19. Ego

3.2K 470 126
                                    

🌻semoga masih dan tetap kerasa ya feelnya walaupun slow update. anyway, happy reading!!! 🌻

⚠️❗❗❗
Mengandung penyebutan kata suicide, kata-kata kasar, dan menyebut kekerasan.

Egi berjalan dengan tergesa, ketika melihat jam menunjukkan waktu biasa Haidan pulang sekolah. Ia membuka pintu secara perlahan, menatap Juna yang masih tertidur dengan lelap. Jarum jam menunjukkan pukul dua lebih sepuluh menit, yang artinya ia terlambat sepuluh menit untuk membangunkan Juna.

Tangannya terulur, menyentuh bahu Juna, kemudian menggoyangkannya dengan perlahan. "Juna... bangun yuk," ucapnya dengan lembut. Butuh beberapa kali ia menyebut kalimat itu, hingga badan Juna bergerak, juga matanya yang menyipit, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke dalam kamar.

"Bangun yuk, udah jam dua lebih sepuluh menit."

Lantas, Juna terduduk sembari mengusap matanya. "Udah jam dua ya mi?" Tanyanya memastikan. Egi mengangguk kecil.

"Udah. Makan dulu yuk, mami udah bikinin bubur. Habis itu minum obat."

"Loh... obatnya udah dibeli mi?"

Lagi-lagi, Egi mengangguk.

"Uangnya?"

"Udah, nggak usah dipikir itu."

"Tapi mi, Juna ganti ya tadi uangnya mami. Biar Juna sendiri yang bayar obatnya Juna."

Egi tersenyum, "bayarnya jangan pake uang."

"Maksudnya?"

"Bayarannya, Juna harus sembuh. Harus cepet sembuh, mami nggak mau lihat Juna kayak tadi pagi lagi. Kalau Juna belum sembuh, mami anggap itu hutang Juna, ya?"

Juna tersenyum kecil, menatap wajah teduh Egi yang sedang menatap dirinya. "Iya, mi. Juna pasti sembuh, Juna pasti bakal sembuh kok."

Egi mengangguk kecil, percaya sepenuhnya bahwa anak laki-laki itu pasti akan menepati kalimatnya. Anak dari sahabat terbaiknya ini pasti sembuh, pasti akan melewatinya dengan baik. Dan hari-harinya pasti akan dilalui dengan baik pula.

Dua manusia yang terpaut umur cukup jauh itu duduk di meja makan. Egi memperhatikan Juna yang sedang makan bubur buatannya dengan lahap, tersenyum kecil. Lalu ia menyiapkan obat sesuai dosis yang ditentukan, menyodorkannya kepada Juna.

"Kalau nggak bisa diminum sekaligus, satu-satu aja."

Juna mengangguk, mengikuti saran Egi. Butuh waktu yang cukup lama untuk Juna bisa menghabiskan obatnya.

"Pulangnya biar diantar sama Haidan ya?"

Juna menggeleng kecil, "naik ojek online aja mi. Kasihan Haidannya, Juna repotin terus."

"Nggak ih, Haidan nggak pernah ngeraaa direpotin. Dianter Haidan ya?"

Lagi-lagi, Juna menggeleng. "Gapapa mi, Juna udah nggakpapa kok."

Dengan hati yang sedikit berat, akhirnya Egi mengangguk kecil. Ia menatap wajah Juna dengan iba. "Yaudah kalau maunya gitu."

"Mami..."

"Ada apa, Juna?"

Juna terdiam sebentar, menimbang apakah ia harus mengeluarkan kalimat ini. Egi menatap Juna, menunggu Juna yang terlihat begitu bimbang.

"Ada apa? Ada yang mau disampaikan ke mami?"

"Hmm... itu, mi, mamanya Juna jangan dibenci ya? Mami jangan berpikiran yang macem-macem ya sama mama?"

DAKSA (Renjun ft Wenyeol) [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang