17. Menyesal Itu Pilihan

127 22 15
                                    

Selamat membaca...
____________

"Nu, apa pun yang terjadi aku masih belum bisa percaya pada Teman Peduli. Untuk donatur yang masih ngotot, kembalikan saja uanganya. Kita jalan dengan yang masih percaya saja," kata Ai.

"Hari ini ada pertemuan terbuka antara pihak Teman Pedulu dengan beberapa perusahaan yang pernah melapor," kata Janu.

"Ya udah, kita pergi sekarang," ajak Ai.

"Nah itu, sayangnya aku nggak bisa. Aku ada meeting sama ketua umum RUMAH BAIK. Habis itu sama tim akuntan. Ini kan udah mau tutup bulan," tolak Janu.

"Susah juga kalau nggak ada Dira," keluh Ai.

"Eh, entar sore kita ke tempat Dira, yuk," ajak Janu.

"Kondisional," jawab Ai.

Ai pun pergi sendirian. Sesampainya di lokasi pertemuan ternyata ada banyak awak media juga. Tak lama menunggu pihak Teman Peduli pun menampakkan diri. Dalam hal itu diwakili oleh Runa dan seorang pria muda yang tampaknya menduduki posisi tinggi di Teman Pedulu. Ternyata pria itu adalah Marko, suami Runa.

Rupanya pertemuan hari itu adalah untuk permintaan maaf, karena kasus yang kemarin menimpa sempat merepotkan. Dengan sopan pria muda itu juga mengatakan akan mengembalikan semua dana yang dipercayakan kepada perusahaan yang tak bisa melanjutkan kepercayaannya. Meski terdengar cukup solutif tapi Ai merasa tak nyaman. Pasalnya beberapa hari yang lalu Runa menawarkan pengembalian dana dengan uangnya sendiri. Ia pun memutuskan untuk menemui Runa dan suaminya seusai itu, saat makan siang.

"Bu Aisha, terima kasih. Selama pemeriksaan kasus, anda adalah perwakilan perusahaan yang paling kooperatif dengan kami," kata Marko.

"Ada apa ini? Apakah Teman Peduli dalam proses akuisisi?" Tebak Ai.

"Meski diakuisisi, Teman Peduli akan tetap ada. Jadi apa bedanya?" Balas Marko.

"Iya, memang tidak ada," kata Ai. Diam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya, "Kalau begitu saya pikir, kami hanya harus menunggu uang kami kembali," ucap Ai. Ia menyadari bahwa Marko sebagai ahli waris tunggal sepertinya sudah mengambil langkah cepat.

***

"Bisa kah kita bertemu?" Ai mengirim pesan pada Runa. Pertemuan tadi masih menyisakan ketidak puasan di hati Ai.

"Bisa," balas Runa, cepat.


Mereka berdua bertemu di sebuah kafe pada hari itu juga.

"Marko menyerahkan pada pendana asing yang sudah melalui pemeriksaan Otoritas  Jasa Keuangan," kisah Runa.

"Lalu, kenapa tempo hari kamu ingin mengembalikan uangku? Bukankah harusnya itu tak perlu?"

"Sejak hari ini jabatan Direktur Keuangan sudah diganti dengan orang kepercayaan Marko," kata Runa.

"Lalu?"

"Besok lusa saya akan pergi mendampingi Marko untuk tinggal di Jepang. Bisnisnya yang di sana tak mungkin dia tinggalkan."

Ai mulai paham ada hal pribadi yang dialami oleh Runa dan segala sesuatu yang mengelilinginya. Tapi ia tak mau terlalu memikirkan. Meski demikian ia masih mencoba memberi penawaran.

HILANG TANPAMU vol.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang