Di Ujung Tanduk

930 63 17
                                    

Setelah keberhasilan Pierre menyusup sebagai turis ke Malaysia beberapa waktu yang lalu, kini Pierre diberi kepercayaan untuk mengawal perjalanan penyusupan salah satu Menteri Kabinet Negara Oei Tjoe Tat yang diperintahkan oleh Presiden Soekarno untuk menjalin kerjasama dengan pihak pihak yang tidak setuju dengan terbentuknya Negara Federasi Malaysia tersebut. Pierre bersama dengan beberapa orang lainnya termasuk Menteri Oei Tjoe Tat menyeberangi perairan di sekitaran Kepulauan Riau dengan menggunakan kapal sederhana milik Bea Cukai. Dalam penyusupan kedua ini, Pierre bertindak sebagai salah seorang ajudan dari Menteri Oei Tjoe Tat yang menyamar sebagai saudagar kaya dari Cina.

Saat berada di Pekanbaru dan tidak dalam masa tugas, Pierre menyempatkan diri untuk bertemu dengan rekan sewaktu Pierre menjalankan pendidikan di Atekad, Thomat Admaji yang kebetulan bertugas di Pekanbaru.

"Wah wah.. Pierre lama tidak berjumpa," ucap Thomas saat melihat Pierre datang dan menghampirinya di asrama tempat Thomas bertugas.

"Piye kabare, le?" tanya Pierre dengan senyum sumringahnya saat bertemu dengan teman lama itu.

"Kabarku baik, kamu bagaimana? Ada tugas to kok bisa sampai Pekan baru?" tanya Thomas. Pierre menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku dengar banyak pasukan yonzipur yang dikirimkan ke Riau, berkaitan dengan Dwikora, kamu salah satunya kah?" tanya Thomas, Pierre menganggukkan kepalanya lagi dan kembali tersenyum. Ia lalu menatap sekeliling asrama tempat Thomas tinggal selama bertugas.

"Kowe wis mangan durung?" (Kamu sudah makan belum?)tanya Pierre. Thomas tersenyum tipis dan tidak juga kunjung menjawab pertanyaan Pierre. Pierre yang paham itu pun segera melingkarkan tangannya pada pundak Thomas. "Wis ayo melu aku, awak dewe mangan enak!" (Sudah ayo ikut aku, kita makan enak!) ajak Pierre. Thomas pun segera menanggapi ajakan Pierre itu. Pierre paham, tidak semua prajurit seberuntung dirinya dalam soal keuangan, oleh karena itu Pierre sengaja mengajak Thomas untuk makan siang bersamanya di sebuah restoran China yang terkenal di daerah Pekanbaru, Restoran Gelas Mas di daerah Kota tua Pekanbaru. Di restoran tersebut, menyajikan kurang lebih seratus menu masakan china yang semuanya enak dan relatif harganya mahal.

Thomas menatap sekeliling restoran itu, rata-rata pengunjung direstoran itu adalah para pedagang kaya. 

"Kamu tidak salah membawa saya makan ditempat ini, Pierre?" tanya Thomas.  Pierre melihat rekannya itu lalu tersenyum.

"Tidak. Salah bagaimana maksudnya, Le?"

"Ini restoran mahal, Le. Lihat yang makan disini para pedagang kaya, " jawab Thomas. Pierre kembali tersenyum lalu memberikan piring pada Thomas.

"Wis to.. Mangan wae. Pisan pisan mangan enak." ( sudah to.. Makan saja. Sekali kali makan enak) ucap Pierre. Hari ini adalah hari dimana Pierre menerima gajinya.

"Gajimu dan gajiku sepertinya sama, Pierre. Apa tidak masalah kita makan di tempat mahal begini dan kamu yang bayar semuanya?" tanya Thomas masih merasa heran.

"Sudah tidak usah memikirkan masalah gaji. Prinsipku, 40% gaji yang aku terima itu memang aku peruntukkan untuk teman yang aku temui pertama hari ini, enam puluh persennya untuk aku. Jadi, anggap saja kamu sedang beruntung, Thomas. Sudah makan saja. Jadi tentara itu tetap harus mencoba makanan enak sesekali, " ucap Pierre.

***

"Kamu jadi mau balik ke Medan, Pierre?" tanya Soegito salah seorang rekan intelejennya.

"Jadi. Besok kekasih saya berulang tahun, " jawab Pierre dengan senyum sumringah.

"Wah jadi juga ketemu pujaan hati. Minta dia rekam suaranya dan minta kirimkan fotonya supaya kamu tidak merana saar bertugas, Pierre, " Ledek Soegito. Pierre terbahak ditempatnya lalu menatap Soegito.

PATRIOT DARI BUMI PANORAMA √ TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang