Di minggu pagi tidak ada pekerjaan yang berarti, semua orang libur dan waktu bersama keluarga adalah waktu yang patut disyukuri. Ai dan mamanya juga mengisi akhir pekan ini dengan pergi berkumpul bersama keluarga Janu. Lita, istri Janu mengundang mereka karena baru saja membeli alat masak untuk barbeque kecil-kecil an. Bagi Ai anak anak Janu itu seperti hadiah terbaik dalam hidup. Karena kehadiran mereka mampu membuat mamanya merasakan punya cucu.
Saat mereka akan pergi ke garasi untuk masuk mobil, terdengar bel rumahnya berbunyi, dan ternyata ada Darwis yang datang. Karena Darwis bukanlah orang baru, maka mamanya pun menyambutnya hangat bahkan meminta Darwis untuk ikut serta. Iya, tentu saja Darwis mengajak Ai dan mamanya untuk naik mobilnya.
Berada di rumah Janu juga bukan hal canggung bagi Darwis. Karena memang mereka sudah saling mengenal sejak lama.
"Gila, ya, Ai. Masih keren aja bapak-bapak satu itu," komentar Janu.
"Tobat, Nu. Kamu sudah punya istri," kelakar Ai. Membalas kalimat godaan yang Janu tujukan padanya.
"Dasar, kamu," balas Janu, geregetan. "Kamu pikir aku pria apaan?" Lanjutnya, yang lalu diiringi tawa mereka.
Cukup lama mereka menghabiskan waktu di rumah Janu. Hingga pukul 11 siang Ai berpamitan untuk pergi. Sementara itu mamanya masih ingin menetap di rumah Janu, karena si kembar, anak-anak Janu tidak mau ditinggal eyangnya pergi. Jadi siang itu Ai lebih dulu pamit, dan tentu saja Darwis ikut serta dengannya.
"Mau ke mana, kita?" Tanya Darwis.
"Kita ke taman dekat galeri. Ada yang ingin saya lakukan di sana," jawab Ai.
Darwis pun mengikuti saja, meski tak tahu hal apa yang akan dilakukan oleh Ai. 15 menit kemudian mereka sampai.
"Kalau kamu mau pulang dulu, nggak papa. Saya akan agak lama berada di sini," kata Ai yang memang tak ingin Darwis menemaninya.
"Saya hanya ingin tahu kegiatan apa yang akan kamu lakukan di sini,"
Ai tak menjawab, dan hanya memberi sedikit senyuman. Lalu melangkah ke sebuah tempat duduk, dan mengeluarkan botol berisi makanan kucing yang pernah diberikan oleh Nami. Ai memanggil kucing-kucing jalanan yang berkeliaran di taman, lalu memberi makan. Darwis tersenyum senang melihat Ai yang tampak bahagia itu.
"Saya baru tahu kalau kamu punya kegiatan semacam ini," komentar Darwis.
"Saya juga belum lama melakukannya," kata Ai.
"Oh ya?"
"Iya. Seorang teman mengajak saya melakukannya. Dan saya pikir ini cukup menyenangkan," kisah Ai.
Tak lama kemudian Darwis menerima panggilan di ponselnya, lalu pamit pergi.
"Terima kasih, sudah tiba-tiba meluangkan waktu untuk saya," kata Ai.
"Setiap hari, kalau saya harus tiba-tiba datang, saya tidak akan keberatan," balas Darwis.
"Hobi gombal kamu nggak berubah, ya," balas Ai.
***
Ai sangat menikmati momen itu, kucing-kucing lucu tersebut ia abadikan dalam foto, lalu mengirimkan salah satunya pada Nami, ia ingin Nami tahu kalau dirinya sedang melakukan kegiatan yang disukai oleh Nami.
"Saya berada bersama mereka, gabung, yuk," demikian isi pesan yang Ai kirimkan.
"Aku sibuk," balas Nami, singkat.
"Oh," balas Ai, lebih singkat.
Cuaca yang cukup teduh di siang itu membuat siapa pun yang berada di taman merasa nyaman, begitu pula dengan Ai. Ia hanya duduk dengan tenang, sambil memasang earphone wireless di telinganya, dengan sebuah lagu lama milik Dido berjudul life is for rent dimainkan "But if my life is for rent and I don't learn to buy
Well, I deserve nothing more than I get
Cause nothing I have is truly mine." Demikian lirik lagu itu menyeruak indah di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILANG TANPAMU vol.02
RomansaBarangkali kamu, adalah salah satu dari mereka. Maka jangan pernah berpikir bahwa dirimu adalah produk gagal.