SINGULARITY : Grindelwald

669 118 33
                                    

"Maxime.."

"Vino.. Tipen datang.."

"Anda, bang Tipen datang..."

"Miche, bang Tipen datang..."

Stefan berlari kencang ke arah kursi di sudut ruangan kantin. Ia memanggil semua orang yang telah berada di sana layaknya sedang mengabsen para murid di sekolah.

Aku?

Aku hanya berjalan dengan wajah tak bersemangat.

Hito?

Dia berjalan di samping ku, mengelus pundak ku dan berbisik; "Semangat, Yuks. Kalau hari ini terapi Stefan tak membuahkan hasil, kau harus mencobanya terus dan terus hingga berhasil."

Aku tersenyum mendengar bisikan itu. Hanya sebuah kata-kata sederhana, tapi mampu membuatku kembali bersemangat.

"Bang Tipen..."

"Oh...Bang Tipen.."

Tiba-tiba saja suara dua pasien di bawah naungan Maxime dan Vino terdengar. Mereka berteriak heboh sambil berlarian dengan rusuh ke arah Atefan.

"Bang Tipen bawa es krim pesanan Anda kemarin?"

"Nasi padang, Nasi padang. Miche mau nasi padang, bang."

Stefan menepuk-nepuk dadanya dengan bangga. Senyum manis tercetak jelas di bibirnya. "Tenang saja wahai adik-adik ku. Aku sudah membawakan semua pesanan kalian." Ucap Stefan percaya diri.

Lalu suara rusuh kembali terdengar. "Yeay, kita makan makanan enak hari ini."

"Hore... Hore... Hore..."
Kedua bocah itu melompat-lompat di atas kursi.

Kelakuan mereka sudah sama persis seperti orang yang tinggal jauh dari peradaban kota. -aku memakluminya, mereka tidak waras. Jadi, biarkan saja.

"Woah!! Apa kau menghabiskan uang mami -lagi?" Maxime bertanya pada Stefan. Lelaki berdarah Perancis itu melirik ku dengan tatapan kasihan namun di selingi dengan tatapan mengejek.

Sahabat rasa lucknut..

Tapi itulah sahabat yang sebenarnya -tidak segan-segan merasa kasihan sekaligus mengejek.

Dari pada munafik lalu di tusuk dari belakang? -sakit.

"Bukan menghabiskan, tapi itu kewajiban seorang ibu." Jawab Stefan enteng, seenteng jidatnya. "Benarkan, Azura?" Lanjutnya berucap.

Aku mengambil posisi duduk di sampingnya lalu mengulum senyum ku, kemudian mengangguk mengiyakan.

Maxime tersenyum nyengir menampilkan lesung pipinya -yang membuatnya terlihat sangat manis. Lelaki itu menepuk bahu Stefan dengan lembut. "Kalau begitu, semangat menghabiskan uang mami. Oke?"

Gelak tawa terdengar dari mulut Vino dan Hito. Mereka seakan menikmati penderitaan ku selama ini -dasar jahanam.

Stefan yang tak peduli hanya menjawab "Oke, bos." Ia kembali di sibukan dengan kegiatannya membuka bungkus makanan hingga...

"GRINDELWALD !! JANGAN DEKAT-DEKAT DENGAN BANG TIPEN!! BANG TIPEN HANYA MILIK ANDA, MENYINGKIRLAH KAU PENYIHIR JAHAT!!"

Tiba-tiba saja Anda mengamuk. Dia menatap ku dengan tatapannya yang sangat menyeramkan.

Michael yang berada di dekat ku langsung memeluk ku karena ketakutan melihat Anda. "Miche takut." Bisiknya lirih. Pelukannya semakin erat ditubuhku.

Tak terima melihat ku di peluk oleh Michael, Stefan bangkit mendorong Michael. "APA YANG KAU LAKUKAN, MENYINGKIRLAH DARI YUKI KU.."

Michael menangis sesugukan, ia segera berlari ke belakang Vino, berlindung di sana. "Hiks.. Bang Vino, Miche takut."

SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang