Terasa Indah

1K 66 6
                                    

"Belajar bahasa Inggris lagi dengan Pierre?" tanya Raden Chamim sesaat setelah melihat Pierre datang ke rumah kediamannya dengan mengguanakan sepeda onthel. Rukmini yang tengah mempersiapkan buku dan alat tulis belajarnya itupun menoleh. Sesaat kemudian menundukkan kepalanya.

"Iya, Pak,"jawabnya. 

Raden Chamim diam sesaat. "Kalau begitu keluarlah, Pierre sudah menunggu didepan," ucapnya tegas. Rukmini mengangguk paham dan segera berjalan perlahan tepat di belakang tubuh Raden Chamim. Rukmini menatap Pierre yang memberikan hormatnya dan juga menyalami Raden Chamim dengan sopan sebelum akhirnya meninggalkan Rukmini dan Pierre di ruang tamu.

"Laras tidak datang?" tanya Pierre saat melihat Rukmini hanya duduk sendirian dihadapannya.

"Ada janji temu dengan Mas Soeseno," ujar Rukmini seraya tersenyum. Pierre mengangguk paham dan memulai pelajaran Bahasa Inggrisnya.Pierre dengan telaten memberikan pemahaman pada Rukmini tentang kosa kata dan juga kata-kata yang penting saat bercakap dalam bahasa Inggris.

"Kamu rupanya cepat belajar, Min," ujar Pierre saat melihat Rukmini barusaja mempraktekkan bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Rukmini menunduk seraya tersenyum ditempatnya. 

"Saya yang cepat belajar atau gurunya yang pandai memberikan pelajaran?" ujar Rukmini. Pierre tertawa ditempatnya seraya mengambil minuman dingin yang sudah disediakan oleh Ibu Chamim.

"Kau bisa saja."

"Tapi sepertinya memang Mas Pierre yang terlalu pandai mengajari Mimin hingga rasanya bahasa Inggris yang semula terasa begitu sulit kini justru terasa jauh lebih mudah," ucap Rukmini. 

"Puji saja saya terus, Min.. Saya justru berharap kamu tidak terlalu cepat bisa, " ujar Pierre sedikit berbisik yang membuat Rukmini mendongak dan mengernyitkan dahinya.

"Mengapa begitu, Mas?" tanya Rukmini sedikit tidak suka dengan ucapan Pierre barusan. Ia bersusah payah agar cepat menguasai setiap pelajaran yang diberikan oleh Pierre, agar dirinya cepat mahir namun justru Pierre berpendapat lain.

"Jangan merajuk, Min. Maksud saya, jika kamu cepat bisa dan menguasai bahasa inggris dengan baik, maka saya tidak punya cukup alasan untuk datang kemari menemuimu," bisik Pierre dengan cengiran kudanya dan wajahnya yang jenaka. Rukmini mencebikkan bibirnya sebelum akhirnya menunduk karena malu. Selalu saja Pierre berhasil membuat pipinya bersemu merah.

"Kalau bahasa Inggris sudah dapat Mimin kuasai, Mimin masih bisa belajar bahasa yang lain. Mas Pierre masih punya cukup banyak bahasa yang bisa Mimin pelajari dan karena itu masih akan terus ada alasan untuk kita berjumpa seperti ini," bisik Rukmini yang kembali membuat Pierre tertawa. Pierre memandang Rukmini yang kini kembali menundukkan kepalanya itu lekat-lekat. Gadis manis itu begitu sederhana dan semakin hari ada saja yang membuat Pierre semakin jatuh hati dengan sosok Rukmini.

"Idemu boleh juga, Min. Saya sependapat," ujar Pierre sebelum kembali tertawa. Keadaan hening sejenak, Rukmini masih menuliskan sesuatu didalam buku tulisnya sementara Pierre entah mengapa tidak dapat memalinkan pandangannya barang sedikitpun dari Rukmini.

"Min.."

Rukmini mendongak dan menatap Pierre yang begitu lekat menatapnya.

"Ya,Mas?"

"Kenapa kamu selalu menundukkan kepalamu padahal saya ingin memandang wajahmu puas-puas," celetuk Pierre yang kembali membuat tubuh Rukmini membeku ditempatnya dan wajahnya bersemu merah. Gadis itu tersipu malu, tersenyum dan sesekali melirikkan manik matanya pada Pierre yang masih saja menatap ke arahnya.

"Sebentar lagi maghrib, Mas Pierre mau tinggal sampai makan malam tiba? Kebetulan tadi Mimin memasak ayam bumbu, barangkali jika Mas Pierre berkenan untuk mencicipi masakan Mimin," ucap Rukmini. Pierre mengangguk cepat tanpa berpikir, baginya semakin lama bersama Mimin akan semakin baik, bukan.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang