Keputusan Jennie untuk mempertahankan egonya dan tidak berkeinginan melihat Lisa hari ini nyatanya salah besar. Akibat sikap cueknya itu, sampai pukul sebelas malam ia bahkan belum bertemu dengan adiknya.
Lisa belum pulang ke rumah. Semua anggota keluarganya dibuat uring-uringan karena ponsel gadis itu mati. Menghubungi teman-teman Lisa juga percuma karena tak satu pun dari mereka yang bisa dihubungi.
Sebenarnya hal biasa jika Lisa belum pulang hingga saat ini. Tapi yang menjadi masalah adalah gadis itu tidak memberikan kabar sejak di sekolah.
"Seharusnya jika tidak ingin bertemu Lisa di sekolah, kau yang menemani Chaeyoung ke rumah sakit. Biar aku yang bersama Lisa." Jisoo yang sedari tadi kalang-kabut tak bisa lagi menahan rasa kesalnya terhadap Jennie.
Jika Jisoo tak menerima permintaan Jennie untuk menemani Rosé Check up maka ia pasti masih bersama adik bungsunya. Karena di antara mereka hanya Jisoo yang masih menerima keberadaan Lisa dengan seribu kesalahannya.
"Kenapa kau jadi membawa nama Chaeyoung? Adik kurang ajarmu itu saja yang tidak tahu aturan." Jennie ikut terbawa emosi karena tak terima di salahkan.
"Jangan bertengkar disini dan membuat Appa bertambah pusing. Lebih baik kalian masuk ke kamar masing-masing." Jung Jihoon mengusir ketiga anaknya dari ruang tengah mansion.
Pria itu tentu tidak bisa tenang malam ini. Ia sudah mengutus beberapa bodyguard untuk mencari Lisa. Entah di Club malam tempat biasa Lisa dan teman-temannya, dan tempat lain yang biasa anaknya itu kunjungi.
"Kau puas sekarang? Akibat dari kemarahan kalian dia jadi enggan pulang." Jihoon menatap marah pada Taehee yang kini sama frustasi dengan suaminya.
Jika dibilang ia menyesal, tentu saja. Dia pikir dengan memperlihatkan kemarahannya pada Lisa terus-menerus maka anak bungsunya itu akan merubah diri. Tapi kenyataannya, Lisa memiliki batas kesabaran yang singkat.
"Sekarang sikapmu justru membuat Lisa lebih buruk dari pada sebelumnya." Tak ada habisnya Jihoon terus menyalahkan sang istri.
Setiap hari ia selalu membujuk Taehee untuk memaafkan Lisa dan bersikap seperti biasa lagi. Tapi istrinya itu terus menolak dengan berdalih Lisa harus mengerti dimana letak kesalahannya.
Padahal anak bungsu mereka itu sudah berkali-kali meminta maaf. Di abaikan terlalu sering membuat Lisa akhirnya menyerah, seperti itulah pemikiran Jihoon saat ini.
..........
Ruangan itu penuh dengan aroma asap rokok bercampur alkohol. Beberapa botol dan bungkus cemilan bercecer disana. Taeyong, Mino, dan Yugyeom sedang bermain catur sembari menikmati wine. Luda dan Sojung sibuk berseteru dengan permainan battle game mereka. Sedangkan Lisa memilih berbaring dengan bantalan paha milik Yoongi dan menikmati sebatang rokok di tangannya.
"Apakah Oppa harus mengadopsimu agar kau tidak kesusahan lagi untuk meraih kesenanganmu, Lisa?" Setelah menyesap wine di gelas yang ia genggam, Yoongi berujar tiba-tiba yang membuat semua teman mereka menoleh kaget.
Semua memang tahu apa masalah Lisa kali ini. Akibat dari masalah itu mereka sudah cukup lama tidak berkumpul seperti ini. Setiap hari, hanya ada chat dari Lisa yang selalu mengeluhkan mengenai sikap dingin kakaknya.
"Jika kau menjadi adikku, kau akan bebas melakukan apa pun dan aku tidak mungkin melarang." Yoongi kembali berujar membuat teman-temannya menggeleng maklum.
Pria berusia di atas Lisa empat tahun itu memang sangat menyayangi bungsu Jung. Bukan sebagai perempuan, tapi sebagai adik yang sangat ingin dia jaga. Karena Yoongi yang adalah anak tunggal, mendapatkan Lisa sebagai adiknya membuat lelaki itu sangat senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Savage ✔
FanficAku sempurna, siapa yang berani? - Jisoo Jung Aku berlian, dan kau sampah. - Jennie Jung Semut pun tak akan berani mendekatiku - Rosé Jung Jangan menatap mataku, jika kau masih ingin bahagia - Lisa Jung Mereka sempurna. Tak ada celah sama sekali, ke...