Savage : 5. Her Gaze Was a Disaster

9.4K 1.6K 479
                                    

Dia meneguk air mineral itu hingga habis setengah botol. Manrik napasnya dalam, Lisa berusaha mengenyahkan rasa mabuk yang tersisa. Sedikit di kejar waktu, karena ia harus pulang dalam keadaam sadar sepenuhnya.

"Kenapa pergi kesini tanpa kami? Kau hampir saja menyentuh obat-obatan terlarang itu, Lisa."

Setelah sekian lama terdiam di dalam mobil Lisa, akhirnya Taeyong berujar. Dia memang menunggu temannya itu benar-benar tersadar.

"Jeongmal?" Lihatlah, bahkan gadis itu tak ingat dengan kejadian beberapa saat lalu.

"Lain kali jangan pergi tanpa kami." Tekan Taeyong yang dibalas anggukan saja oleh Lisa.

Tidak bisa ia bayangkan, bagaimana jika Taeyong tak hadir dan mencegahnya. Mungkin Lisa akan lebih berdosa pada ketiga kakaknya, karena sudah terlalu mengecewakan mereka.

"Aku akan pulang. Terima kasih atas bantuanmu." Dengan berat hati, Taeyong keluar dari mobil putih itu karena Lisa mengusirnya secara tidak langsung.

Baru saja menutup pintunya, mobil sport itu melaju dengan kencang meninggalkan Taeyong di area parkir Bar.

Dalam perjalanan, Lisa menyalakan rokoknya. Semakin hari, gadis itu merasa candu dengan rokok yang bisa menenangkan perasaannya. Bahkan kini, satu hari ia bisa menghabiskan lima bungkus rokok.

Jam masih menunjukkan setengah sepuluh malam. Lisa memelankan laju mobilnya guna menikmati rokok itu sembari mencari sebuah toilet umum untuknya membersihkan aroma alkohol dan asap rokok di tubuhnya.

Gadis itu sebenarnya lelah terus bermain petak umpet bersama ketiga kakaknya. Ada suatu ketika, dimana Lisa ingin berbicara jujur mengenai dirinya yang sekarang.

Tapi masih ada rasa takut, jika ketiga kakaknya akan marah. Walaupun hal yang dia lakukan adalah kebahagiaannya, Lisa takut ketiga kakaknya tidak mau mengerti.

Lisa sampai di sebuah toilet umum. Gadis itu membuang puntung rokoknya dari jendela. Hendak membuka pintu, namun rasa nyeri dibahunya sungguh mengganggu.

"Apa begini rasanya efek mabuk?" keluh Lisa sembari memijat bahunya sebentar, lalu benar-benar keluar dari mobil putihnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Lisa kembali memasuki mobilnya dengan aroma asap rokok dan alkohol yang sudah menghilang.

Mobil putih itu kembali melaju. Kali ini lebih kencang karena Lisa merasa begitu lelah. Bahunya semakin nyeri, padahal dia tak pernah melakukan hal berat.

Ketiga kakaknya saat ini pasti sudah menunggunya di ruang tamu. Lagi-lagi, dugaannya tepat saat Lisa sudah memasuki mansion dan mendapati ketiga kakaknya sedang duduk berjajar di sofa.

Setiap malam, ketika ia pulang pemandangan itulah yang selalu terlihat. Seakan hal yang ketiganya lakukan sudah rutinitas.

Dengan wajah lesu, Lisa duduk di pangkuan kakak keduanya. Memeluk tubuh itu sembari memejamkan mata. Mendadak ia merasa sangat mengantuk.

"Aigoo~ Dasar bayi." Rosé mendengus melihat Lisa yang baru saja datang dan langsung menempel pada Jennie.

Lisa tidak menanggapi. Gadis itu bahkan hampir terlelap begitu saja, namun pertanyaan yang keluar dari bibir Jennie membuat Lisa berusaha mengenyahkan rasa kantuknya.

"Kenapa akhir-akhir ini kau pulang larut malam? Unnie tak suka." Jennie membalas pelukan itu. Mendongak untuk menatap wajah adik bungsunya.

"Unnie mau aku tak pulang malam lagi?" Lisa balas bertanya.

"Hm."

Mendengar deheman Jennie, Lisa tersenyum tipis.
"Arraseo, besok aku tak akan pulang malam.

Savage ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang