12. Jangan Bercermin Padaku

142 23 19
                                    

"Ini kondisinya semakin baik, tapi berat badan belum naik sama sekali," kata pak dokter pada Dira.

"Belakangan saya sudah mulai makan teratur, loh, dok," jelas Dira.

"Bagus, lanjutkan. Kondisi semuanya Ok," balas dokter.

Setelah menerima resep dokter untuk vitamin yang meningkatkan nafsu makan juga obat untuk mengurangi rasa sakit saat kambuh, Dira dan suaminya pun keluar dari ruang dokter dengan perasaan lebih lega. Hari itu Dira pulang kantor lebih cepat, karena Hikam meminta waktunya untuk bersantai bersamanya setelah beberapa hari mereka berpisah.

Usai dari dokter mereka menghabiskan waktu untuk belanja keperluan rumah tangga, lalu makan di warung sop kambing langganan mereka. Setelah itu karena Hikam ingin suasana yang lebih tenang untuk membicarakan hal penting, maka ia pun mengajak Dira ke sebuah Coffe shop dekat warung tersebut.

"Dira, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu," kata Hikam, serius.

"Aku siap mendengarkan," balas Dira, tenang.

"Jadi, ada investor besar yang tertarik untuk mengembangkan AdaMi di Semarang, Jogja, dan Surabaya. Karena semua masih kulakukan sendiri, jadi aku harus terus mengawal sampai benar-benar buka. Tapi Sabtu minggu aku janji pasti pulang," jelas Hikam, hati-hati.

"Sebenarnya aku senang, tapi kok sedih, ya, mas," komentar spontan yang lugu itu adalah ciri khas Dira. "Kalau bisa jangan menjanjikan apa-apa dulu, ya, mas. Takutnya kalau ternyata mas Hikam berhalangan pulang malah aku-nya bakal kecewa banget," kata Dira, masuk akal.

"Aku berjanji untuk bisa ditepati. Anggap saja janji itu untuk menjaga komitmen dalam hubungan kita," kata Hikam, teduh.

Dira masih diam, dan sesak terasa di dadanya. Mungkin itu terkesan berlebihan, karena mereka bukan lagi pasangan ABG yang hendak LDR an, tapi sepasang pasutri yang sedang berusaha keras mewujudkan mimpi mereka untuk menaikkan taraf hidup keluarga.

"Dira," panggil Hikam, sambil menggenggam kedua tangan istrinya. "Sebenarnya kalau kamu mau kita bisa pergi bersama, tapi gimana kerjaan kamu?" Lanjutnya.

"Kamu tidak sedang memintaku berhenti kerja, kan?" Penyakit curigaan Dira, kambuh.

"Ok, jadi kita sepakat untuk menjalani ini?" Kata Hikam, mencoba menemukan titik temu pada kegelisahan istrinya.

"Ada syaratnya,"

"Baik,"

"Kalau berhalangan pulang, beri kabar di hari sebelumnya," kata Dira.

"Ok, aku juga ada syarat buat kamu," balas Hikam.

"Kan aku yang mau ditinggalin, kok ada syarat segala," ucap Dira, manja.

"Kamu nggak boleh telat makan, jaga kesehatan, rajin olahraga, istirahat teratur," kata Hikam. "Semua perjalanan ini pasti akan berujung, terima kasih sudah bersedia menemaniku bertumbuh," lanjutnya, dengan tatapan penuh makna pada satu-satunya perempuan yang selama ini menjadi alasannya berjuang.

Cinta memang tak pernah sesederhana bersama.

Terkadang rindu harus hadir menjadi antara.

***

"Ai sudah mendarat, ma," kata Ai pada mamanya, dari balik telephone.

"Oh iya, mama juga sampai di airport, kita ketemu makan siang sebentar, ya. Mama tunggu di Lounge biasa," jawab mamanya.

Hari itu saat Ai datang mamanya justru harus pergi untuk urusannya, maka mereka pun memutuskan untuk bertemu makan siang sebentar, sebelum akhirnya berpisah lagi.

HILANG TANPAMU vol.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang