SINGULARITY : 2 Lawan 1

92 15 4
                                    

Stefan masih tetap tenang diposisinya walau sangkur masih tertodong tepat di lehernya.

Dia berdecak pelan kemudian mulai melirik kesamping. Melalui sudut matanya, Stefan dapat memastikan bahwa si pelaku penodongan juga sama seperti dirinya —sedang menyamar, bedanya pelaku itu menggunakan topeng, tidak seperti dirinya yang sedang bercosplay menjadi bences.

"Nyali mu besar sekali menasihati ku. Apa kau pikir kau memiliki dua kepala?" Ucap si pria penodong. Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, si pria segera menggerakan sangkurnya.

Dengan gerakan secepat kilat Stefan menunduk  lalu menendang kursi ke arah si pria. Pertarungan sengit diantara mereka tidak terelakan.

Si pria yang sempat menghindari kursi yang ditendang Stefan, sejenak tertegun kemudian tertawa keras setelah melihat penampilan Stefan secara keseluruhan. "Hey, apa kau seorang bences? Lihat penampilan mu, kau seperti barbie gagal."

Stefan kembali berdecak pelan. Dia menatap Pria itu sembari mengambil sebuah garpu didalam saku dasternya —tidak perlu bertanya siapa yang memberikan senjata nyeleneh itu karena jawabannya sudah pasti Yuki. Yuki tidak ingin memberinya perbekalan lain, untuk berjaga-jaga agar tak ada yang mati ditangannya. Tentu saja garpu itu kembali mencetus tawa musuh.

"Oh man! Apa kau sedang mengajak ku main masak-masak?"

"Hell yeah! Lanjutkan tawa mu di neraka." Ucap Stefan. Stefan berlari cepat lalu mencoba perutungannya untuk menusuk garpu itu ke arah si pria namun dengan mudahnya pria itu segera menghindar.

Dentingan garpu dan sangkur mengalun bagaikan musik ditengah ruangan sepi dengan nafas dua lakon yang mulai tersengal-sengal. Aksi laga layaknya dua petarung profesional mereka tampilkan dengan epic.

"Kekuatan mu, boleh juga, bences."

Si pria berlari mendekati Stefan lalu menerjang tubuh Stefan. Stefan yang tidak sempat menghindarinya, kini sudah berada dibawah tubuh si pria dengan garpu yang terlepas dari tangannya. Tidak ingin menghilangkan kesempatan emas, pria itu segera mengarahkan sangkurnya ke arah mata Stefan.

Sekuat tenaga Stefan menghalau sangkur pria itu. Kakinya mengunci kaki si pria, lalu sebelah tangannya mencekik pria itu dengan brutal. Berbekalkan insting dan kekuatannya, Stefan mendorong si pria masih menggunakan tangannya yang mencekik pria itu.

Posisi mereka berganti, menjadi si pria yang kini berada dibawah Stefan. Stefan merebut paksa sangkur pria itu. Saat Stefan hendak menusukkan sangkur itu ke titik tidak vital si pria, tiba-tiba pintu ruangan terbuka.

"Siapa kalian?"

Stefan dan pria yang ada dibawahnya dikejutkan oleh kehadiran pria lain yang tak asing bagi keduanya.

"Maxime." Gumam mereka bersamaan.

Pria dibawah Stefan berjengit kaget tatkala mengetahui Stefan menggumamkan nama yang sama dengan yang dia gumamkan. Meladeni rasa penasarannya dan menyadari bahwa Stefan mulai lengah, pria itu menarik paksa masker yang Stefan gunakan. Alangkah terkejutnya dia ketika tahu bahwa dibalik masker itu adalah Stefan.

"Kapten?" Gumam si pria.

Belum selesai dikejutkan oleh kehadiran Maxime yang memakai pakaian serba hitam, kini Stefan kembali dikejutkan oleh maskernya yang terbuka dan juga gumaman pria dibawahnya.

"Apa kau mengenal ku?" Tanya Stefan sembari mengenakan maskernya.

Namun, belum lagi pertanyaan itu di jawab oleh si pria. Maxime lebih dulu menodongkan pistol ke arah mereka.
"Siapa kalian, apa yang kalian lakukan disini?"

Stefan dan si pria terkejut, tak menyangka bahwa Maxime memiliki pistol. Sudah dapat dipastikan bahwa kehadiran Maxime disini bukanlah untuk hal baik.

"Owh owh! Easy man. Kami hanya sedang bermain petak umpet lalu tersesat disini!" Seru Stefan sembari melirik pria dibawahnya. "Kalau kau mengenalku dan ingin kita selamat dari sini, maka dengarkan aku. Saat aku berdiri, segera ambil garpu itu lalu lemparkan ke tangannya." Bisik Stefan.

Tanpa ragu si pria mengangguk, lalu Stefan berdiri sedangkan dia segera berpura-pura berguling ke samping untuk mengambil garpu.

Stefan mengangkat tangannya ke atas, mencoba mengulur waktu agar agar si pria dapat melakukan apa yang dia pinta. "Apa ini tidak keterlaluan, kami hanya salah masuk ruangan, kenapa kau menodongkan pistol mu?"

Maxime mengunci pintu ruangan itu kemudian berjalan ke arah Stefan dan si pria —masih tetap dengan pistol dia arahkan ke hadapan mereka. " Yang satunya memakai topeng lalu yang satunya berpenampilan seperti bences. Kau pikir aku akan percaya pada perkataan mu?"

"Ck, sayang sekali—" Stefan menghela nafasnya sejenak, dia melirik si pria lalu menganggukan kepalanya. "Okay SEKARANG!"

Bersamaan dengan teriakan Stefan, si pria segera melempar garpu ke arah tangan Maxime hingga pistol di tangan Maxime terjatuh dan sempat menimbulkan suara letusan keras, berkat letusan itu sebuah serine pengaman berbunyi nyaring.

Maxime yang lengah terkejut tatkala melihat Stefan mengambil pistolnya dan menerjang tubuhnya. Dia mencoba untuk memberontak akan tetapi Stefan mengunci kedua tangannya dan juga menodongkan pistol itu tepat di pelipisnya.

"Apa kau punya tali?" Tanya Stefan pada si pria yang kini telah menjadi rekannya. Stefan awalnya sempat ragu pada pria itu tapi keadaan genting mau tidak mau membuatnya harus bekerja sama dengan si pria yang sempat mencoba untuk membunuhnya.

Pria itu mengangguk, lalu mengeluarkan seutas tali yang ada didalam saku jaketnya. "Ini, kap." Ucap pria itu.

Alis Stefan mengerung. Merasa heran dengan panggilan yang dilontarkan pria itu untuknya. Namun tangannya tetap bekerja untuk mengikat tangan Maxime. "Bisakah kau mengikat kakinya?"

Dengan gerakan secepat kilat si pria segera memenuhi perintah Stefan.

"Sialan! Cepat lepaskan, atau kalian akan tau akibatnya." Cacian dan makian terus dilontarkan oleh Maxime namun Stefan dan si pria seakan tidak peduli, mereka tetap melanjutkan kegiatan.

"Kalau aku jadi kau, mulut ku pasti akan ku kunci rapat-rapat." Ucap Stefan dengan nada mengejek. "Bagaimana kalau aku membantu mu." Stefan melepas rambut palsu dari kepalanya kemudian menggunakan rambut palsu itu untuk menyumpal mulut Maxime hingga membuat tawa rekan dadakannya kembali tercetus.

Pria itu tertawa terbahak-bahak dibalik topengnya. Saking merasa lucu, si pria bahkan memegangi perutnya. "Lihatlah, kau seperti lontong gagal." Kata si pria.

Maxime mendelik jengkel ke arah pria itu namun dia tak dapat melakukan apapun.

Stefan melirik si pria lalu menggeleng pelan melihat tingkah pria itu Apa humornya secetek itu? Dasar aneh.

"Kap, selanjutnya kita harus bagaimana?" Tanya si pria.

"Sebentar lagi satpam pasti akan datang. Jadi, kita berpisah sampai sini. Adiós!" Ucap Stefan lalu melesat pergi meninggalkan si pria.

Pria itu mengerjapkan matanya berulang kali sebelum akhirnya sadar kalau Stefan meninggalkannya. "Kapten! Tunggu aku!" Seru pria itu kemudian mengejar Stefan. "Astaga dari mana dia memiliki kunci ruangan ini! Hey kap tunggu aku!"

SINGULARITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang