Seluruh persiapan peresmian panti sedang dilakukan. Nama dari panti jompo itu juga sudah ada. SENJA BAHAGIA (SB). Demikian sebutannya. Dira seharian di lokasi bersama Ai. Sebenarnya Nami juga ada, tapi dia sibuk mengecek keamanan barang-barang juga pekerjaan lain yang entah apa itu, sehingga terlihat cukup sibuk. Anehnya lagi beberapa hari ini dia memang terlihat menghindar dari Ai. Tak seperti biasanya.
Beberapa penghuni nenek dan kakek mulai datang, hingga mencapai jumlah 10 orang. Para perawat juga dokter, dan beberapa staf pendukung pun mulai berdatangan. Memang pada hari itu akan ada rapat menjelang peresmian. Panti SENJA BAHAGIA itu dibangun dengan sangat indah dari interior dan cukup menenangkan di bagian luar dengan taman dan beberapa kursi, juga ada kolam ikan yang cukup besar dan didekorasi untuk membantu menenangkan stres. Diharapkan akan bisa membahagiakan penghuninya. Ai dan mamanya memang punya harapan untuk membangun panti jompo yang bisa menjadi tempat pulang di masa senja bagi semua orang.
Karena itu panti tersebut memiliki beberapa fasilitas penting, seperti klinik kesehatan sekaligus para dokter yang setiap hari akan bergantian praktik di sana. Bahkan dokter kejiwaan seperti Darwis juga bersedia membantu. Usai rapat beberapa orang memberi selamat pada Ai dan Bu Wina. Orang perwakilan Rumah Baik selaku partner dalam pengelolaan donasi juga hadir dalam rapat persiapan tersebut.
"Dira, bisa kita bicara sebentar?" Ajak Janu.
"Oh, iya, pak," balas Dira, sembari segera mengikuti langkah kaki Janu. Lalu mereka masuk ke ruang direksi.
"Ada apa, ya, pak? Kenapa serius sekali?" Tanya Dira.
"Begini. Di SB ini kan belum ada direktur utamanya. Ya, seperti yang kamu tahu, Ai harus merawat kedua orang tua yang terpisah sendirian, ia juga tak menikah, jadi tak punya anak yang bisa dijadikan kandidat. Maka nama terkuat untuk menempati posisi tersebut adalah kamu, Adiratna Cahyani," jelas Janu, serius.
"Ah, Pak Janu pasti bercanda," balas Dira, cepat, sambil tertawa.
"Aaa.... gila. Ini, nih yang bikin aku males ngomongin hal serius sama kamu. Lagian kenapa juga Ai nggak ngomong langsung sama kamu," keluh Janu, jengkel.
"Kalau pun ini beneran, saya juga tidak akan percaya. Gila aja, saya yang hanya punya ijazah SMA bisa jadi direktur utama," celoteh Dira.
"Terserah kamu aja. Pokoknya aku, sama tante Wina udah setuju sama keputusan ini. Kalau kamu ragu, sana, ngomong langsung sama atasan kamu," balas Janu.
"Ih kok maksa. Kenapa nggak pak Janu sendiri aja, atau nggak bu Lita istri bapak," komentar Dira.
"Lita, mana mungkin mau. Lita itu orang bebas, mana mau dia kerja yang model begini," kata Janu.
Dira hanya bisa menggantungkan pikirannya, karena Janu juga tak banyak memberi penjelasan. Dira keberatan karena merasa tak cukup kompetensi untuk berada di posisi direksi. Ia hanya tamatan SMA yang beruntung mendapatkan pekerjaan yang cukup layak.
***
Semua kesalahan konstruksi yang bocor sudah dibenahi. Anggaran untuk interior juga akhirnya diubah. Itu sebagai inisiatif dari Ai sendiri, karena ia juga harus mengembalikan uang para donatur. Ia membuat Rancangan Anggaran Bangunan (RAB) yang baru untuk mencari donatur baru. Sembari juga menggiatkan pemasaran di galeri agar jumlah CSR bisa meningkat. Dan KG bisa berjalan sendiri dalam gerakan amal tersebut.
"Akhirnya besok peresmian. Senang, ya, ma," kata Ai pada mamanya.
"Iya. Tapi itu artinya minggu depan kamu harus pergi," kata Bu Wina.
"Emmh," balas Ai seraya memeluk mamanya dari samping. "Sebenarnya Ai juga berat, ma. Tapi papa sedang butuh saya. Nanti Lita dan anak-anak akan sering berkunjung," imbuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG TANPAMU vol.02
RomanceBarangkali kamu, adalah salah satu dari mereka. Maka jangan pernah berpikir bahwa dirimu adalah produk gagal.