Jabatan Baru

921 66 29
                                    

"Pierre.." 

Suara Mayor Sukirno tiba-tiba menyapa gendang telinga Pierre saat dirinya sedang bertugas memberikan komando pada anak buahnya dalam latihan menembak dan membuat bahan peledak. Pierre segera menegakkan tubuhnya dan memberi hormat pada komandan batalyonnya itu.

"Siap, ada apa, Ndan?"

"Duduk dulu, Pierre.." ucap Mayor Sukirno mempersilakan Pierre untuk duduk pada sofa yang terletak di ruang kerjanya. Pierre mengangguk tegas dan duduk di sofa tersebut. Mayor Sukirno berjalan kearah Pierre setelah mengambil sebuah amplop dan memberikannya pada Pierre.

"Apa ini, Ndan?" tanya Pierre kemudian.

"Kamu tahu, keberhasilanmu menjalankan operasi Dwikora kemarin rupanya menjadi perbincangan tersendiri di kalangan para Jenderal di Pusat sana. Mereka kagum dengan kiprah dan keberhasilanmu, Pierre." ucap Mayor Sukirno. Pierre menyimak dengan baik setiap kata yang keluar dari mulut atasannya itu. "Ini adalah surat keputusan Panglima TNI atas kenaikan satu tingkat yang diberikan kepadamu, Pierre dan sepertinya sebentar lagi kamu akan ditarik ke Jakarta, Pierre. Selamat," lanjutnya. Pierre terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk tegas dan kembali keluar dari ruangan atasannya. Ia berjalan lemah seraya menatap surat perintah yang barusaja diberikan itu. Naik pangkat menjadi letnan satu adalah suatu prestasi yang luar biasa yang diperoleh Pierre dalam hitungan waktu yang relatif singkat. Pierre bahagia, namun ada hal yang sedikit mengganjal pada dirinya, dia tidak ingin ditarik kembali ke Jakarta.

"Ada apa, le?" tanya Pierre saat ia melihat salah satu anggotanya berlari kearah Pierre dan memberikan hormat padanya.

"Ijin, Let, ada telepon dari Semarang, Komandan diminta untuk menelpon kembali ke Semarang," ucap orang itu. Pierre mengangguk tegas lalu berjalan menuju ke kantor batalyon untuk menelpon kembali ke Semarang.

"Halo?"

"Selamat siang, Mami, ini Pierre. Apa ada masalah yang penting sehingga Mami menyempatkan untuk menelpon Pierre?" tanya Pierre sopan.

"Mami sudah mendengar tentang rencana kenaikan pangkatmu, Pierre. Beberapa hari lalu Jenderal Nasution menyempatkan diri datang ke rumah, ia menyampaikan keinginannya untuk menarikmu ke Jakarta dan menjadi salah satu ajudan Pak Nas. Mami senang sekali, kalau kamu mau menerima tawaran itu, Pierre," ucap Maria. Pierre terdiam sejenak. Lalu menghembuskan nafas panjang.

"Pierre tidak mau ditarik kembali ke Jakarta, Mami," ujarnya.

Maria terkesiap, ia sungguh terkejut dengan ucapan Pierre barusan. "Ada apa, Pierre? Mengapa tidak mau? Jujur saja, Mami khawatir dengan keadaanmu diluar sana, Mami tidak tahu apa kamu baik baik saja, banyak ketakutan Mami jika melepaskanmu bertugas di garis depan seperti sekarang, terlebih kau mengatakan kemarin sempat berada diperbatasan hingga dapat membeli barang barang bagus itu. Mami tidak mau kamu terjadi hal buruk padamu, Pierre. Tawaran Pak Nas ini juga adalah permintaan pribadi Mami," ucap Maria.

"Maksud Mami?"

"Mami sempat menyurati Pak Nas perihal penempatanmu itu. Mami merasa khawatir dan was was jika kamu berada di garis terdepan, Mami hanya meminta jikalau bisa kamu ditarik saja kembali ke Jakarta untuk menjadi ajudan asal tidak berada di garis terdepan. Rupanya, Pak Nas menyambut baik permintaan Mami ini. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Pak Nas mengatakan jika beliau sedang membutuhkan seorang ajudan karena ajudan yang bertugas sebelumnya telah gugur saat menerima penugasan di Kongo. Ini kesempatan, Pierre. Pikirkanlah," ucap Maria. Pierre hanya diam dan tidak menjawab permintaan Maria itu. 

"Pierre akan coba pikirkan, Mami. Sudah dulu, kita sambung lagi lain hari," ucap Pierre sebelum akhirnya ia mengakhiri percakapannya dengan Maria. Pierre kembali ke barak tempat dirinya beristirahat. Duduk diam diatas bangku meja kerjanya seraya menatap amplop itu nanar.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang