Kai duduk melamun di depan kamar inap Juna. Pikirannya melayang, memikirkan satu anak laki-laki yang terbaring di dalam. Ia kalut sebenarnya, membayangkan betapa sulitnya hidup Juna ke depan.
Kai paham betul bagaimana dekatnya Juna dengan kedua orangtuanya. Bagaimana sayangnya Windy, bagaimana cara Chandra menggoda anaknya. Dua hal yang menjadi sumber bahagia Juna, hilang sekaligus. Dan Kai tahu bagaimana marahnya Chandra kepada anak laki-laki yang sebenarnya juga sama hancurnya.
Bagaimana bisa Chandra seperti itu? Padahal setahu Kai, Chandra adalah sosok papa yang menguatkan Juna ketika Windy tidak ingin melihat sosok Juna lagi. Bagaimana bisa, perasaannya untuk Juna melebur begitu saja?
Egi menghampiri, dengan membawa satu cup kopi hitam yang ia sodorkan untuk sang suami. Egi ikut duduk di sampingnya, menatap tembok putih bersih yang menjulang di depannya. Koridor sangat sepi, yang membuat suara mereka cukup terdengar meskipun hanya berbisik.
"Aku nggak tau, mau di pihak siapa. Dan aku juga yakin, nggak seharusnya kita berat sebelah. Tapi kalau ngelihat keadaan yang kayak gini, buat deketin Chandra aja aku nggak bisa. Harus gimana aku?"
Kai menoleh, menatap wajah sendu istrinya dari samping. Ia meminum kopi tersebut, kemudian meletakkannya di sampingnya.
"Tapi Windy butuh kamu, Egi. Walaupun sebenernya Juna lebih ngebutuhin kamu, tapi gimanapun juga kan Windy sahabat kamu. Nggak cuma sahabat, malah udah kayak saudara sendiri."
Egi mengangguk kecil, kemudian menunduk. Menatap keramik yang memantulkan cahaya lampu, mengatur napasnya.
"Rasanya kayak aku pengen meluk Juna, nggak mau aku lepasin. Mau bilang kalau semuanya bakal baik-baik aja. Tapi Juna nggak sebodoh itu buat paham kalau hidupnya ke depan, nggak baik-baik aja."
Kai mengangguk.
"Mau gimana lagi? Kita juga nggak ada hak buat ngatur ini itu. Rasanya juga sama, aku pengen bawa Juna pulang ke rumah kita. Mau aku sembuhin, mau aku dampingin biar dia nggak ngebahayain dirinya sendiri lagi. Tapi... kita bisa apa?"
Hening, tidak ada sahutan dari Egi.
"Kalau bisa, aku juga pengen mukul Chandra. Nyadarin kalau anak laki-lakinya sama hancurnya, sama sakitnya, sama bahayanya. Berkali-kali aku ngebayangin, gimana seandainya Haidan nggak bangun dan nggak ke dapur?"
Egi menatap suaminya yang masih menatap lurus ke depan. Benar, bagaimana seandainya Haidan tidak berencana membeli makan? Bagaimana kalau seandainya Leon ikut tertidur dan tidak membangunkan Haidan?
"Entahlah. Juna terselamatkan buat ngerasain penderitaan lain, atau memang itu kesempatan Chandra buat perbaiki semuanya."
Dan Egi mengangguk, lalu melamun lagibtanpa berniat masuk ke dalam kamar inap yang di dalamnya ada dua anak laki-laki yang sedang mengobrol dengan lirih.
Haidan duduk di sofa. Matanya tidak lepas dari Juna yang sedari tadi matanya terbuka, menatap langit-langit kamar. Ia cukup sedih juga melihat sosok Juna yang seperti ini, sangat berbanding terbalik dengan Juna yang ia kenal beberapa bulan yang lalu.
"Papa nggak ke sini, Dan?"
Yang ditanya berdecak kecil, kemudian menyenderkan badannya.
"Lo dari tadi nggak tidur, logikanya ya kalau papa lo ke sini kan lo tau. Tapi nggak kan?"
Juna terdiam, netranya memandangi tangan kirinya yang dihiasi selang infus.
"Kalau gue nanti nggak diterima lagi, mami papi ngebolehin gue buat tinggal sama kalian nggak?"
Tidak ada sahutan dari Haidan, membuat Juna memiringkan kepalanya untuk menatap satu-satunya orang yang menemani dirinya sedari tadi.
"Kebayang gak sih lo Dan, jadi gue? Udah hampir mati, masih bisa buka mata. Berharapnya dapet pelukan dari orangtua, eh malah dimaki. Kalau emang gue ngelakuin ini dengan niat beneran, ya bisa gue terima. Tapi gue beneran nggak punya niat sama sekali. Kayak pas denger papa kayak gitu tuh gue refleks ngebatin, mohon-mohon ke Tuhan biar diambil aja gimanapun caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAKSA (Renjun ft Wenyeol) [SUDAH DITERBITKAN]
Fanfic[Sudah terbit dengan ending yang berbeda dari versi Wattpad] "Junanda, dunia nggak sekecil yang kamu kira hingga kamu bisa menggenggam segalanya dan menginginkan semua hal terjadi sesuai kemauan kamu. Junanda, semesta punya banyak cerita." Iya, tema...