Om Pierre Nakal!

1.1K 71 7
                                    

Semenjak menjadi ajudan, Pierre sering kali mengikuti kemanapun Pak Nas pergi, termasuk mengisi seminar seminar di beberapa universitas. Kehadiran Pierre bersama dengan rombongan Sang Menteri rupanya menjadi oase tersendiri, terutama bagi para mahasiswi universitas tersebut. Setiap kali berkunjung ke univeraitas, Pierre terlebih dahulu memeriksa keadaan sekitar lokasi, panggung hingga soundsistem smua harus dalam keadaan yang baik dan sempurna.

Selama mengisi seminar, Pierre selalu berdiri dan berjaga di belakang Pak Nas. Tepat di belakang panggung, namun posisinya dirinya masih mampu memantau atasannya itu. Postur tubuhnya yang tinggi, bentuk tubuhnya yang atletis dan kulitnya yang putih dan berbeda dengan orang kebanyakan membuat Pierre menjadi pusat perhatian. Banyak sekali bisik bisik dari mahasiswa itu hingga akhirnya tercetus istilah "Telinga kami untuk Pak Nas tapi mata kami untuk ajudannya."

Usai memberikan ceramah, Pak Nas pun turun dari panggung dan biasanya beristirahat sejenak di belakang panggung. Tak jarang juga menemui Rektor atau dekan dari universitas tersebut. Disitulah biasanya para mahasiswi itu mendekati Pierre hanya untuk sekedar bersalaman atau bahkan sampai berkenalan.

"Sepertinya setelah kamu jadi ajudan saya, peserta seminar bertambah banyak, Pierre, " ucap Pak Nas usai mengisi acara tersebut. Pierre yang menyetir mobil jeep itupun tersenyum.

"Mereka tertarik karena materi bapak, bukan karena saya, " ucap Pierre.

"Itu tiga puluh persen dari alasan mereka, Pierre tapi tujuh puluh persennya karena ingin melihatmu, " ucap Pak Nas sambil tertawa. Suasana kembali hening. Pak Nas lalu menatap Pierre dari kaca spion mobil bagian tengah.

"Kata Mami, kamu sudah dapat jodoh? Orang mana?" tanya Pak Nas. Pierre menatap ke belakang melalui kaca spion lalu tersenyum.

"Siap. Orang Medan keturunan Jawa, Pak, "jawab Pierre. Pak Nas nampak menganggukkan kepalanya.

" Pierre, bagaimanapun juga kita ini kqn masih keluarga, walaupun statusnya kamu adalah ajudan saya, tapi darah kekeluargaan itu tidak dapat dihilangkan. Jika tiba waktunya nanti kamu ingin melamar kekasihmu dan orang tuamu belum menemukan waktu yang tepat untuk berkunjung ke Medan, aku dan istriku bisa mewakili mereka untuk melamar pujaan hatimu itu secara resmi," ucap Pak Nas. Pierre terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata siap.

"Terimakasih banyak, Pak, " Ujarnya.

Pierre menatap sekelilingnya saat dirinya tibatiba saja terjebak macet di tengah perjalanannya menuju ke jalan Teuku Umar.

"Eh? Macet, le?" tanya Pak Nas seraya menatap keluar jendela mobilnya. Pierre mengangguk.

"Mohon ijin memantau situasi, Pak, " ucapnya kemudian. Pak Nas pun hanya menganggukkan kepalanya lalu pemuda gagah itu turun dari mobil jeep seri Gaz buatan Rusia.

Pierre dengan sigap memantau sekelilingnya sebelum akhirnya justru mengatur lalu lintas agar kemacetan dapat segera terurai. Semua yang dilakukan Pierre itu tidak lepas dari pengamatan Pak Nas yang kemudian mengulum senyumnya menatap Pierre. Usai jalanan yang macet itu berhasil diurai, akhirnya Pierre segera berlari ke dalam mobilnya dan dengan cepat kembali mengemudikan kembali mobil jeep Gaz itu menuju ke rumah kediaman Jenderal Nasution di Jalan Teuku Umar. 

Pierre segera turun dan membukakan pintu untuk Pak Nas dan memberi hormat, sebelum akhirya Pak Nas segera disambut dengan tawa riang dan kegembiraan dari kedua buah hatinya, Yanti dan Ade.

"Papa kok lama pulangnya?" tanya Yanti saat memeluk pinggang Pak Nas dan berjalan beriringan dengan sang Ayah.

"Ho'oh.. Ade sudah tungguin daritadi," ucap Ade. Pak Nas tertawa ditempatnya lalu menatap Pierre yang mengikuti Pak Nas dibelakang dengan membawa tas dan beberapa barang bawaan Pak Nas untuk ia serahkan pada Alpiah.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang