Two : Hendery's sweet

8.9K 805 33
                                    

"Piw Manis!"

Jeno menoleh ke arah sumber suara, di lihatnya Hendery tengah bersandar di jendela kamarnya dengan wajah penuh senyuman.

Jeno meletakkan rangkaian bunga di tangannya dan langsung berjalan mendekati Hendery dengan alis berkerut.

"Kok di sini? Udah selesai urusannya?" Tanya Jeno bingung.

"Udah, Aku jagain kamu di mansion, yang lain lagi sok sibuk" Ucap Hendery melangkah masuk kedalam kamar Jeno dengan santainya.

"Oiya, ini aku bawa dari dunia manusia, katanya kamu pernah tinggal di dunia manusia kan? Jadi aku coba coba ke sana" Hendery menyerahkan sebatang coklat kepada Jeno yang tengah menatapnya.

Jeno menatap Hendery, lalu melirik coklat di tangannya. Mengambilnya dengan ragu.

"Ini..."

"Hehe... Maaf ya, aku gak punya banyak uang manusia, jadi cuma bisa beli itu" ucap Hendery menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali dengan canggung.

"Pfft... Gak papa, lagian gak perlu beli ke dunia manusia, di sini juga kan banyak coklat buatan tangan" Jeno tertawa pelan melihat tingkah Hendery.

Satu di antara 12 Mahluk Mitology terkuat yang kaya dan memiliki banyak kekuasaan tidak memiliki uang ketika di dunia manusia, haha lucu sekali.

"Syukurlah... Em... Boleh aku minum darah kamu? Biar gantian sama yang lain dan gak langsung sekaligus..." Hendery memeluk tubuh Jeno dari belakang. Menyandarkan dagunya di bahu Jeno.

"Hum? Sakit?" Tanya Jeno menatap wajah Hendery yang sangat dekat dengannya.

"Sedikit, atau mau ambil belati aja?" Tawar Hendery menciumi leher jenjang milik Jeno, membuat Jeno terkekeh geli.

"Geli! Boleh deh pake belati aja"Jeno mengangguk dengan senyum tipisnya sembari mengusap surai Hendery dengan lembut.

"Tapi gak ada Jungwoo..." Lirih Hendery menegakkan tubuhnya, membalikkan badan Jeno, memeluknya dari depan, menatap kedua mata Jeno.

"Gak papa, Cuma luka kecil, lagian bisa sembuh sendiri" Tutur Jeno mendongak, tersenyum tipis pada Hendery.

"Sini, aku ada belati"

Jeno membawa Hendery menuju ke dekat meja dimana dia tadi tengah sibuk merangkai bunga. Hendery yang melihat  rangkaian bunga tersebut, dengan iseng mengambilnya, lalu memperhatikannya dengan detail.

"Kamu pasti bosen di mansion terus, tapi selama sebulan kamu belum boleh keluar dari mansion..." Ucap Hendery menatap Jeno yang kini sudah memegang belati di tangannya.

"Kkk~ sedikit, tapi gak terlalu juga karna mansionnya luas" kekeh Jeno.

"Pegang" Jeno menyerahkan gelas kaca ke arah Hendery yang langsung di terima oleh Hendery yang terus saja menatapi wajah Jeno dengan intens.

Sreet...

"Jen!"

Hendery berseru dengan cemas melihat Jeno yang langsung menggoreskan belati ke tangannya dengan santai.

"Aku gak papa, gelasnya" Ucap Jeno tersenyum tipis.

Hendery dengan cepat mengulurkan gelas di bawah goresan luka yang di buat Jeno dengan tampang khawatir. Tetes demi tetes darah meluncur ke dalam gelas, darah yang berwarna keemasan dengan sedikit cahaya sangat cantik saat di pandang.

Namun Handery hanya merasakan sakit hati melihat darah tersebut, dia menjadi khawatir apakah Jeno mampu menghidupi mereka ber-12 atau tidak.

"Udah, gak perlu banyak banyak" Ucap Hendery dengan cepat menutup luka Jeno dengan kain putih yang tergeletak di atas meja.

My Husband ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang