18. Jeno

1.8K 238 16
                                    

Pria di atas tempat tidur tersebut terus saja berguling ke kanan dan ke kiri, dengan malas di raihnya ponsel di atas nakas dan melihat jam yang tertera di layar benda pipih tersebut.

02.00

Sudah dini hari rupanya, Jeno, pria tersebut segera menyingkirkan selimutnya dan bangkit dari tidurnya, dia berdiri berjalan ke arah jendela, membuka sedikit tirai untuk mengintip, ternyata di luar sana masih hujan deras. Jeno menggigit bibir bawahnya dengan khawatir dan langsung membuka keseluruhan tirai jendela. Dengan cepat kedua netra hitamnya melihat sebuah siluet manusia terduduk di bawah derasnya hujan.

Jeno membeku di tempatnya, kenapa orang itu masih belum pergi? Padahal sudah jam segini. Jeno benar benar tidak kuat jika harus diam saja. Dengan cekatan Jeno memakai jaketnya, mengambil payung dan berlari kecil turun ke bawah. Jika sampai Mark di luar sana kenapa napa karna dirinya, dia akan merasa sangat bersalah.

Ceklek!

Drap drap drap drap

Suara derap kaki di sertai dengan suara cepakan air terdengar samar di bawah derasnya hujan. Jeno dengan cepat mendekat ke arah tubuh Mark yang terduduk di tanah dan langsung memayunginya agar tidak terkena hujan lagi.

Mark yang kesadarannya sudah hampir menghilang langsung saja mendongak ketika merasakan seseorang datang, ketika melihat wajah diam Jeno, dia dengan cepat tersenyum dan langsung bangkit memeluknya.

Greb!

"Gue yakin... Gue yakin lo bakalan muncul..." Lirih Mark mengeratkan pelukannya pada Jeno dengan suara parau dan juga bergetar.

Jeno? Dia membeku di tempatnya karna tiba tiba saja di peluk dengan erat. Ah dia lupa menggunakan Ric nya, jadi dia tidak tau apa yang di katakan oleh Mark. Namun dengan cepat Jeno membalas pelukan Mark, memeluk tubuh basah Pria tersebut. Lalu menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah. Mark hanya diam mengikuti Jeno yang menarik tangannya menuju ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam rumah, Jeno dengan cepat membawa Mark ke kamarnya. Dia dapat merasakan tubuh Mark menggigil hebat dan sedikit terhuyung huyung. Untung saja Mark kuat menahannya, jika tidak mungkin dia sudah pingsan sejak tadi.

Ceklek

Jeno membuka pintu kamarnya dan menarik Mark masuk ke dalam, setelahnya dia menutup pintu dan menguncinya. Pria menggemaskan itu segera membawa Mark ke kamar mandi, mendorongnya masuk ke dalam, lalu pergi mencari handuk dan memberikannya kepada Mark.

"Mandi cepat"

Isyarat Jeno pada Mark yang terus menatapnya. Mark yang sedikit mengerti mengangguk dan langsung menutup pintu kamar mandi. Jeno mengabgkat sebelah alisnya lalu menggelengkan kepalanya, dia beranjak mencarikan baju untuk Mark. Dia ingat ada baju baru yang baru saja di belinya saat di Mall bersama yang lain belum lama ini. Dia mengambil baju tersebut dan langsung meletakkannya di atas tempat tidur untuk ganti Mark.

Jeno menatap baju ganti di atas tempat tidur lalu menatap pintu kamar mandi sejenak, setelahnya dia turun ke bawah menuju dapur. Dia ingin membuatkan bubur dan juga makanan untuk Mark. Namun ketika kaki kaki jenjangnya menginjak area dapur, kedua matanya tak sengaja menatap sosok Hyunjin tengah minum di sana.

Hyunjin yang merasakan kehadiran seseorang sontak menoleh dan langsung bertemu dengan netra hitam milik Jeno. Dia mengangkat satu alisnya dengan heran, kenapa Jeno belum tidur?

"Ngapain? Belum tidur?" Tanya Hyunjin meletakkan gelas yang di bawanya laku menghampiri Jeno. Jeno yang mengerti gerak bibir Hyunjin menggeleng.

"Laper, mau makan"

Isyarat Jeno menatap Hyunjin, Hyunjin yang sedikit mengerti mengangguk paham, dia menepuk kepala Jeno.

"Kalo gitu gue ke kamar dulu, udah ngantuk, atau mau di temenin?" Tanya Hyunjin tersenyum tipis. Jeno dengan cepat menggeleng melihat gerak bibir di temani dari Hyunjin, bisa gawat kalau sampai Mark nanti datang mencarinya dan bertemu dengan Hyunjin.

"Gak papa, kamu tidur aja. Aku bentar aja kok"

"Oke oke, kalo gitu cepet makannya, abis itu tidur lagi" Ucap Hyunjin mengerti dan tersenyum tipis. Entah kebranian darimana, dia mengecup dahi Jeno sekilas dan langsung berlalu meninggalkan Jeno yang diam mematung di dapur.

Menyadari bahwa dia tengah melamun, Jeno dengan cepat menepuk pipinya pelan dan langsung menggeleng gelengkan kepalanya. Dia bergerak cepat untuk menyiapkan makanan juga minuman hangat untuk Mark dan dirinya, dia jujur, dia juga lapar, tapi dia malas makan di jam segini.

Kebetulan Jeno teringat bahwa Lucas sering membuatkannya bubur, dia mencari cari di dapur dan menemukan panci di atas kompor yang isinya ternyata adalah bubur. Tidak terlalu banyak, namun cukup untuk dua porsi orang dewasa. Jeno dengan cepat memanaskannya dan langsung menyendoknya ke dalam mangkuk.

Dia meletakkan mangkuk tersebut ke atas nampan, lalu mematikan kompor dan menyiapkan susu panas untuk Mark. Ini sudah dini hari, rasanya tidak cocok jika membuat teh. Setelah semuanya siap, Jeno dengan cepat membawa nampan tersebut menuju kamarnya.

Ceklek

Di bukanya pintu kamar miliknya, lalu dengan cepat dia menutup dan menguncinya. Dia berjalan menuju ke arah tempat tidurnya, melihat bahwa Mark ternyata sudah duduk diam di sana dengan rambut yang masih basah. Jeno mengerutkan alisnya melihat wajah pucat Mark juga rambut Mark yang masih basah meneteskan air. Dengan cepat dia meletakka  nampan yang di bawanya ke atas nakas lalu berjalan ke arah Mark.

Mark mendongak menatap Jeno yang berdiri tepat di depannya dalam diam. Jeno merenung sejenak dan langsung beranjak pergi dari hadapan Mark, dia menuju ke arah nakas di samping tempat tidur tempat dia meletakkan nampan, lalu membuka laci nakas tersebut, mengambil Ric nya lalu memakainya. Setelahnya dia kembali menghampiri Mark.

Mark hanya diam memperhatikan Jeno sejak tadi, wajahnya sudah pucat pasi. Kepalanya pusing, jika saja dia tidak ingin untuk berbicara dengan Jeno, dia tidak akan menahan diri untuk pingsan di tempat. Jeno tidak tau apa yang di fikirkan Mark, dia dengan cepat mengambil handuk, laku merangkak naik ke atas tempat tidur, berdiri dengan kedua lututnya di belakang Mark dan mulai mengeringkan rambut Mark.

Sedangkan sang oknum yang menerima perlakuan Jeno langsung membeku di tempatnya, dia tidak pernah di perlakukan seperti ini oleh Mama nya ataupun Yangyang, ini adalah pertama kalinya seseorang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Mark sedikit luar biasa di dalam hatinya, dia tidak tau apa yang tengah dia rasakan saat merasakan gosokan handuk di kepalanya, bahkan handuk tersebut sampai menutupi wajahnya, ah Mark sudah seperti anak harimau yang hilang.

Gosokan di kepalanya terasa lembut dan berhati hati, Mark tanpa sadar tersebyum tipis, Jeno sendiri tengah fokus mengeringkan rambut Mark.





































Yoit

Kalau kalian jadi Mark, bakal ngelakuin apa selama di kamar Jeno berduaan di jam segitu HMM???
(☞ ͡° ͜ʖ ͡°)☞ Rela gak nih Jeno maapin si Mork?

See u~

Imperfection Series 3 : W I C A R A ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang