07. Painkiller

169 25 7
                                    

Selamat membaca....
—————————————

    Masih pagi sekali seseorang datang ke studio sekaligus tempat tinggal Nami. Dia tak asing, namun harus menjadi kenangan usang. Runa, mantan Nami datang, dengan membawa beberapa tumpukan berkas yang nampaknya penting.

    "Hei, Good morning, Nam," sapa Runa, yang tampak sudah cantik di pagi hari dengan outfit kerennya, sebuah kaos oversize berwarna peach dipadu dengan celana jeans yang tak terlalu ketat, dan bagian depan kausnya dimasukkan sedikit. Rambut panjangnya terikat rapi.

    "Kenapa pagi-pagi sekali sudah ke sini? Dan tidak memberi tahuku dulu," kata Nami. Ia keluar dengan masih mengenakan pakaian tidurnya yang khas. Yaitu sebuah celana kolor yang panjangnya hanya sebawah lutut dipadu dengan kaus oblong warna hitam yang sudah tampak lawas dikenakan.

    "How are you?" Balas Runa, sambil mendekat ke tubuh Nami untuk memeluknya, seperti yang biasa mereka lakukan, dulu.

Nami menghindari pelukan itu, dan berkata, "No hugging. Aku butuh jarak yang cukup untuk move on."

    "Hugging, as a friend?" Balas Runa.

    "8 tahun hubungan bukan sekadar teman," kata Nami, dengan sedikit senyum yang dia paksakan.

    Terdiam sejenak, masih dengan posisi berdiri di pintu masuk.

    "Ok, kita lupakan soal peluk," kata Runa, dengan senyum manis dari wajahnya.

    "Oh, iya, silakan duduk," terburu Nami melepas pandangnya dari senyum itu, dan berpaling mempersilakan Runa masuk dan duduk.

    "Ini, adalah surat-surat penting yang kamu harus tandatangani. Semua ini, sudah sepenuhnya menjadi hak kamu," jelas Runa, terhadap berkas-berkas itu.

    "Terima kasih sudah mengurus semuanya," kata Nami, sambil mulai memberi tandatangan.

    "Tak perlu berterima kasih. Hanya ini yang bisa kulakukan sebelum aku benar-benar pergi," kata Runa.

    "Mau ke mana?" Tanya Nami.

    "Suamiku harus pindah ke luar negeri karena pekerjaannya. Jadi kami akan pindah," jelas Runa.

    "Bagus," kata Nami.

    "Bagus?" Tanya Runa, bingung.

    "Sudah," ucap Nami, menandai selesainya dia menandatangani berkas-berkas. "Have a nice trip, ya, Na," lanjut Nami, seraya memberikan kembali tumpukan kertas di depannya pada Runa.

    "Nam, meski semuanya sudah kita bagi sesuai hak masing-masing, tapi untuk nama KAYUKITA, izinkan aku tetap menggunakannya juga. Setidaknya ada satu kenangan baik yang kubawa," kali ini Runa benar-benar serius.

    "Terserah. Bukankah selama ini selalu terserah kamu?!" Balas Nami.

Untuk beberapa saat mata mereka bertemu. Nami segera berpaling, dan menyudahi pertemuan pagi itu.

    "Aku harus segera pergi bekerja," ucap Nami.

Dan mereka pun berpisah tanpa ada tanda mengharukan yang memaknai perpisahan.

HILANG TANPAMU vol.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang