03. Harus Demikian

248 29 8
                                    

“Ai, kemarin ada yang hubungin mama, katanya dia itu punya lembaga pengelola dana bantuan sosial yang cukup terpercaya, nah dia menawarkan jasanya untuk pengelolaan uang donasi,” kisah Bu Wina pada Ai.

“Mama kenal sama orangnya?” Tanya Ai, menanggapi.

“Profilnya sudah kukirimkan ke email kamu,” kata mamanya.

Segera Ai membukanya setelah menghidangkan secangkir teh untuk mamanya, dan mereka duduk saling berhadapan di mini bar sambil menikmati sarapan pagi.

“Mama akan menemuinya, hari ini?” Tanya Ai.

“Mama belum pernah bertemu dengannya, karena itu mama mau pinjam Janu untuk temani mama,” kata Bu Wina.

Belum sampai Ai menjawab Janu sudah datang, dan langsung masuk rumah seperti biasa.

“Pasti lagi pada ngomongin aku, kan!” Kata Janu, percaya diri. Dia langsung menuju kulkas untuk mengambil air putih dingin, lalu ikut bergabung duduk di mini bar.

“Hasil rapat kemarin, gimana, Nu? Ada peluang apa dari devisi reserch digital Marketing?” Tanya Ai.

“Mereka membaca peluang cukup bagus pada minat orang sekarang terhadap karya seni, jadi ada saran barangkali kita juga memberi wadah pada semisal seniman pahat, pelukis, atau...”
Belum selesai Janu berbicara Bu Wina menyela, “Seniman kaligrafi,”

“Maksud mama Bu Kim?” Tanya Ai.

“Oh iya, aku udah follow instagramnya. Dia keren, loh, Ai,” kata Janu. “Ngomong-ngomong tante kenal dia di mana, sih?” Lanjut Janu bertanya.

“Taman-teman Lansia mama pada pengen belajar kaligrafi, nah mereka undang, deh, beliau, dan mama sangat terkesan dengan pribadi dan tentu saja karyanya. Ya, saya berharap kalian bisa berkolaborasi,” jelas Bu Wina.

“Saya tidak yakin dia berminat,” kata Ai.

“Jadi sejak mama mengatakan ini pada Dira, kamu belum pernah menemuinya?”

“Hari ini kami baru bisa bertemu,” jawab Ai. “Tapi Ai butuh satu pertimbangan dari mama,”

“Apa?”

“Seberapa besar prosentasenya? KG ke dia, atau sebaliknya?” Tanya Ai.

“Sepenglihatan mama KG sudah saatnya mencoba kolaborasi dengan seniman hebat yang berhasil membesarkan namanya sendiri.”

“Kalau begitu, apa yang membuat mama percaya pada potensinya?” Tanya Ai.

“Tanyakan padanya, apa yang membuatnya percaya untuk berdonasi di proyek kemanusiaan kita?” Balas mamanya.

Sampai di situ Ai paham bahwa sepertinya Kim adalah pribadi yang cukup dihormati oleh mamanya. Dan itu membuat Ai semakin penasaran pada sosoknya.

*

**
Ai pergi ke galeri dan akan menghabiskan waktu di sana, karena setelah akhir pekan ini pembangunan panti harus segera dimulai, jadi ada banyak hal yang musti disiapkan. Tadi malam dia juga membuat janji untuk rapat daring dengan papanya. Iya, untuk desain proyek kemanusiaan itu sepenuhnya dibuat oleh papanya. Dalam rapat itu hanya diikuti oleh Ai, Dira dan satu lagi mandor andalan sejak KG masih dipegang oleh papanya, namanya pak Darma. Jadi pak Darma itu mandor andalan KG, dia bukan arsitek tapi pimpinan pelaksana proyek.

HILANG TANPAMU vol.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang