21. a Letter

4K 510 60
                                    

🌻 semoga masih dan tetap kerasa ya feelnya walaupun slow update. Ini ngetiknya ngebut, jadi tolong maklumin kalau banyak typo. anyway, happy reading!!! 🌻

️MENGANDUNG SUICIDE, SELFHARM, MENTION OF BLOOD. JANGAN DIBACA KALAU KETRIGGER SAMA HAL BEGINI, YA. I BEG YOU.

Ohiya inget, ini cuma fiksi ya!!!

_______

Tubuh Haidan bergerak, lelapnya sudah berganti menjadi lenguhan kecil tanda tidur singkatnya sudah usai. Seperti manusia pada umumnya, Haidan tidak langsung duduk atau berjalan meninggalkan kamarnya. Ia memilih melamun, menatap langit-langit kamar sembari mengumpulkan nyawanya yang kira-kira baru kembali sekitar tiga puluh lima persen.

Kantuknya masih begitu terasa. Kurang lebih ia baru tertidur sekitar setengah jam, membuat kepalanya sedikit pusing dan nyawanya tak kunjung penuh. Suara getaran ponsel miliknya membuat otaknya berhasil mengingat keberadaan ponselnya. Tangannya meraba, matanya menyipit ketika ia berhasil membuka kunci pada ponselnya.

Jarinya secara otomatis menekan aplikasi hijau yang menjadi sarana dalam mengirim dan menerima pesan. Ia mengernyit ketika melihat nama Juna berada di kolom paling atas. Jarinya memilih untuk menekan nama Juna.

"Anjir nih anak ngapain?"

Matanya terbelalak ketika satu kalimat terlintas dalam otaknya.

Juna nggak baik-baik aja.

Dengan kecepatan yang begitu penuh, Haidan berlari keluar. Mulutnya aktif mengeluarkan kata untuk memanggil maminya, dengan kakinya yang mengarahkan dirinya ke dalam kamarnya. Ia mengambil jaket, mengganti celananya dengan celana training panjang. Lantas bergegas, mencari keberadaan sang mami.

"Mami... mami. Mami di mana? Mami?"

"Apa sih teriak-teriak?"

Haidan berlari menghampiri.

"Mami ayo ke rumah Juna. Ayo cepet mi, ayo."

Perasaannya kalut. Egi mengangguk, tidak menanyakan hal apapun ketika melihat bagaimana wajah anak sulungnya. Tubuh Haidan gemetar, dengan Egi yang berlari mengambil tasnya ke kamar. Keduanya berjalan sedikit jauh ke jalanan besar, mencari taksi.

"Pak ayo pak ngebut aja nggakpapa. Nanti kalau ditilang polisi biar saya yang bayar polisinya."

Haidan mendesah frustasi. Baginya, jalannya begitu lambat.

"Haidan sabar ih," ucap Egi dengan lembut.

Butuh waktu yang cukup lama untuk sampai di kediaman Juna. Haidan berlari secepat yang ia bisa, membuka gerbang, kemudian membuka pintu tanpa mengetuk seperti biasanya.

Langkahnya masih tergesa, hingga pintu kamar Juna terlihat.

"Juna... please..."

Tubuhnya mematung ketika matanya menangkap apa yang seharusnya tidak ia lihat hari ini.

Rasanya jantungnya seperti berhenti berdegup.

"JUNA!"

Otaknya menyadarkan Haidan. Kakinya mendekat, menghampiri Juna yang tergeletak dengan darah yang tidak sedikit.

DAKSA (Renjun ft Wenyeol) [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang