SINGULARITY : Akting Memukau pt. 1

155 19 5
                                    

Skefi ya kawan-kawan sejak awal cerita ini di kemas dalam baluran romantis, laga, komedi. Jadi, harap bersabar. Teguhkan iman, jaga mulut agar tidak kau nodai dalam menjalankan ibadah puasa. 😁
So, silahkan membaca dengan sabar.

000

Kalau kalian bertanya bagaimana keadaan kami. Akan ku jelaskan dengan satu kata : CHAOS

Aku menjambak rambut ku frustasi karena kedua bocah edan menjengkelkan ini, masih sempat-sempatnya adu mulut hingga informasi penting yang harusnya mereka sampaikan pada ku, jadi terabaikan.

Kami berusaha mengatur ruangan ini sedemikian rupa, lalu mengubah penampilan Stefan layaknya putri tidur agar tidak dicurigai oleh Maxime.

Sedangkan Michael, bocah edan itu sudah kembali menyamar menjadi pasien sakit jiwa ditemani dengan antek-anteknya, Vino dan Andania. Mereka bertiga sengaja datang kesini untuk berpura-pura menjenguk Stefan yang malah membuat ku jadi skeptis.

"Kalian yakin dengan hal ini, Maxime akan semakin mencurigai kita kalau kalian tiba-tiba hadir disini!"

Bagaikan toa berjalan, Andania sang komandan anti waras, berteriak dengan lantang. "KAU PENAKUT SEKALI! KALAU DIA MACAM-MACAM MAKA KAMI AKAN MEMBUKA IDENTITAS KAMI, DAN BERPERANG HABIS-HABISAN!"

Aku memegangi dadaku karena syok mendengar ucapan berani nan edan dari wanita yang baru saja mengakui kalau dia hanya berpura-pura gila, layaknya Michael. Ku telisik wajahnya dengan detail, namun tak kudapati kata-kata itu hanyalah bualan. Seketika bulu kuduk ku naik, tubuh ku meremang, membayangkan bahwa sebentar lagi rumah sakit jiwa ini akan berubah menjadi tempat pertumpahan darah.

Aku menatap Stefan yang tampak setuju dengan ucapan Andania. Sekarang aku jadi meragukan kondisi mereka, apa mereka semua benar-benar waras? Rasanya lebih layak kalau aku menilai mereka adalah sekumpulan orang gila berani mati.

"BETUL, KAMI SUDAH MUAK BERPURA-PURA. PERANG YA PERANG SAJA.

"YAH, KALIAN BERKATA SEENAK UDEL KALIAN, TANPA KALIAN BERPIKIR, BERAPA NYAWA YANG AKAN MENJADI TUMBAL PERANG KALIAN, JIKA KALIAN TETAP NEKAT? TIDAK BISAKAH KALIAN BERTINDAK SEBAGAI ORANG WARAS PADA UMUMNYA?" Untuk kesekian kalinya emosi ku tersulut, semua berkat teriakan unfaedah tambahan dari Michael membuat ku geram setengah mampus dan berteriak menunjukan kekuasaan ku pada mereka.

Michael yang baru saja menunjukan semangat juang empat lima tanpa takut mati, mendadak menciut dan bersembunyi dibalik punggung Stefan.

Vino yang sedari tadi bersikap netral, takubahnya seperti Michael, bocah perawat itu bersembunyi dibalik tubuh Andania, membuat ku lagi-lagi berpikir, apakah mereka benar-benar seorang prajurit?

Seakan mengerti dengan apa yang sedang ku pikirkan, Stefan nan Agung segera bersuara. "Anu, Yuki, mereka adalah prajurit sejati, hanya saja kau memang terlalu mengerikan. Eksistensi mu mengalahkan kekuatan jahat manapun, jadi jangan salahkan mereka jika mereka takut pada mu!"

Aku menghela nafas mencoba untuk bersabar ketika mendengar ucapan Stefan yang aku bahkan tak tau, apakah itu pujian atau ejekan?

Tubuhku tiba-tiba melemah dan aku segera duduk disebelah Stefan sembari mendorong Michael hingga jatuh terjerembab dari kursi. Aku memperhatikan mereka satu persatu lalu menyatukan telapak tangan ku dan mengemis.

"Ku mohon, berpikirlag rasional dan bertindaklah seperti itu. Aku tidak ingin ada pertumpahan darah, apa kau mengerti?"

Belum lagi mereka menjawab, tiba-tiba, manusia yang berhasil membuat kekacauan ini, sudah berdiri didepan pintu dengan penampilan bak orang yang baru dikejar hantu.

Maxime terlihat sangat kacau, kucel dengan nafas tersengal-tersengal. "Andania, kau disini? Aku mencari mu kemana-mana." Ucap lelaki itu hingga membuat kami semua mendadak cengo.

"Oh mas Ncime! Kemana saja? Anda kangen tauk!" Bagaikan ratu akting yang sudah memenangkan ratusan piala oscar, Andania segera berubah sifat dari aing maung menjadi aing princess, perempuan edan itu berlari layaknya putri kerajaan yang lemah gemulai lalu menemplok sempurna bak kumbang yang melekat pada batang pohon, bedanya batang pohon itu adalah Maxime.

"Oh Andania ku, kau juga mencari ku? Kemari, biar mas Ncime memeluk mu." Bak gayung bersambut, si batang pohon ikut-ikutan bermanjah-manjahlita. Mereka berpelukan persis seperti Teletubies.

Kami kembali menjadi cengo menatap adegan kebulolan dihadapan kami. Michael dan Stefan sampai memeluk lengan ku dengan ekspresi jyjyque sedangkan Vino hanya mampu terdiam seribu bahasa, sepertinya hanya Vino yang waras disini, menemaniku.

"Mas Ncime harus segera keluar kota, jadi mas Ncime hendak menemui mu lebih dahulu."

Mereka kembali berpadu kasih, tanpa mempedulikan kami yang kini sedang menonton mereka sembari memakan buah-buahan milik Stefan.

"Kemana? Kemana? Mas Ncime tega sekali, kenapa meninggalkan ku sendirian?"

Maxime mencium puncak kepala Andania hingga membuat kami para penonton, tiba-tiba mual. "Iyuh, adegan macam apa ini?" Bisik Stefan dan Micahel bersamaan. Aku hanya mampu menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan mereka.

"Aku harus ke Jakarta, ada urusan penting, kalau Anda memaksa ingin ikut, apa boleh buat, mas Ncime akan mengemas keperluan Anda lalu kita akan berangkat bersama."

Tanpa tedeng aling-aling, Andania mengangguk dengan girang dan setuju dengan keputusan Maxime. Kali ini Vino mendekati ku, lalu berbisik pada ku. "Sepertinya, bocah edan itu memiliki misi tersembunyi, dia hendak berniat memata-matai Maxime."

Aku mengangguk setuju, belum lagi aku menjawab pernyataan itu, tiba-tiba Michael bersuara sangat besar.

"BETU—" Dan kami segera membekap mulutnya sebelum semuanya menjadi kacau. Stefan mendelik ke arah Michael tanpa sadar jika Maxime kini tengah menatap kami, lebih tepatnya terfokus ke arah Stefan.

"Oh Stefan, kau sudah sadar?"






SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang