Prolog

3.1K 189 40
                                    

"Memangnya ramalan apa yang dibicarakan Mas Soeseno tadi, Mas?" Tanya Rukmini pada Pierre saat perjalanan pulangnya mengantarkan gadis itu kembali ke rumahnya. Setelah meminta Rukmini menemaninya pergi ke ulangtahun rekanita salah satu rekan tentaranya. Pierre tertawa lalu menatap pujaan hatinya itu sepintas sebelum kembali memfokuskan pandangan pada jalanan didepannya.

"Ramalan iseng jaman taruna dulu. Hanya permainan, Min. " jawab Pierre. Rukmini diam tapi kemudian kembali menatap Pierre.

"Memangnya apa kata ramalannya?" Tanya Rukmini. Pierre menoleh sejenak dengan senyum manisnya. Tidak menduga jika Rukmini penasaran dengan ramalan iseng yang pernah dilakukan Pierre bersama dengan beberapa orang temannya.

"Kamu serius ingin tahu, Min? Hanya permainan iseng anak taruna tingkat akhir, tidak terlalu menarik agaknya untukmu," ucap Pierre seraya tersenyum. Rukmini menghela nafasnya, entah mengapa rasanya gadis itu ingin sekali tahu ramalan apa yang disampaikan oleh sahabat kekasihnya itu. "Aku serius ingin tahu, Mas," tegas Rukmini. Pierre tersenyum dan kembali menatap wajah kesal kekasihnya yang entah mengapa justru membuatnya semakin gemas.

"Kami iseng main jailangkung dan bertanya pangkat apa yang bisa kami capai masing-masing dalam karir militer kami. Dan ramalan tentang saya, katanya Pangkat terakhir yang bisa saya capai adalah Kapten. "

Pierre kembali tergelak saat mengingat kegiatan konyolnya bersama teman temannya dulu. Rukmini tersenyum menatap Pierre. Ia bukanlah orang yang percaya begitu saja dengan ramalan, terutama permainan seperti yang disampaikan Pierre tadi. Menurut Rukmini, Pierre adalah sosok laki-laki cerdas dengan prestasi yang bagus, agaknya tidak mungkin jika pria gagah dan tampan itu pangkat terakhirnya adalah Kapten.

"Mas percaya?" tanya Rukmini seraya menatap Pierre penuh arti. Pierre tertawa, tidak habis pikir dengan pertanyaan Rukmini barusan.

"Entahlah. Itu hanya permainan. Bagi saya, apapun pangkat yang saya dapatkan nantinya, bagaimana karir militer saya kedepan agaknya tidak perlu saya persoalkan. Asalkan saya bisa mengabdikan diri untuk negara, saya rela," ucap Pierre tegas.

Gadis itu memberanikan diri untuk menyentuh tangan Pierre dan menggenggam nya, menautkan jemarinya disela sela jemari Pierre. Membuat Pierre berjengit kaget lalu tersenyum kemudian.

"Mimin bukan orang yang percaya dengan ramalan apalagi permainan seperti itu. Mimin tahu Mas Pierre orang yang cerdas, Mimin dengar Mas Pierre juga berdedikasi tinggi tapi Mimin hanya ingin berpesan, nyawa Mas cuma satu dan itu harus dijaga, " ucap Rukmini seraya tersenyum. Nada suaranya terdengar begitu lembut. Pierre membalas genggaman kekasihnya itu dan meletakkan tangan Rukmini di depan dada bidangnya.

"Kamu takut?" tanya Pierre seraya menatap lekat Rukmini sepintas. Rukmini tersenyum dan menundukkan kepalanya.

"Sejak mengenal Mas Pierre dan mengetahui pekerjaan Mas Pierre, Mimin selalu merasa khawatir. Khawatir karena tidak setiap saat Mimin bisa bersama Mas Pierre, bisa melihat Mas Pierre dan bisa setiap saat mendengar kabar dan suara Mas Pierre. Ya. Tidak dapat dipungkiri ada rasa takut dihati Mimin. Takut jika tangan ini tidak lagi dapat Mimin genggam seperti ini, takut jika--" Mimin berhenti berucap saat Pierre mengecup lembut punggung tangan kekasihnya dan tersenyum manis.

"Mimin tidak perlu khawatir, Mas akan selalu ada untuk Mimin. " (*)

_________________________

Mungkin sudah banyak cerita fiksi tentang beliau, tapi saya belum pernah membuat kisah tentang beliau. Mungkin semua orang di Indonesia udah tahu bagaimana kisah beliau, bagaimana akhir cerita beliau tapi entah kenapa saya pengen banget buat cerita tentang beliau menurut versi saya tentu saja.

Anggaplah sebagai ungkapan terimakasih saya pada sumber inspirasi terbesar saya dalam berkarya yang tanpa saya sadari adalah Beliau.

Jadi semoga berkenan dengan ceritanya, semoga dapat mengambil teladan dan semangatnya dan semoga dapat menginspirasi.Terimakasih, Oom Pierre, saya bukan siapa-siapa beliau, bukan saudara, bukan juga orang yang mengenal beliau atau keluarganya, tapi saya merasa beliau sangat berperan dalam setiap kisah dan cerita yang saya tulis (secara tidak sadar banyak yang mengarah pada beliau) Ini wujud rasa terimakasih saya, wujud apresiasi saya, dan wujud kekaguman saya pada Beliau hingga akhirnya memutuskan dan memberanikan diri untuk menulis kisah tentang beliau dalam versi novel.

Buat teman teman pembaca, jangan berekspektasi terlalu tinggi yaa karena saya hanyalah penulis amatiran yang masih dan tidak akan pernah berhenti untuk belajar.

Sebelum menulis cerita ini, saya sudah secara resmi ijin pada Eyang Roos (Adik kandung Kapten Pierre), penulis dan editor buku Sang Patriot untuk menjadikan buku tersebut sebagai referensi tulisan ini dan demi apa atas ijin mereka saya seneng banget dan akhirnya membulatkan tekad dan niat untuk menulis cerita tentang Oom Pierre.

Semoga temen temen suka yaah dengan tulisan kisah hidup dan cinta Oom Pierre versi saya. Karena saya benar benar terkesan dengan pribadi Oom Pierre. Intinya tulisan ini adalah wujud impian saya menceritakan kisah tentang Oom Pierre dalam bentuk novel.

Selamat membaca.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang