6. Shanghai

1.9K 258 15
                                    

PLAK!

"APA APAAN KAMU MARK?!"

Mark merasakan kepalanya berdengung mendapat tamparan dari Ayahnya, dia hanya diam tak berani menatap wajah penuh amarah milik orang tuanya.

"JENO SEPERTI ITU KAMU BIARKAN TERGELETAK DI KAMAR SENDIRIAN?! KAMU PASTI MAU BUNUH ANAK ITU IYA KAN?!" teriak Ayah Lee dengan penuh amarah menatap putera tunggalnya. Di matanya yang tajam terselip rasa kecewa, mengapa Puteranya menjadi seperti ini?

Seketika Mark mendongak, menatap Ayahnya dengan alis berkerut.

"Dia sendiri yang mau bunuh diri!" Seru Mark dengan wajah dinginnya.

"Lalu?! Kamu biarkan begitu saja?!" Tukas Ayah Lee semakin marah dan ingin menampar Mark kembali, namun dengan cepat tangannya di tahan oleh Bunda Lee.

"Ayah stop!" Ucap Bunda Lee dengan cemas.

"Argh! Lihat anakmu Bun!" Ayah Lee dengan kasar mengusap rambutnya dan langsung berbalik pergi meninggalkan keduanya.

Bunda Lee menatap Sekilas punggung suaminya yang semakin menjauh dan beralih menatap Mark yang hanya diam dengan tampang acuh tak acuh miliknya.

"Mark... Bunda mohon, fikirkan perasaan Jeno... Dia hamil karna kamu-"

"BUN! Mark udah bilang! Itu bukan anak Mark! Lagian Bunda liat sendiri kan tangan Mark yang sebelah lagi sakit! Mana bisa Mark bawa Jeno ke rumah sakit!" Sela Mark memotong ucapan Bundanya dengan kesal.

"Tapi kamu seharusnya telpon rumah sakit..." Lirih Bunda Lee menatap Mark dengan tatapan sendu.

"Serah!"

Mark memutar mata dengan malas dan langsung berbalik pergi meninggalkan Bundanya, dia tidak ingin lebih marah dari ini dan lebih banyak melawan orang tuanya sendiri.

"Mark! Mark!"

Bunda Lee menatap kepergian anaknya dengan pandangan khawatir. Mengapa keluarga mereka menjadi terpecah belah begini?

Ceklek!

Bunda Lee langsung saja menoleh ke arah sumber suara, di lihatnya seorang dokter baru saja keluar dari ruang UGD.

"Keluarga pasien?"

"Saya mertuanya dok" ucap Bunda Lee cepat.

"Pasien baik baik saja, walau kehilangan banyak darah, hanya saja... Bayi di dalam kandungannya gagal untuk kami selamatkan..." Ucap Dokter menatap Bunda Lee dengan wajah penuh sesal.

Bunda Lee menutup mulutnya yang sedikit terbuka akibat terkejut, dia menggigit bibir bawahnya dengan cemas.

"Lalu bagaimana dok?" Tanyanya berusaha setenang mungkin.

"Setelah pasien di bawa ke ruang rawat, kami akan melakukan pendonoran darah. Selain itu semua baik baik saja. Hanya tubuh pasien sedikit em... Hahh... Tubuh pasien benar benar rusak Bu...."

"Ha? Maksud Dokter?!" Seru Bunda Lee dengan kaget menatap tepat ke arah kedua manik hitam milik Dokter.

"Datang ke ruangan saya nanti kita bicarakan. Saya harus pergi dulu. Mari..."

"Ah iya iya"

Bunda Lee menatap punggung Dokter yang semakin menjauh dan tak lama dia melihat Jeno keluar dari ruang UGD dengan trolli yang tengah di dorong empat orang suster.

"Jeno!"

Dia segera mengikuti di belakangnya, menatap wajah pucat Jeno yang tidak sadarkan diri dengan khawatir.

.

"Lucas, ada tanda tanda Jeno di Shanghai"

"HA?!"

Imperfection Series 3 : W I C A R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang