Savage : 55. She Has Already Chosen

4.7K 659 140
                                    

Pagi ini salju turun dengan lebat. Jennie jadi teringat dengan masa kecilnya dulu. Dimana Lisa dipaksa oleh ketiga kakaknya untuk keluar dan membuat boneka salju padahal mereka pun tahu jika Lisa tidak suka musim dingin.

Akibat kejadian itu, ketiga kakak Lisa dihukum karena membuat Lisa menangis. Hal lucu itu, padahal sempat Jennie lupakan. Tapi ia kembali teringat dan rasa rindunya terhadap Lisa semakin menjadi.

Rosé yang sedang menemani Jennie bisa melihat senyum kecil dibibir kakaknya itu. Padahal Jennie hanya sedang menatap dinding, namun hal apa yang membuat gadis itu bahagia?

Bagaimana bisa gadis itu masih bisa tersenyum, padahal Rosé bisa melihat napas kakaknya masih tersengal. Apakah dia tidak merasa sakit?

"Kau tidak akan meninggalkanku seperti Lisa kan?" Pertanyaan Rosé itu memecahkan keheningan disana.

Jennie berusaha menoleh ke arah Rosé. Dan ketika itulah perasaan Rosé berdesir hebat melihat dengan jelas selain ada selang nasal canula di hidung kakaknya, ada pula selang Nasogastrik untuk membantu Jennie menyumplai nutrisi.

Kakaknya benar-benar sudah tidak bisa melakukan apa pun. Kali ini bisakah Rosé berharap lagi? Walaupun semua orang mengatakan mustahil.

"Unnie belum memenuhi janjimu padaku. Kau ingat kan?"

Jennie ingat, jika ia telah memiliki banyak janji dengan Rosé. Jujur, ia sempat melupakan itu. Padahal ketika pulih kemarin seharusnya Jennie melakukan itu semua.

"M-mhi-an-hae." Jennie mengatakan itu dengan susah payah, karena sungguh napasnya terus berderu.

Rosé mengangguk. Ia hendak meraih tangan Jennie untuk di genggam. Namun ketika itu, ia menemukan sebuah jepit milik Lisa disana.

"Kali ini saja... Bolehkah aku berharap untuk Unnie memilih bersamaku dibandingkan dengan Lisa?" Dengan mata memerah, Rosé menatap Jennie penuh harap.

"Tidak apa jika Unnie melupakan janji Unnie. Tapi tolong, untuk kali ini pilih aku. Jangan Lisa lagi."

Jennie mengangguk pelan. Mengangkat tangannya untuk mengusap air mata Rosé. Walau sulit, ia harus berjuang agar tidak membuat adiknya sedih. Kali ini, Jennie ingin benar-benar menjadi kakak yang baik untuk Rosé. Walaupun itu sudah ia lakukan dengan menjadikan dirinya pelindung untuk Rosé.

..........

Malam ini hujan turun dengan lebat. Ketakutan mulai menyelimuti sepasang suami istri itu. Dimana mereka sedang menyaksikan Jennie yang mengalami sesak napas hebat.

Suara tarikan napas yang memekik itu memenuhi ruangan. Dua Dokter bahkan dikerahkan untuk menangani Jennie sekarang. Menandakan betapa gawatnya kondisi gadis itu sekarang.

"Hahhhh~"

"Hahhhhh~"

"Hahhhh~"

Dadanya terus membusung. Mulutnya terus terbuka. Jennie sudah kualahan menerima penderitaan itu. Dia sampai memohon, untuk Lisa segera menjemputnya. Karena Jennie sudah tidak sanggup. Tapi sekali lagi, dia ingat janjinya dengan Rosé yang tidak bisa Jennie abaikan begitu saja.

"Nak, tolong dengar Imo. Atur napasmu, eoh? Jennie pasti bisa." Kim Jihye mengusap kasar kepala keponakannya. Berharap sekali jika Jennie mendengarkan perintahnya.

"Siapkan selang intubasi!"

Jihye memejamkan mata. Membiarkan Dokter Cha melakukan intubasi pada Jennie yang sudah hampir kehilangan napasnya. Sedangkan wanita Kim itu sibuk memasukkan beberapa cairan obat ke dalam tubuh Jennie.

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang