7. Will they meet?

1.8K 253 24
                                    

Ini juga cerita ssatu sama aja (╯ರ ~ ರ)╯︵ ┻━┻
Ide muncul di saat hiatus. Padahal lagi seru baca cerita orang (ノಠ益ಠ)ノ彡┻━┻



"Mark, kamu jagain Jeno ya. Bunda sama Ayah harus pulang, ada kerjaan besok"

Bunda Lee menatap Putranya dengan khawatir. Mark mendongak menatap orang tuanya dan mengangguk kecil. Padahal tangannya saja belum sembuh, sudah di suruh menjaga orang lain saja.

"Bunda awalnya ke rumah mau liat keadaan kalian, Bunda gak nyangka malah ketemu sama kejadian kaya gini. Lain kali jangan di ulangi lagi" peringat Bunda Lee menatap Mark. Mark kembali mengangguk.

Bunda Lee menghela nafas panjng, menyerah untuk memperpanjang masalah ini. Dia melirik suaminya dan mengangguk.

"Bunda sama ayah pergi dulu"

Setelahnya keduanya berlalu pergi meninggalkan Mark sendirian di ruang rawat Jeno. Dia menatap Jeno yang juga tengah menatapnya.

" Nyusahin tau gak! Apa sih gunanya lo ngelakuin hal begitu ha?!" Sentak Mark menatap Jeno dengan dingin. Sedangkan yang di tatap hanya diam.

"Bagus sih benda kotor di perut lo mati, tapi gue juga yang kena!"

Jeno tertegun mendengar ucapan Mark, dia mengerutkan alisnya, mencoba untuk memahami arti kata kata yang baru saja di ucapkan Pria tersebut.

Mark yang seakan tau ekspresi Jeno tersenyum sinis.

"Heh! Iya lo hamil anak Pak tua itu" Ucapnya santai.

Jeno menatap Mark dengan wajah tak percaya, dia menatap perutnya, menyentuhnya pelan dengan ekspresi yang tidak dapat di jelaskan.

"Gak usah sok sedih, lo seneng kan" Sinis Mark dengan jengah.

Mengapa? Mengapa Mark selalu berburuk sangka kepadanya? Padahal dia hanya diam. Jeno melirik Mark, pria itu tengah bersandar malas di sofa dengan tangan yang masih di gips.

Melihat ekspresi lelah di wajah Mark, Jeno menoleh, menatap nakas. Untung saja ada Note yang selalu di bawanya di sana. Mungkin terbawa saat membawanya ke rumah sakit. Dia mengulurkan tangannya, mengambil note tersebut dan sebuah pulpen di sampingnya. Menulis dengan sedikit kesulitan karna hanya menggunakan satu tangan.

Pluk!

Pluk!

Jeno melemparkan note yang telah dia remas remas ke arah Mark, berusaha menarik perhatian Mark agar menatap ke arahnya. Dan untung saja Mark langsung menoleh ke arahnya dengan alis berkerut. Jeno tersenyum lebar lalu menunjukkan note nya.

"Kakak jangan marah marah terus ya... Nanti capek sendiri loh..."

Jeno memperlihatkan note yang lainnya.

"Anggap aja Jeno gak pernah ada Kak... Biar Kakak gak perlu marah marah terus..."

Mark semakin mengerutkan alisnya membaca kata kata tersebut. Namun dia dengan cepat kembali tidak perduli dan kembali bersandar pada sandaran sofa.

Melihat Mark kembali tidak perduli, Jeno hanya diam. Dia menyentuh Ric nya. Suara Mark sudah sangat samar samar di pendengarannya. Jika saja Mark tidak berbicara dengan nada tinggi, mungkin dia akan sedikit kesulitan mendengarnya. Jeno merenung, apakah harus meminta pada Mark untuk di belikan Ric yang baru atau tidak.

.

"Eh ini nomernya Jeno kata Mama gue!" Seru Haechan berlari ke arah Lucas yang tidak jauh di depannya dengan sebuah koper besar yang dia seret.

Sontak Lucas langsung menoleh ke arah Haechan dengan tampang berbinar binar. Semenjak Jeno hilang, Semua kontak Jeno telah terputus. Akhirnya dia bisa menghubungi Jeno.

Imperfection Series 3 : W I C A R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang