SINGULARITY :

116 21 18
                                    

"Apa anda tidak tau bagaimana perjuangan kami untuk mengikuti anda kemari?"

"Apa anda tidak tau bagaimana kami yang waras ini bertingkah layaknya orang gila?"

"Apa anda tidak tau betapa putus asanya kami menunggu hari ini?"

"Apa anda tidak tau—"

"Duh, bisakah kau berhenti mengoceh?" Ucapku sembari mendorong kepalanya yang masih menempel pada pundak ku. Sungguh, ingus dan air matanya sudah membuat mayat daster ini lebih miserable more than before .

Ku pikir dia akan mendengar ucapan ku, tapi nyatanya dia malah ngegas tepat didepan wajah ku. "TIDAK BISA! KAU HARUS TAU BETAPA PERJUANGAN KAMI INI LAYAK UNTUK DI BERI PENGHARGAAN, TAPI AHHHH KAPTEN!! AKU MERINDUKAN MU... MARI BERPELUKAN LAGI."

Hell yeah! Aku kembali berdecak kesal ketika lelaki separuh perempuan ini memeluk ku dengan erat. Disaat-saat seperti ini, aku jadi merindukan Yuki, si Laverna yang agung —apa lelaki jadi-jadian ini masih berani memeluk ku, ketika ada Yuki?

Tak ingin berlama-lama dalam posisi menggelikan ini, akupun bersabda. "Aku sedikit paham mengenai identitas kalian, tapi ngomong-ngomong, kau ini siapa?"

Seketika tangisan Pecinta Nyengir berhenti, dia melepas pelukan kami —akhirnya. Kemudian dia menatap ku dengan mata melototnya yang nyaris keluar. Dia berputar mengitari tubuh ku sembari melambaikan tangannya pada ku.

"Hey! Aku ini hanya kurang waras bukan tunanetra!" Seru ku kesal.

Pecinta nyengir buru-buru menghentikan aksi random-nya, lalu kembali menangis meraung-raung sembari memukul-mukul dadaku, seperti tokoh wanita tersakiti ketika mendapati pasangannya berselingkuh —aku bergidik ngeri karena tingkah kebencesannya ini. "Kau sungguh tega, kapten! Aku ini Michael, sersan Michael, teman seperjuangan mu! Kita pernah mandi bersama di satu kamar mandi yang sama, kita pernah saling berbagi tempat tidur, bahkan kita pernah saling bertukar pakaian dalam. Apa kau sudah melupakan semua itu?" Pekiknya hingga membuat telinga ku pengang.

Namun kepengangan telinga ini tak seberapa jika dibandingkan dengan pernyataannya yang —"what? Apa aku semenjijikan itu hingga melakukan hal menggelikan yang amat merusak moral ku?"

"Kau gila, semua keluarga mu gila!" Aku memekik heboh tepat didepannya dan dia tak ingin kalah. Dia berteriak tak kalah hebohnya dari teriakan ku.

"Kita gila, dan semua keluarga kita gila!" Ucapnya.

Bulu kuduk ku semakin merinding tatkala tangannya ingin memeluk ku. Dengan gerakan secepat induk kucing, aku mengelak.

Demi berbagi celana dalam, apa manusia ini normal?

"Berhenti membuang-buang waktu, Maxime akan segera mengecek keberadaan kita, sebaiknya kita bergegas sebelum dia menemukan kita."

"Oh benar juga, ayo kita lari kapten!"

"Ya hey! Hey ya! Ya hey! APA-APAAN KAU INI, TURUNKAN AKU!"

"Tidak, kau pasti lelah. Aku akan menggendong mu dan berlari dengan kekuatan super!"

000

Yuki POV

Sudah tiga jam aku berjalan mondar-mandir layaknya mesin babat otomatis. Tidak jemu-jemu aku memperhatikan jam dipergelangan tanganku. Andai jam ini bisa bicara, mungkin dia akan jatuh cinta pada ku saat ini juga.

Aku mengetukan jemariku ke atas meja, pikiran ku mengawang, mulai dari memikirkan keberhasilannya atau malah kegagalannya?

Tidak... Tidak...

SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang