9. Go

1.8K 260 14
                                    

Jeno menepuk pelan bahu Chenle dan temannya, membuat ketiganya segera berbalik menatap Jeno. Jeno tersenyum tipis lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Kak!" Seru ketiganya dengan tampang tak setuju.

Jeno hanya tersenyum, dia perlahan melangkah mendekati Lucas yang terlihat masih sedikit shok dan ikut duduk di tanah.

"Kalian kenapa ke sini?"

Tak ada yang menjawab pertanyaan Jeno, hanya Lucas yang tau bahasa Isyarat. Sedangkan yang lainnya tidak. Dan Lucas masih dalam keadaan shok.

"Kaka Gemes nanya, ngapain Kalian di sini!" Celetuk Jisung yang melihat mereka hanya diam. Diikuti oleh anggukan bangga Chenle dan juga I.n.

"Ah, k-kita nyariin lo" Ucap Haechan pada akhirnya. Menatap Jeno. Jeno yang melihat gerak bibir Haechan segera mengerti dan mengangguk.

Hening

Tak lama terdengar suara langkah kaki menghampiri mereka. Jeno yang melihat yang lainnya menoleh ikut menoleh. Ternyata itu adalah Mark yang menghampiri mereka sembari menggeret sebuah koper besar.

"Nah, bawa pulang keluarga kalian" Ucap Mark dengan santai memberikan koper besar tersebut kepada Jeno yang langsung menerimanya dengan ekpresi yang sulit di jelaskan.

Namun siapa Mark? Dia tidak perduli sama sekali dan hendak berbalik jika saja Jeno tidak dengan cepat menahan tangan Mark. Mark berbalik dan melirik tangan Jeno yang menggenggam tangannya dengan kesal.

"Apa?" Ucapnya dengan nada datar menatap Jeno tanpa ekspresi. Jeno menggelengg gelengkan kepalanya. Dia tidak mau meninggalkan Mark, apalagi tangan Mark masih belum sembuh.

"Apa sih?!" Sentak Mark menepis tangan Jeno dengan kesal. Sudah tidak dapat berbicara, hanya geleng geleng saja lagi. Benar benar membuatnya kesal. Dia berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya.

Jeno dengan cepat menyingkirkan kopernya dan mengejar Mark, dia kembali menahan tangan Mark dan menggenggamnya sembari Menggeleng gelengkan kepalanya dengan kuat. Wajahnya sudah di penuhi oleh air mata.

Melihat wajah Mark yeng semakin kesal, Jeno menunduk dengan bahu bergetar, tubuhnya dia luruhkan ke tanah dan beralih memeluk kaki Mark.

"Jangan buang Aku Kak..." batin Jeno dengan sesenggukan.

"Kak gem-"

"Sssttt!" Chenle dengan cepat menyenggol bahu Jisung yang sudah ingin memanggil Jeno. I.n melirik kedua temannya dan menatap Jeno.

Begitu pula dengan ke tujuh pemuda yang masih terduduk di tanah kini mulai berdiri satu persatu menatap Jeno. Bahkan Lucas sudah mulai sadar dan ikut menatap ke arah Jeno dengan alis berkerut.

"Minggir!"

Brak!

"JENO!/KAK GEMES!"

Lucan, Chenle beserta yang lainnya langsung saja menghampiri Jeno yang tersungkur di tanah akibat tendangan Mark dengan ekspresi khawatir. Sedangkan Mark? Dia hanya menatap malas dan langsung pergi. Sebegitu bencinya kah Mark dengan Jeno?

"LO APA APAAN HA?!" Teriak Lucas menatap tajam Mark yang semakin menjauh.

Mark menghentikan langkahnya dan berbalik menatap mata tajam Lucas yang di arahkan kepadanya.

"Apa? Dia sendiri yang gak mau minggir kan?" Sinis Mark tersenyum remeh.

"L-LO?!" Geram Lucas mengepalkan kedua tangannya.

"KAK! PERUT KAK JENO BERDARAH!"

Seruan I.n segera mengubah ekspresi semua orang. Lucas sudah tidak memperdulikan Mark dan dengan cemas menatap Jeno yang mengerang kesakitan menyentuh perutnya yang bajunya sudah di nodai bercak darah.

"CARI TAKSI! BAWA KE RUMAH SAKIT!" Ucap Lucas menggendong Jeno ala bridal dan dengan cepat berlari keluar dari pekarangan rumah Mark diikuti oleh yang lainnya.

"Itu! Itu taksi. kalian duluan, ntar kita nyusul!" ucap Haechan cepat menyetop taksi yang baru saja lewat. Lucas hanya mengangguk dan masuk ke dalam taksi.

Yang lainnya menatap kepergian taksi tersebut dan mulai mencari taksi lain untuk pergi ke rumah sakit bersama.

Mark? Dia menatap kepergian Jeno dan yang lainnya dalam diam. Merasa bersalah? Tentu saja tidak, siapa Mark? Orang yang sangat membenci Jeno, orang yang selalu senang melihat Jeno menderita. Untuk apa dia merasa bersalah. Mungkin itulah yang ada di fikiran Mark. Namun sebenarnya di lubuk hatinya yang paling kecil terbesit sebuah perasaan aneh.

"Kak Mark"

Mark langsung saja menoleh mendengar panggilan tersebut. Di lihatnya Yangyang yang berwajah sedikit pucat berjalan memasuki pekarangan rumahnya.

"Yangyang? Kamu udah sembuh?" Ucap Mark menatap Yangyang dengan pandangan tak percaya dan juga senang.

"Iya haha. Kemarin aku di bolehin pulang, dan ngelanjutin perawatan di rumah. Kakak gimana? Gak papa kan?" Yangyang dengan khawatir menatap Mark dari atas sampai bawah, hingga pandangannya berhenti pada tangan Mark yang di gips.

"Tangan Kakak..."

"Kakak gak papa, jangan khawatir" Mark dengan tersenyum lembut, mengusak surai Yangyang dengan sayang. Sangat berbeda sekali saat dirinya berhadapan dengan Jeno.

"T-tapi tangan..."

"Sssttt... Ayo masuk ke dalam"

Mark dengan cepat memotong ucapan Yangyang dan menarik pemuda tersebut untuk masuk ke dalam rumahnya. Keduanya duduk di ruang tamu saling memandang.

"Gimana kabar kakak?"

Yangyang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Baik, kamu sendiri gimana? Gak papa kan?" Tanya Mark dengan wajah penuh kekhawatiran. Yangyang tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

"Aku gak papa Kak. Udah sembuh Haha..." Yangyang tersenyum manis pada Mark. Yang membuat Mark langsung menghela nafas lega.

"Kamu tunggu di sini sebentar ya. Kakak mau naik bentar. Mau mandi"

"Iya Kak" jawab Yangyang tersenyum manis.

Mark ikut tersenyum dan langsung melangkah ke lantai dua. Namun saat dia melewati pintu kamar Jeno, dia segera membukanya.

"Yangyang....-"

Mark menghentikan ucapannya, dia menatap seluruh ruangan gelap gulita tersebut yang kosong. Dia lupa kalau Jeno sudah pergi. Mark sedikit terdiam dan menggelengkan kepalanya sembari mengerutkan alisnya. Bisa bisanya dia lupa.

Tak perduli lagi, Mark segera menutup pintu kamar Jeno, meliriknya sekilas lalu dengan cepat pergi ke kamarnya untuk membersihkam diri. Dia mencari cari handuknya yang ternyata tidak ada di kamar dengan sedikit kesal.

"Tanya Jeno!" Celetuk Mark ingin melangkah keluar kamarnya, namun dengan cepat dia tersadar kembali. JENO SUDAH TIDAK ADA DI RUMAHNYA!

Mark kembali terdiam untuk yang kesekian kalinya. Dia mengerutkan alisnya, mengapa Jeno selalu melintas di otaknya. Pasti karna sudah terbiasa apa apa Jeno yang melakukannya.

Biasanya dia akan mencari Jeno untuk menanyakan handuknya, Biasanya dia akan membuka kamar Jneo untuk memberi tahu Jeno kalau Yangyang ada di rumah dan tidak mengizinkannya untuk keluar kamar. Atau sekedar menanyakan letak kunci dan barang yang awalnya dia letakkan di sembarang tempat.

Mark dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia dengan kesal turun ke dapur mencari handuknya, dan benar saja, itu ada di kamar mandi yang berada di dekat dapur. Saat ingin kembali ke kamar, Mark melirik ke arah dapur sekilas dan dengan cepat naik ke kamarnya.





















































Yoit!

Kasian Mark terngiang ngiang Jeno

Mari Mengejek Mark bersama Viel di sini Ꮚ˘ ꈊ ˘ Ꮚ

MAMPUS KANGEN JENO LO!!! HAHAHAHA!!!

Ups... Maaf Chingu, kebablasan:>

See u~

Imperfection Series 3 : W I C A R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang