22. Adalah Keterbatasan

151 25 13
                                    

Hari ini malam datang dengan hujan.
Menikmati secangkir teh susu terasa hangat untuk mengenang kebersamaan dengan seseorang.
Pada denting suara air hujan yang berjatuhan.
Mari kita rayakan segala jiwa yang sudah berjuang.

    Ai dan mamanya kini tak hanya berdua, ada Untung dan Putih, kucing kesayangan mereka. Dibandingkan dengan Ai, mamanya lebih baik dalam mengurus kucing-kucing itu.

    "Ai, belajarlah mengurus mereka dengan baik," kata mamanya.

    "Bukankah saya memang harus selalu belajar dulu dari mama," balas Ai.

    "Ai, kemarin teman mama cerita, anaknya yang tinggal di Itali tak mau singgah ke rumah saat pulang ke Indonesia. Jadi harus janjian di luar rumah, atau di hotel tempat anaknya menginap," kisah mamanya.

    "Sejak kapan, mama jadi suka bergosip?" Komentar Ai.

    "Terima kasih, untuk bertahan menemani masa tua mama." Kalimat itu membuat suasana menjadi sedikit hening.

    "Mama, adalah alasan terbesar saya untuk semakin percaya bahwa cinta ialah cara Allah menjaga semesta," kata Ai.

    Lalu keduanya kembali terdiam. Ai dan mamanya punya kebiasaan yang sama, yaitu suka sekali memandangi lukisan di waktu jeda. Yang terbaru adalah hadiah lukisan kaligrafi dari Kim. Di tengah hening, tetiba Ai ingat, bahwa dirinya harus pergi ke galeri untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.

    "Ma, malam ini Ai harus ke galeri. Ada pekerjaan," pamit Ai.

    "Ok, deh. Mama sendirian," ucap mamanya.

***

    Hujan cukup deras menjadikan jarak pandang cukup pendek. Ia melaju dengan hati-hati. Alih-alih langsung ke galeri, ia memilih untuk pergi ke lokasi proyek. Hujan deras saat selesai proses pembangunan biasanya akan menjadi tolok ukur keamanan bangunan tersebut dari kebocoran atap maupun dinding.

    Sesampainya di lokasi, ia lihat motor Nami terparkir di depan, tanpa banyak berpikir ia langsung masuk. Keadaan di dalam yang tadinya sudah rapih ternyata terlihat kacau dan basah di mana-mana. Iya, bocor.

    "Nami, kamu nggak pulang dari tadi?" Tanya Ai, sembari mulai membantu membereskan kebocoran dengan mengambil lap.

    "Iya, aku sengaja nggak pulang, buat pastiin keamanan dari bocor," jawab Nami. "Kan konstruksinya sebagian dari pak Dar," lanjutnya.

    "Oh, good," komentar Ai.

    "Terus, kamu ngapain ke sini?" Tanya Nami, kembali.

    Ai tak menjawab, dan hanya sibuk menyelesaikan pekerjaannya.

    Setelah pekerjaan beres, mereka duduk bersama di lantai, dengan bersandar di salah satu sudut dinding.

    "Hujan masih deres banget, nih. Motor kamu masukin sini aja, aku bisa antar kamu pulang," kata Ai, tanpa beban.

    "Nggak ah, aku pulang pakai motor aja. Bawa mantel, kok," jawab Nami.

    Ai hanya mengangguk, lalu beranjak keluar dan masuk ke mobilnya. Nami juga segera mengenakan mantelnya, lalu meluncur bersama motor kesayangannya, dengan kecepatan sedang, karena berhati-hati. Jarak tak jauh dari lokasi ada sebuah perempatan jalan. Di persimpangan ada sebuah mobil bak yang melaju kencang dan menyipratkan air ke arah Nami. Konsentrasinya buyar, jalanan licin, dan ia terpelanting, di saat itu Nami memang sengaja melepaskan diri dari motornya, agar tak terjadi celaka fatal pada dirinya. Beruntung saat itu jalanan sepi, jadi tak ada korban lain.

HILANG TANPAMU vol.02Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang