21. End?

2.8K 230 59
                                    

PLAK!

Jeno terhuyung ke belakang akibat tamparan keras dari Yangyang, dia menunduk tak berani menatap wajah Yangyang sama sekali.

"Gue udah tau ceritanya! Kaget Kak Mark ternyata udah nikah sama orang yang pernah jadi temen sebangku gue sendiri! Tapi yang buat gue kaget, kenapa Kak Mark kecelakaan setelah dari rumah lo ha?!" Seru Yangyang menatap tajam Jeno.

"Ini bukan salah Jeno! Ini salah gue!" Ucap Lucas menarik Jeno mundur ke belakang punggungnya dan dengan datar menatap Yangyang. Yangyang melirik  Yangyang dengan sinis

"Mudah ya lo ngomong, Kak Mark gak terselamatkan! Seharusnya kalian ngerasa bersalah!"

Jeno tertegun di tempatnya, dia baru saja sampai di rumah sakit setelah berpuluh puluh panggilan dati Bundanya Mark, dan Jeno baru tau kalau ternyata Mark tidak dapat terselamatkan?! Gak kan, pasti bercanda kan?

"Gue gak main main ya! Kalian udah termasuk pembunuh! Kak Mark demam tinggi, tapi kalian biarin dia nyetir mobil sendirian?! Jangan ngaco lo pada!" Sentak Yangyang dengan sinis.

Kedua matanya yang tadinya sembab dan merah akibat menangisi Mark, kini merah akibat menahan emosi. Orang tua Mark sudah pulang untuk mengurus pemakaman putra tunggal mereka, Yangyang sudah melihat sendiri bagaimana sedihnya Bunda dan Ayah nya Mark ketika mendengar kabar kematian di tempat Mark. Setelah melakukan otopsi, ternyata Mark sempat terkena demam tinggi, dan setelah dia cari tau, Mark semalaman ternyata hujan hujanan di halaman rumah Jeno.

Bisa bisa nya ada orang yang tega ngebiarin orang hujan hujanan di depan rumah malam malam, apalagi hujan semalam benar benar deras dan penuh guntur dan kilat.

"Kita selesain baik baik" Ucap Haechan melerai keduanya yang sepertinya sudah akan memulai perang dunia ke tiga.

"Lo pikir nyawa itu hal sepele?!" Yangyang menatap dingin Haechan. Selesaikan baik baik? Mark meninggal!

Jeno sudah tidak memperdulikan mereka yang berdebat, fikirannya kalut seperti terhempas badai semalam, kepalanya berputar dengan pusing. Baru saja tadi pagi Mark ada di rumahnya, kenapa sekarang Mark sudah pulang ke bumi?

Gak... Gak mungkin kan?!

"Jen..."

"Je..n.. g-gue.. minta maaf.."

"Jen... Lo mau maafin gue..."

"Jen..."

"Jeno?"

Gak! Jeno memegang kepalanya yang terus berdengung, dia berjongkok memejamkan matanya dengan erat, berharap suara suara Mark menghilang dari fikirannya, namun malah bayang bayang wajah pucat Mark lah yang kini muncul di benaknya.

"Apa?! Takut lo?! Dasar Pembunuh!" Seru Yangyang ketika melihat Jeno yang gelisah, dia berdecih dan langsung pergi begitu saja meninggalkan rombongan Jeno.

Kata pembunuh terngiang ngiang di otak Jeno, Jeno semakin menggeleng gelengkan kepalanya, tiba tiba saja dadanya terasa sesak, dia terengah engah mencoba menghirup oksigen yang ada dengan rakus.

"JENO?!"

.

Hari ini adalah hari Mark di makamkan, kini hanya tinggal Jeno sendiri yang masih berdiri di depan gundukan tanah milik Mark, dia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isak tangis yang sudah banyak sekaki dia keluarkan dua hari ini. Rasa bersalah masih terus menghantuinya bagai kaset rusak. Bayang bayang wajah sayu dan pucat milik Mark masih sangat melekat di ingatannya.

'Kak... Ini salah Jeno kan? Kalo Jeno tau, Jeno bakalan langsung maafin Kak Mark...'

Jeno mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Lucas dan yang lain sudah pergi karna mereka tau bahwa Jeno memerlukan waktu sendiri di sini.

Imperfection Series 3 : W I C A R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang