SINGULARITY : Fakta Terbaru

128 17 2
                                    

Ameela pov.

Sejak pertemuan kami beberapa waktu yang lalu dan berbekalkan saling mengirim pesan dengan Yuki, aku memutuskan untuk datang mengunjungi-nya.

Sejujurnya aku sempat terkejut mengetahui bahwa orang yang bertahun-tahun ku cari ternyata berada di tempat yang -tak pernah terpikirkan oleh ku- rumah sakit jiwa.

Aku tidak tahu kapan dan mengapa dia bisa berakhir seperti ini. Setahu ku dia adalah atasan ku yang sangat cerdas dan penuh dengan keistimewaan lainnya. Sekali lagi, aku benar-benar tak menyangka, orang sepertinya berakhir di sini.

Kalau kau bertanya apa aku sedih? Maka, aku akan menjawab IYA.

Saat itu aku menangis begitu mengetahui keadaannya.

Dan jujur saja, datang ke rumah sakit ini membutuhkan ketegaran dan tenaga yang begitu besar.

Aku datang di saat yang kurang tepat, kejiwaan Kapten Stefan sedang kurang stabil, baik nyawaku, Yuki maupun si kapten, nyaris saja menghilang.

Demi apapun. Dia harus kembali normal! Kapten Stefan harus mendapatkan kembali kehidupan normalnya.

"Tolong ceritakan semua padaku, jika kau tidak keberatan!" Yuki berseru membuatku kembali ke alam sadar. Dari pancaran netra coklatnya, aku bisa menyimpulkan, Yuki benar-benar tidak tahu masa lalu pasien yang selama ini ia rawat -miris.

"Bisakah kita berbicara empat mata?" Tanyaku sembari memicingkan mata kepada perawat menyebalkan yang tadi memanggilku nona celana dalam pink. Aku tidak tahu siapa nama perawat itu, Xime, Maxime atau apalah itu. Aku tidak peduli dengan nama aslinya. Dia membuatku sangat risih dengan tatapannya dan satu tangannya yang masih menutup kesuciannya di balik celana seragamnya yang berwarna biru- yah, itu sih kalau masih suci.

"Tentu saja." Jawab Yuki sembari menggunakan tangannya, memberi isyarat agar si perawat meninggalkan kami berdua.

Tak butuh waktu lama untuk memahami isyarat Yuki, perawat itupun pergi menyisakan ku dan Yuki di dalam ruangan ini.

000

Yuki POV

Kami masih duduk berhadap-hadapan, layaknya sepasang kekasih yang sedang beradu pandang, tapi sayangnya kami tidak memiliki hubungan seperti itu.

Hellow, mana mungkin aku doyan dengan perempuan, aku masih sangat normal, wahai netizen yang kecepatan ibu jarinya melebihi kecepatan Flash dan Superman, tolong jangan hujat aku.

"Ketika dia tiba di panti asuhan, umurnya sudah menginjak 8 tahun. Saat itu umurku masih 7 tahun. Kami hanya terpaut 1 tahun. Masih ku ingat dengan jelas, wajahnya begitu muram namun dia masih berusaha tersenyum ketika anak-anak panti menyapa. Dia sangat sopan, terlihat jelas bahwa didikan orangtuanya sangat baik." Ameela memulai cerita pertemuaanya dan Stefan. Samar-samar aku melihat raut wajah Ameela yang berubah menjadi getir. Matanya berkaca-kaca.

"Maafkan aku, hanya saja aku sangat emosional ketika mengingat masa-masa itu." Sambung Ameela. Dan benar saja air mata wanita tangguh yang sempat membentak Stefan hingga membuat nyali pemuda itu menciut, kini sedang menarik ulur cairan bening di hidungnya sembari mengusap air mata menggunakan tissue yang spontan ku sodorkan. "Alasan mengapa ia saat itu berwajah muram, karena ibu kandungnyalah yang mengantarkannya ke panti asuhan lalu meninggalkannya bersama kami."

Degh....

Dadaku terasa sesak, jantungku berpacu dua kali lipat dari cara kerja normal. Aku memang sudah mengetahui bahwa nyonya Avery meninggalkan Stefan di panti asuhan, namun satu fakta lain yang baru ku ketahui : nyonya Avery yang mengantarkan anak semata wayangnya ke panti asuhan -benar-benar miris.

Tak bisa ku bayangkan, bagaimana hancurnya perasaan Stefan kecil saat itu.

Fakta lainnya : setelah sekian lama bersama Stefan, pemuda yang ku anggap layaknya bayi besar ku itu, rupanya lebih tua dua tahun dari ku.

Tepat empat hari kedepan, umur Stefan akan menginjak tiga puluh tahun.

Kebanyakan pemuda seusia Stefan seharusnya telah menikah dan memiliki keluarga kecil, namun gangguan kejiwaan Stefan membuatnya harus rela terperangkap di dalam rumah sakit ini dan menjalani kehidupan kelam yang mungkin tak pernah sekalipun terbayangkan olehnya.


SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang