"Hari ini ada pertemuan dengan juara kompetisi pahat yang baru saja selesai. Setelah itu meeting sama mama kamu, soal proyek panti jompo, rencananya juga ada seorang donatur yang ikut serta dalam rapat," Janu menjelaskan jadwal Ai hari itu.
"Ok, Nu. Untuk yang meeting sama Mama biar Dira aja. Soalnya nanti aku mau langsung lihat cara kerja si juara itu di lapangan," kata Ai.
Ini masih cerita tentang Ai dan Dira. Dua perempuan dewasa dengan karakter dan latar belakang kehidupan yang jauh berbeda. Mereka bekerja bersama, Ai adalah desainer interior yang juga pemilik sebuah perusahaan interior dan Dira adalah asisten pribadinya. Sedangkan Janu adalah partner sekaligus sepupu Ai yang turut serta dalam pengambilan banyak keputusan.Hari itu adalah hari yang sibuk bagi mereka. Dari beberapa proyek yang ditangani, kali ini mereka mengambil sebuah proyek mulia yang menjadi impian lama papa dan mamanya Ai. Yaitu membangun atau memperbaiki panti jompo dan panti asuhan pada beberapa daerah di seluruh Indonesia. Di samping itu Ai baru saja menggelar sebuah kompetisi memahat yang sudah ditemukan pemenangnya. Rencananya pada proyek amal itu interiornya akan didekorasi dengan kaligrafi, baik berupa pahatan di kayu, maupun mural di dinding.
"Dira, kamu pergi meet up sama mama, ya. Nanti aku nyusul pas makan siang," perintah Ai pada Dira.
"Baik, mbak."
"Eh, Dira, yang juara pahat kemarin, siapa namanya?" Tanya Janu.
"Namanya Nami, perempuan, usia 27 tahun," jawab Dira, lengkap.
"Kalau gitu aku temenin Ai aja, deh," kata Janu.
"Emang kenapa, Pak?""SDM berbakat gitu, entar nggak kuat kerja di sini," balas Janu.
"Karena dia cewek?" Tanya Dira.
"Ya iya lah. Khawatir aja entar dikerjain kaya kamu dulu," kata Janu.
Dira tertawa kecil, mengingatnya. Lalu berkata, "Beda kali, pak, kalau saya kan dulu emang belum ada pengalaman kerja, modal kemurahan hatinya dia aja, mau terima saya kerja di sini."
Pada akhirnya mereka telah menjadi rekan yang saling melengkapi. Meski perdebatan-perdebatan kecil tetap terjadi.***
Ai keluar dari ruangannya bersama Janu untuk bertemu dengan gadis bernama Nami itu di ruang tamu. Saat Ai masuk ke ruang tamu bersama Janu, gadis itu sedang melihat-lihat pajangan ukiran kayu yang ada di ruangan tersebut, jadi Janu harus berdehem agar gadis itu menyadari kehadirannya."Ehm..."
"Eh," gadis itu membalikkan badan, dan sedikit merundukkan badannya.
Ia sodorkan tangannya pada Ai untuk berjabat."Nami," ucapnya.
"Aisha," balas Ai.
Lalu Janu juga memperkenalkan diri.
"Jadi kalau boleh saya tahu, dari mana kamu mendapatkan keahlian itu? Maksud saya minat di situ sejak umur berapa?" Tanya Ai."Sejak usia 9 tahunan, lah, Bu," jawab Nami.
Dipanggil Bu, Ai tersenyum tipis, "Panggil Ai saja," ucapnya.
"Jadi di sini boleh, panggil yang lebih tua pakai nama saja?" Tanya Nami, berbinar.
"Cuma sama dia aja, kalau sama saya, jangan," kata Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG TANPAMU vol.02
RomanceBarangkali kamu, adalah salah satu dari mereka. Maka jangan pernah berpikir bahwa dirimu adalah produk gagal.