🌻 semoga masih dan tetap kerasa ya feelnya walaupun slow update. anyway, happy reading!!! 🌻
⚠️❗❗❗
Mengandung kekerasan. Kalau nggak kuat, skip bagian akhirnya ya.Kepalanya celingukan, matanya mengedar mencari sosok laki-laki yang sangat ia kenal. Chandra berjalan sedikit cepat ketika melihat sosok laki-laki yang bahkan hanya melihat ujung kepalanya saja, ia tahu.
Kafe yang begitu tenang dan pengunjungnya tidak terlalu banyak ini memudahkan Chandra untuk berjalan dengan langkah yang pasti. Ia duduk di depan laki-laki yang wajahnya sulit terdefinisi. Ia menyesap kopi yang sudah dipesankan, duduk dengan agak tidak nyaman. Matanya menatap wajah laki-laki di hadapannya dengan tajam. Terlihat sengit dan tidak bersahabat, menunjukkan bahwa emosinya sedang tidak stabil.
"Lo kayaknya lagi longgar banget ya, bisa nyampe duluan daripada gue. Padahal lebih deket kantor gue daripada kantor lo."
Pria yang Chandra ajak bicara, tertawa kecil. "Teleportasi."
Chandra ikut tertawa kecil, kemudian menyesap kopi yang sudah dipesankan. Keduanya terdiam cukup lama, membuat laki-laki di depannya berdeham kecil. Chandra menoleh, seolah menunggu kalimat apa yang akan laki-laki ini lontarkan.
"Chan."
Yang dipanggil berdeham kecil, kembali menyesap kopinya hingga tersisa setengah.
"Lo... masih mau nutup mata ke anak lo? Maksudnya... lo masih nggak pengen deketin anak lo dan mulai semuanya kayak dulu sebelum Windy hamil?"
Raut wajah Chandra sedikit berubah, menatap laki-laki di depannya. "Gue salah apa lagi sih, Kai?"
Kai tersenyum miring, menatap sahabat laki-lakinya. "Semisal gue bilang lo tuh goblok pake banget, lo terima nggak?"
"Lo ngajak gue ke sini cuma mau ribut apa gimana?"
"Haha, Chandra. Dia anak lo, hampir delapan belas tahun lo hidup sama dia. Hampir delapan belas tahun lo ditemenin dia, dan selama itu juga dia jadi pelengkap buat lo sama Windy."
"Semisal gue minta sama lo buat nggak usah ikut campur tentang cara gue nyadarin anak gue, bisa nggak? Lagian, gue pikir juga nggak seharusnya lo ngeluangin waktu lo dan ngeganggu gue di sela kesibukan gue cuma buat ngomong begini. Lo cuma temen gue, nggak ada hubungan apapun lo sama Juna. Dan juga lo gapunya hak atau kewajiban buat ikut andil di dalem masalah keluarga gue."
Kai terasa begitu menyebalkan sekarang. Tidak, bukan hanya sekarang. Tetapi sedari Juna melakukan percobaan bunuh diri, sikap Kai dan istrinya terlihat sangat menyebalkan. Terkesan selalu ikut campur dan memberi masukan yang terkesan bahwa segala pendapat mereka adalah yang paling benar.
Padahal menurut Chandra, mereka tidak tahu apa-apa tentang masalah yang sedang Chandra hadapi. Bagaimana bisa mereka berkata ini itu dan selalu memojokkan dirinya, sedangkan mereka saja tidak pernah kehilangan anaknya?
"Nyadarin? Kayaknya emang yang nggak bisa sadar tuh lo sama Windy, deh. Juna udah sadar banget, bahkan dari Windy masih hamil aja dia ngelakuin segala cara buat jagain mamanya. Ya mungkin nggak sebesar itu sih cara Juna, maksudnya ya mungkin menurut lo tuh Juna nggak punya andil apapun dalam ngejaga mamanya dan adeknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAKSA (Renjun ft Wenyeol) [SUDAH DITERBITKAN]
Fanfic[Sudah terbit dengan ending yang berbeda dari versi Wattpad] "Junanda, dunia nggak sekecil yang kamu kira hingga kamu bisa menggenggam segalanya dan menginginkan semua hal terjadi sesuai kemauan kamu. Junanda, semesta punya banyak cerita." Iya, tema...