Cukup Satu Detik

1.2K 84 13
                                    

"Bapak meminta Tuan untuk masuk dan makan bersama dengan kami. Kami sudah selesai sholat. "

Suara lembut itu hinggap di telinga Pierre yang saat ini sedang menengadah menikmati angin sepoi sepoi dibawah poho  mangga tepat di halaman depan rumah Keluarga Chamim. Pierre menoleh dan menatap Rukmini yang kini kembali menundukkan kepalanya. Pandangannya ia turunkan kebawah, rupanya gadis itu enggan bersitatap dengan Pierre.

"Kenapa tempat senyaman ini dibiarkan kosong, Nona? Seharusnya Bapak Chamim bisa meletakkan kursi atau lincak dibawah pohon serindang ini," ucap Pierre. Rukmini mendongak dan menatap lokasi yang dimaksud oleh Pierre. Gadis itu tersenyum. Matanya menerawang jauh seolah sedang mengingat kembali kenangan masa kecilnya.

"Ditempat ini dulu ada ayunan yang dibuat sendiri oleh Bapak untuk saya bermain. Tapi, saya terjatuh dari ayunan sehingga tempat ini dibiarkan kosong sampai sekarang, " ucap Rukmini dengan mengulas senyum tipis. Pierre memperhatikan gadis itu dengan seksama, tanpa sadar pemuda gagah itupu  tersenyum.

"Saya jadi membayangkan, seberapa bengalnya anda waktu kecil, Nona sehingga dapat jatuh dari ayunan seperti itu?" tanya Pierre dengan sebelah alis yang terangkat. Rukmini diam,  tiba-tiba raut wajahnya berubah. Entah bagaimana gadis itu dapat mengartikan senyum dan tatapan Pierre itu seperti sedang mengejeknya. Rukmini kembali menatap Pierre dengan sorot tajam.

"Lebih baik anda masuk, Tuan. Bapak sudah menunggu, " ucap Rukmini tegas sebelum akhirnya berbalik meninggalkan Pierre. Pierre terkesiap, terkejut dengan sorot tatapan dan raut wajah Rukmini yang berubah.

Dalam obrolan ringan di atas meja makan, Pierre sesekali mencuri pandang ke arah Rukmini yang lebih banyak diam ditempatnya dan menunduk. Sampai pada akhirnya, Pierre dan kedua rekannya memutuskan untuk pulang, sampai detik Pierre masuk kedalam mobil pun ia tidak melihat adanya Rukmini. Pierre berpikir, mungkinkah gadis manis itu marah padanya? Tapi persoalan apa? Pierre menghembuskan nafas panjang lalu mengendarai mobil itu kembali ke asrama.

"Bagaimana, Pierre, Rukmini benar-benar manis bukan? Aku dan Setijono bersepakat untuk bersaing secara sehat untuk mendapatkan hari Rukmini. Kamu bagaimana, Pierre? Mau ikut?" tanya Satrijo. Pierre menoleh sejenak ke arah Satrijo yang kini sedang tersenyum lalu pemuda tampan itu menghembuskan nafas panjang dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku tidak ikut, " ucap Pierre tegas.

"Mengapa? Agaknya kita bisa bersaing secara sehat, Pierre. Rukmini itu idola di kalangan perwira Yonzipur sini. Kita harus berlomba mencuri hati Rukmini, aku yakin sekali satu diantara kita akan memenangkan hatinya suatu hari nanti," ucap Setijono.

"Aku tetap tidak ikut."

"Mengapa? Tidak mungkin kau itu takut kalah bersaing? "

Pierre mendengus tertawa lalu kembali menatap tajam kedepan.

"Aku hanya tidak ingin bersaing. Bagiku perempuan itu ada untuk dihargai dan tidak selayaknya dijadikan bahan untuk bersaing seperti ini. Jika kalian ingin bersaing, silahkan saja. Aku tidak ikut," Jawab Pierre tegas. Satrijo dan Setijono terdiam ditempatnya menyadari betapa seriusnya raut wajah Pierre saat mengatakan hal tersebut.

"Siang nanti kau dampingi saya ya, Pierre, main tenis dengan Pak Chamim. Kau bisa kan?" tanya Mayor Sukirno. Pierre mengangguk dan berucap siap saat Mayor Sukirno menyatakan niatan itu pada Pierre usai pemuda itu selesai melakukan latihan menembak rutin bersama anak buahnya.

"Lapangannya di Lapangan Bupati, Ndan?" tanya Pierre saat dirinya mengendarai mobil dinas milik Mayor Sukirno.

"Iya, tinggal lurus saja tidak jauh dari asrama, " ucap Mayor Sukirno. Pierre mengangguk paham. Tak lama berselang, akhirnya Pierre pun sampai di tempat tujuannya. Ia membawa barang barang berupa raket milik Mayor Sukirno. Pierre menatap sekelilingnya, rupanya Raden Chamim sudah berada ditempatnya bersama dengan seorang anak buah kepercayaannya bernama Darman dan seorang gadis yang sedang duduk tenang di pinggir lapangan.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang