Sebelum membuka pintu ruang perawatan itu, Jisoo terlebih dahulu tersenyum sampai akhirnya dia masuk.
Namun senyumnya harus menghilang karena Lisa ternyata sedang tidur. Disana juga sudah ada ayahnya yang mengompres kaki Lisa, dan Taehee yang mengusap lembut dada kiri Lisa.
"Kau tidak bersama kedua adikmu, Jisoo-ya?" Jihoon menyapa anaknya. Meletakkan wadah berisi air hangat yang semula ia bawa dan memberikan dekapan singkat untuk anak sulungnya itu.
Sejak Lisa sakit, ayah dan ibu mereka lebih sering berada di rumah. Mereka pergi ke kantor mungkin hanya sebentar, bahkan sebelum jam makan siang keduanya sudah ada di rumah.
"Aku pulang lebih cepat dari mereka." Jisoo memang keluar dari sekolah sebelum jam pulang tiba. Ia juga tidak mengajak kedua adiknya. Mungkin saat bertemu nanti ia akan diomeli oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage ✔
FanficAku sempurna, siapa yang berani? - Jisoo Jung Aku berlian, dan kau sampah. - Jennie Jung Semut pun tak akan berani mendekatiku - Rosé Jung Jangan menatap mataku, jika kau masih ingin bahagia - Lisa Jung Mereka sempurna. Tak ada celah sama sekali, ke...